Lompat ke isi

Warkop DKI: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 78: Baris 78:
Walaupun muka Nanu terlihat pada sampul kaset, namun ini merupakan kali pertama Warkop Prambors tampil bertiga setelah Nanu bersolo karier dengan membintangi film “Rojali dan Juleha”. Tetap menampilkan puspa ragam lelucon yang dipadu lagu-lagu yang diangkat dari soundtrack film “Mana Tahan” dengan musik yang digarap Yockie Suryoprayogo dan Abadi Soesman. Penulis humor Arwah Setiawan bersama Yusuf Lubis, Tejo dan Kasino didapuk sebagai tim penulis naskah humornya.
Walaupun muka Nanu terlihat pada sampul kaset, namun ini merupakan kali pertama Warkop Prambors tampil bertiga setelah Nanu bersolo karier dengan membintangi film “Rojali dan Juleha”. Tetap menampilkan puspa ragam lelucon yang dipadu lagu-lagu yang diangkat dari soundtrack film “Mana Tahan” dengan musik yang digarap Yockie Suryoprayogo dan Abadi Soesman. Penulis humor Arwah Setiawan bersama Yusuf Lubis, Tejo dan Kasino didapuk sebagai tim penulis naskah humornya.


Setelah sukses membintangi filmnya maka keluarlah kaset soundtrack dengan judul yang sama, tapi di kaset ini suara Nanu tidak terekam karena ia sudah keluar dari WARKOP PRAMBORS dan di sampul masih terpampang wajah Nanu. Nanu sibuk dengan solo kariernya dan membintangi film ROJALI & JULEHA saat Warkop DKI sibuk membuat film keduanya dan dipakailah Dorman Dorisman untuk lakon batak bahkan Mat Solar menjadi peran orang budek
Setelah sukses membintangi filmnya maka keluarlah kaset soundtrack dengan judul yang sama, tapi di kaset ini suara Nanu tidak terekam karena ia sudah keluar dari WARKOP PRAMBORS dan disampul masih terpampang wajah Nanu. Nanu sibuk dengan solo kariernya dan membintangi film ROJALI & JULEHA disaat Warkop DKI sibuk membuat film keduanya dan dipakailah Dorman Borisman untuk lakon Batak bahkan Mat Solar menjadi peran orang budek


Nanu sakit dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir, maka WARKOP PRAMBORS tinggalah bertiga KASINO, DONO, INDRO.
Nanu sakit dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir, maka WARKOP PRAMBORS tinggalah bertiga KASINO, DONO, INDRO.
Baris 124: Baris 124:
Kaset ini berisi nyanyian dan sedikit lawak bergaya ala radio tau dong lagu dengan lirik begini:
Kaset ini berisi nyanyian dan sedikit lawak bergaya ala radio tau dong lagu dengan lirik begini:


gantian dong tau diri dong, masa situ melulu, pokoknya beres 2x itu bisa diatur, eh mister chips itu bis tingkat atas boleh bawah boleh, mana tahan 2x dongkrak lu antik maju kena mundur kena “
Gantian dong tau diri dong, masa situ melulu, pokoknya beres 2x itu bisa diatur, eh mister chips itu bis tingkat atas boleh bawah boleh, mana tahan 2x dongkrak lu antik maju kena mundur kena “


Ya! Tentu kalian masih ingat dengan lirik lagu tersebut yang diambil dari judul film Warkop. Setelah kaset ini Warkop tidak merilis album lagi, mereka sibuk dengan film komedi slaptis dan wanita–wanita sexy nya . Setahun dua kali kita dimanja dengan film Warkop yang masih bertengger di film lokal kita, setiap habis lebaran atau liburan sekolah pasti muncul film Warkop.
Ya! Tentu kalian masih ingat dengan lirik lagu tersebut yang diambil dari judul film Warkop. Setelah kaset ini Warkop tidak merilis album lagi, mereka sibuk dengan film komedi slaptis dan wanita–wanita sexy nya . Setahun dua kali kita dimanja dengan film Warkop yang masih bertengger di film lokal kita, setiap habis lebaran atau liburan sekolah pasti muncul film Warkop.
Baris 158: Baris 158:
# ''[[Jodoh Boleh Diatur]]'' (1988) bersama [[Raja Ema]], [[Silvana Herman]] dan [[Nia Zulkarnaen]].
# ''[[Jodoh Boleh Diatur]]'' (1988) bersama [[Raja Ema]], [[Silvana Herman]] dan [[Nia Zulkarnaen]].
# ''[[Malu-Malu Mau]]'' (1988) bersama [[Nurul Arifin]], [[Suyadi]] dan [[Sherly Malinton]].
# ''[[Malu-Malu Mau]]'' (1988) bersama [[Nurul Arifin]], [[Suyadi]] dan [[Sherly Malinton]].
# ''[[Godain Kita Dong]]'' (1989) bersama Lisa Patsy, [[Ida Kusumah]], [[Tarzan (pelawak)|Tarsan]], dan [[Zainal Abidin Zetta|Diding Boneng]]
# ''[[Godain Kita Dong]]'' (1989) bersama Lisa Patsy, [[Ida Kusumah]], [[Tarzan (pelawak)|Tarzan]], dan [[Zainal Abidin Zetta|Diding Boneng]]
# ''[[Sabar Dulu Doong...!]]'' (1989) bersama [[Anna Shirley]], [[Pak Tile]] dan [[Eva Arnaz]].
# ''[[Sabar Dulu Doong...!]]'' (1989) bersama [[Anna Shirley]], [[Pak Tile]] dan [[Eva Arnaz]].
# ''[[Mana Bisa Tahan]]'' (1990) bersama [[Nurul Arifin]], [[Zainal Abidin]], [[Sally Marcellina]], dan [[Zainal Abidin Zetta|Diding Boneng]]
# ''[[Mana Bisa Tahan]]'' (1990) bersama [[Nurul Arifin]], [[Zainal Abidin]], [[Sally Marcellina]], dan [[Zainal Abidin Zetta|Diding Boneng]]

