Lompat ke isi

Aksara Kawi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Istilah aksara Kawi lebih umum digunakan dalam tulisan-tulisan akademis
Inayubhagya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Writing system
{{Infobox Writing system
|name=Aksara Kawi
|name=Aksara Kawi
|altname=Aksara Jawa Kuno
|type=[[Abugida]]
|type=[[Abugida]]
|languages=[[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]]
|languages=[[Bahasa Kawi|Kawi]], [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]], [[Bahasa Sunda Kuno|Sunda Kuno]]
|fam1=Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
|fam1=Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
|fam2=[[Abjad Proto-Sinai]]
|fam2=[[Abjad Proto-Sinai]]
Baris 14: Baris 15:
|iso15924=
|iso15924=
|sample=Aksara kawi name.png
|sample=Aksara kawi name.png
|image_size=150px
|image_size=150px
|children=[[Aksara Buda]]
}}
}}
'''Aksara Kawi''' (dari [[bahasa Sanskerta]]: ''kavi'', yang berarti "pujangga")<ref name="ucs" /> atau '''aksara Jawa Kuno''' adalah aksara historis yang digunakan di wilayah Asia Tenggara maritim khususnya di [[Pulau Jawa]] sekitar abad ke-8 hingga 16.<ref name=as/><ref name="ucs">[http://std.dkuug.dk/JTC1/SC2/WG2/docs/n4266.pdf Proposal pendahuluan pengkodean aksara Kawi dalam UCS]</ref>
'''Aksara Kawi''' (dari [[bahasa Sanskerta]]: ''kavi'', yang berarti "pujangga")<ref name="ucs" /> atau '''aksara Jawa Kuno''' adalah aksara historis yang digunakan di wilayah Asia Tenggara maritim khususnya di [[Pulau Jawa]] sekitar abad ke-8 hingga 16.<ref name=as/><ref name="ucs">[http://std.dkuug.dk/JTC1/SC2/WG2/docs/n4266.pdf Proposal pendahuluan pengkodean aksara Kawi dalam UCS]</ref>


Meskipun tidak ditemukan petunjuk yang eksplisit, aksara Jawa Kuno banyak diyakini sebagai pendahulu bagi aksara-aksara Nusantara yang lebih modern, seperti [[aksara Jawa]] dan [[aksara Bali]].<ref name=ucs/>
Meskipun tidak ditemukan petunjuk yang eksplisit, aksara Kawi merupakan pendahulu bagi aksara-aksara Nusantara yang lebih modern, seperti [[aksara Jawa]], [[aksara Bali]] dan [[aksara Sunda Kuno|aksara Sunda]].<ref name=ucs/>


== Ciri-ciri ==
== Ciri-ciri ==
Baris 32: Baris 34:


== Riwayat ==
== Riwayat ==
Aksara Jawa Kuno berasal dari [[aksara Pallawa]] yang mengalami pengubahan bentuk huruf, diperkirakan terjadi pada abad ke-8. Aksara Pallawa itu sendiri merupakan turunan [[aksara Brahmi]] dan berasal dari daerah India bagian selatan. Aksara Pallawa ini menjadi induk semua aksara daerah di [[Asia Tenggara]] (mis. [[aksara Thai]], [[Surat Batak|aksara Batak]], dan [[aksara Burma]]).


Aksara Kawi berasal dari [[aksara Pallawa]] yang mengalami pengubahan bentuk huruf, diperkirakan terjadi pada abad ke-8. Aksara Pallawa itu sendiri merupakan turunan [[aksara Brahmi]] dan berasal dari daerah India bagian selatan. Aksara Pallawa ini menjadi induk semua aksara daerah di [[Asia Tenggara]] (mis. [[aksara Thai]], [[Surat Batak|aksara Batak]], dan [[aksara Burma]]).
Perbedaan terpenting antara aksara Pallawa dan aksara Jawa Kuno adalah:

* Aksara Jawa Kuno memiliki vokal e pepet dan vokal e pepet panjang, sedangkan aksara Pallawa tidak memiliki vokal e pepet atau vokal e pepet panjang.
Perbedaan terpenting antara aksara Pallawa dan aksara Kawi adalah:
* Aksara Jawa Kuno cukup sering menggunakan tanda virama untuk menghilangkan vokal pada huruf konsonan, sedangkan aksara Pallawa biasanya hanya menggunakan virama di akhir kalimat atau di akhir bait.
* Aksara Jawa Kuno memiliki bentuk karakter berbeda dibandingkan dengan aksara Pallawa, walaupun beberapa huruf masih ada kemiripan.
* Aksara Kawi memiliki vokal e pepet dan vokal e pepet panjang, sedangkan aksara Pallawa tidak memiliki vokal e pepet atau vokal e pepet panjang.
* Aksara Kawi cukup sering menggunakan tanda virama untuk menghilangkan vokal pada huruf konsonan, sedangkan aksara Pallawa biasanya hanya menggunakan virama di akhir kalimat atau di akhir bait.
Khazanah aksara Jawa Kuno diperoleh terutama dari inskripsi (batu maupun logam). Namun demikian, banyak juga naskah-naskah tulisan sastra yang menggunakan aksara ini di atas lembaran lontar, yang mengalami perubahan secara perlahan sesuai dengan proses penyalinan dari masa ke masa. Semenjak abad ke-16, praktis aksara Jawa Kuno menjadi aksara historis yang tidak dipakai sehar-hari dan digantikan dengan aksara [[hanacaraka]] dan juga abjad Arab ([[Abjad Pegon|pegon]]).
* Aksara Kawi memiliki bentuk karakter berbeda dibandingkan dengan aksara Pallawa, walaupun beberapa huruf masih ada kemiripan.
Khazanah Kawi diperoleh terutama dari inskripsi (batu maupun logam). Namun demikian, banyak juga naskah-naskah tulisan sastra yang menggunakan aksara ini di atas lembaran lontar, yang mengalami perubahan secara perlahan sesuai dengan proses penyalinan dari masa ke masa. Semenjak abad ke-16, praktis aksara Kawi menjadi aksara historis yang tidak dipakai sehar-hari dan digantikan dengan aksara [[hanacaraka]] dan juga abjad Arab ([[Abjad Pegon|pegon]]).


=== Periodisasi ===
=== Periodisasi ===

Aksara Jawa Kuno tidaklah homogen, baik bentuk maupun pengejaannya. Ini terjadi karena panjangnya masa penggunaan (tujuh abad) serta latar belakang sastra penulisnya. Pengenalan terhadap gaya penulisan sesuai periode ini membantu para [[Epigrafi|epigraf]] dan [[Arkeologi|arkeolog]] dalam menentukan kronologi dokumen yang memuat tulisan tersebut. J. G. de Casparis (1975) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan aksara Jawa Kuno{{Butuh rujukan}}, yaitu:
Aksara Kawi tidaklah homogen, baik bentuk maupun pengejaannya. Ini terjadi karena panjangnya masa penggunaan (tujuh abad) serta latar belakang sastra penulisnya. Pengenalan terhadap gaya penulisan sesuai periode ini membantu para [[Epigrafi|epigraf]] dan [[Arkeologi|arkeolog]] dalam menentukan kronologi dokumen yang memuat tulisan tersebut. J. G. de Casparis (1975) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan aksara Kawi{{Butuh rujukan}}, yaitu:
* '''Aksara Jawa Kuno Awal''' / Aksara Kawi Awal (750–925 M)
* '''Aksara Kawi Awal''' (750–925 M)
** Bentuk Kuno: Contohnya terdapat pada [[prasasti Dinoyo]] dari [[Malang]], [[prasasti Sangkhara]] dari [[Sragen]], dan [[prasasti Plumpungan]] dari [[Salatiga]].
** Bentuk Standar atau gaya Medang: Contohnya terdapat pada prasasti-prasasti peninggalan [[Medang|Kerajaan Medang]] periode Jawa Tengah, seperti dari masa pemerintahan [[Rakai Kayuwangi]] dan [[Dyah Balitung|Rakai Balitung]]; misalnya [[prasasti Rukam]] dari [[Temanggung]], [[prasasti Munduan]] dari Temanggung, dan [[prasasti Rumwiga]] dari [[Bantul]].
** Bentuk Kuno: Bentuk paling awal aksara Kawi terdapat pada [[prasasti Plumpungan]] dari [[Salatiga]], [[prasasti Raja Sankhara|prasasti Sangkhara]] dari [[Sragen]], dan [[prasasti Dinoyo]] dari [[Malang]].
* '''Aksara Jawa Kuno Akhir''' / Aksara Kawi Akhir (925–1250 M), dapat dilihat pada prasasti-prasasti dari zaman [[Kerajaan Medang]] periode Jawa Timur dan [[Kerajaan Kediri]]; misalnya [[prasasti Lemahabang]] dari [[Lamongan]], [[prasasti Cibadak]] dari [[Sukabumi]], dan [[prasasti Ngantang]] dari Malang.
** Bentuk Standar atau gaya Mataraman: Contohnya terdapat pada prasasti-prasasti peninggalan [[Mataram Kuno|Kerajaan Mataram]] periode [[Jawa Tengah]], seperti dari masa pemerintahan [[Rakai Kayuwangi|Dyah Lokapala]] hingga [[Dyah Balitung]]; misalnya [[prasasti Rukam]] dari [[Temanggung]], [[prasasti Munduan]] dari Temanggung, dan [[prasasti Rumwiga]] dari [[Bantul]].
* '''Aksara Majapahit''' (1250–1450 M): Contohnya terdapat pada prasasti-prasasti dari zaman [[Kerajaan Majapahit]]; misalnya [[prasasti Kudadu]] dari [[Mojokerto]], [[prasasti Adan-adan]] dari [[Bojonegoro]], dan [[Prasasti Singhasari 1351|prasasti Singhasari]] dari Malang.
* '''Aksara Kawi Akhir''' (925–1250 M), dapat dilihat pada prasasti-prasasti dari zaman [[Mataram Kuno|Kerajaan Mataram]] periode [[Jawa Timur]] dan [[Kerajaan Kadiri]]; misalnya [[prasasti Lemahabang]] dari [[Lamongan]], [[prasasti Cibadak]] dari [[Sukabumi]], dan [[prasasti Ngantang]] dari Malang.
* '''Aksara Kawi Baru''' (1250–1450 M): Contohnya terdapat pada prasasti-prasasti dari zaman [[Kerajaan Majapahit]]; misalnya [[prasasti Kudadu]] dari [[Mojokerto]], [[prasasti Adan-adan]] dari [[Bojonegoro]], dan [[Prasasti Singhasari 1351|prasasti Singhasari]] dari Malang.