Revisi per 21 Juni 2021 04.13

Warkop DKI adalah grup lawak legendaris Indonesia. Grup lawak ini merupakan kelanjutan dari grup lawak Warkop Prambors setelah salah satu anggotanya, yaitu Nanu Mulyono mengundurkan diri.

Sejarah

Acara radio

Grup ini bermula dari sebuah acara radio yang digagas oleh Temmy Lesanpura, seorang produser hiburan radio Prambors di Jakarta. Tahun 1974, Temmy bertemu dengan Kasino, Nanu Mulyono, dan Rudy Badil, mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang memang terkenal suka membuat humor di depan teman-temannya.[1] Temmy yang mengepalai Radio Prambors berhasil meyakinkan ketiganya untuk mengisi acara setiap hari kamis malam pada pukul 20.30 sampai 21.15 WIB. Tak ada persiapan apapun, tetapi karena memang mereka menghibur dengan hati dan otak, ide-ide lawakan selalu muncul sebelum mereka siaran. Acara yang bertajuk “Obrolan Santai di Warung Kopi” tersebut terbukti bisa menarik perhatian para pendengar.[2]

Setahun kemudian, Dono, rekan mereka di UI bergabung bersama grup lawak tersebut.[3][4] Mereka berempat cukup dikenal oleh penggemar radio Prambors dengan lawakannya yang segar dan berisi. Pada tahun 1976, Indro, mahasiswa Universitas Pancasila yang paling muda usianya diajak bergabung. Kelimanya kemudian dikenal sebagai punggawa acara Warkop Prambors yang populer di radio tersebut pada medio 1970-an. Saat itu Warkop beranggotakan lima orang yaitu Kasino, Nanu, Rudy Badil, Dono, dan Indro sangat ramai diperbincangkan oleh publik, hingga akhirnya mereka ditawari untuk tampil di panggung.[1][2]

Karier panggung

Mereka mendapat banyak tawaran dalam berbagai kesempatan tampil di acara hiburan panggung. Lawakan mereka yang berkelas mahasiswa, tidak kampungan, ataupun pasaran, membuat mereka tampil beda dibanding grup-grup lawak lainnya yang telah lebih dahulu populer di tanah air.[1]

Mundurnya Rudy Badil

Sayang pencapaian grup Warkop hingga kemudian menjadi terkenal dan menjadi legenda tidak dilalui bersama-sama oleh kelima anggotanya. Pada saat sudah naik di atas panggung, Rudy Badil selalu mengalami demam panggung yang tak bisa diatasinya. Ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari Warkop lantaran merasa demam panggung tersebut. Keempat rekannya meneruskan kiprah impian mereka dalam berbagai kesempatan yang mereka peroleh dalam dunia hiburan panggung, yang kemudian berlanjut pada rekaman kaset, dan film. Mundurnya Rudy Badil membuat ia sebagai satu-satunya anggota yang tidak terlibat dalam satupun film yang dibintangi oleh para anggota Warkop.[1]

Karier film

Poster film Mana Tahan, 1979.

Kesuksesan dalam panggung kemudian membawa keempat personil ini masuk ke dunia rekaman kaset lawak yang mereka bawakan. Kesuksesan dalam rekaman membawa mereka pada tawaran masuk ke dunia film. Film pertama yang mereka bintangi dalam bendera Warkop Prambors adalah film komedi yang berjudul Mana Tahan. Film tersebut dirilis pada tahun 1979, menampilkan beberapa artis terkenal masa itu seperti Rahayu Effendi, Kusno Sudjarwadi, dan Elvy Sukaesih. Kesuksesan film tersebut menyebabkan berlanjutnya tawaran film-film bergenre komedi berikutnya kepada mereka.[1]

Mundurnya Nanu

Namun perjalan karier itu hanya diikuti oleh Kasino, Dono, dan Indro saja. Nanu Mulyono, setelah sempat membintangi film Mana Tahan bersama mereka, memutuskan mengundurkan diri. Ditinggal Nanu, Warkop hanya terdiri dari tiga orang dan grup lawak ini masih berjalan seperti biasa. Meskipun hanya bertiga, dipimpin oleh Kasino, mereka masih tetap bisa menghibur para penggemarnya. Ketiganya kemudian bahkan semakin berkibar dengan rentetan film-film komedi yang meledak di pasaran.[1]

Untuk mengisi peran yang ditinggalkan Nanu, Warkop Prambors pada beberapa film mereka di awal tahun 1980-an sempat beberapa kali menggunakan beberapa pemain pembantu yang bisa mengimbangi mereka bertiga sebagai tokoh sentral komedi. Diantaranya adalah Dorman Borisman dan Mat Solar. Namun dalam perkembangannya mereka akhirnya lebih memilih tampil bertiga saja sebagai pemeran utama dan tokoh sentral dalam film-film berikutnya. Popularitas mereka bertiga semakin populer lewat film-filmnya yang semakin dikenal dan dicintai masyarakat.[1]

Di luar Warkop, Nanu sempat membintangi sebuah film lain berjudul Rojali dan Juleha pada tahun yang sama. Setelah membintangi film tersebut, Nanu kemudian menghilang dari dunia hiburan. Ia menderita sakit yang cukup parah hingga akhirnya meninggal pada 22 Maret 1983 di usia 30 tahun karena penyakit kanker ginjal. Nanu dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir.[1]

Warkop DKI

Dalam perkembangannya, mereka menpertimbangkan bila mereka terus memakai nama "Prambors", maka mereka harus terus mengirim royalti kepada pemilik nama aslinya, Radio Prambors. Maka akhirnya memutuskan mengubah namanya menjadi Warkop DKI (Dono-Kasino-Indro) untuk menghentikan praktek upeti tersebut.[2][1]

Personel

Indro Warkop

Personel utama

Mantan personel

Personel tambahan

Akhir kejayaan

Wafatnya Kasino

Kasino menghembuskan nafas terakhirnya pada 18 Desember 1997 pukul 23.00 WIB di ruang perawatan intensif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta karena kanker otak.[5] Sebelum meninggal, Kasino sempat mewasiatkan agar kedua rekannya untuk tetap melanjutkan kiprah grup Warkop yang telah mereka usung sejak awal tahun 1970-an tersebut.

Setelah ditinggal Kasino, sinetron tersebut tetap berlanjut hingga awal tahun 2000 meski hanya menyisakan duet Dono dan Indro sebagai tokoh sentralnya. Duet ini masih dicintai oleh penggemar Warkop yang tak ingin grup legendaris ini bubar. Sinetron tersebut masih mendapatkan apresiasi yang baik dari para penggemarnya.[6]

Wafatnya Dono

Kejayaan kedua sisa personel terakhir Warkop DKI tersebut tidak bertahan lama. Pada akhir tahun 2001, Dono meninggal dunia akibat penyakit sesak napas yang sudah lama diidapnya. Sepeninggal Dono pembuatan sinetron yang masih dibintanginya bersama Indro itu pun terhenti.[6]

Pasca wafatnya Dono dan Kasino

Kepergian Dono menyisakan Indro seorang diri untuk terus mengibarkan bendera Warkop dalam kancah dunia hiburan tanah air. Sebelum wafat, Dono juga sempat berpesan kepada Indro agar tetap meneruskan nama besar Warkop hingga akhir hayatnya.

Sejak tanggal 5 Juni 2016 sinetron ini ditayangkan kembali dengan versi terbarunya di ANTV. Hal ini juga tidak lepas dari peran Indro untuk selalu menjaga nama besar Warkop tetap eksis dalam dunia hiburan tanah air.

  1. ^ a b c d e f g h i Badil, Rudi (2010). Warkop: main-main jadi bukan main. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799102881. 
  2. ^ a b c "Sumber Inspirasi Grup Lawak Warkop DKI". Narasi.tv. Diakses tanggal 21 Februari 2021. 
  3. ^ "Bukan Solo, Ini Sebenarnya Daerah Asal Dono". Republika Online. Diakses tanggal 24 Agustus 2018. 
  4. ^ "Wahjoe Sardono". Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-05. Diakses tanggal 30 Oktober 2013. 
  5. ^ Rizal, Jawahir Gustav (18 Desember 2020). Sari Hardiyanto, ed. "Mengenang 23 Tahun Kepergian Kasino Warkop..." Kompas.com. Diakses tanggal 21 Februari 2021. 
  6. ^ a b Prawira, Aditya Eka (17 September 2016). "Sakit yang Diderita Dono dan Kasino Sebelum Berpulang". Liputan6.com. Diakses tanggal 21 Februari 2021.