=== Perkembangan ===
=== Perkembangan ===

Aksara Jawa Kuno, terutama dari periode Majapahit, dianggap sebagai induk aksara Jawa Modern dan aksara Bali. Modifikasi ini menyesuaikan dengan perubahan bunyi yang terjadi pula dalam bahasa yang bersangkutan.
Aksara Kawi, terutama dari periode Majapahit, dianggap sebagai induk [[aksara Jawa|aksara Jawa Modern]] dan [[aksara Bali]]. Modifikasi ini menyesuaikan dengan perubahan bunyi yang terjadi pula dalam bahasa yang bersangkutan.


Kebutuhan pendidikan dan akademik mendorong pengajuan modernisasi aksara Kawi dengan mengusulkannya untuk mendapatkan kode Unicode<ref name="ucs" />.
Kebutuhan pendidikan dan akademik mendorong pengajuan modernisasi aksara Kawi dengan mengusulkannya untuk mendapatkan kode Unicode<ref name="ucs" />.


<!--
<!--
daerah di Nusantara – kecuali mungkin aksara daerah di Pulau Sumatra (e.g. [[Aksara Batak]], [[Aksara Kerinci]], [[Aksara Lampung]]). Hal ini dikarenakan di Pulau Sumatra bentuk peralihan dari Aksara Pallawa ke aksara daerah tidak bisa dianggap sama dengan Aksara Jawa Kuno. Biasanya bentuk peralihan ini disebut dengan nama Aksara Proto-Sumatra atau Aksara Sumatra Kuno (Damais, 1955 & 1995).
daerah di Nusantara – kecuali mungkin aksara daerah di Pulau Sumatra (e.g. [[Aksara Batak]], [[Aksara Kerinci]], [[Aksara Lampung]]). Hal ini dikarenakan di Pulau Sumatra bentuk peralihan dari Aksara Pallawa ke aksara daerah tidak bisa dianggap sama dengan Aksara Kawi. Biasanya bentuk peralihan ini disebut dengan nama Aksara Proto-Sumatra atau Aksara Sumatra Kuno (Damais, 1955 & 1995).


Seiring perubahan cara penulisan dan media penulisan maka sejak abad XVIXVII Aksara Jawa Kuno berkembang menjadi beberapa aksara daerah, antara lain:
Seiring perubahan cara penulisan dan media penulisan maka sejak abad 1617 Aksara Kawi berkembang menjadi beberapa aksara daerah, antara lain:
* Turunan Aksara Kawi di Pulau Jawa: [[Aksara Buda]], [[Aksara Sunda Kuno]], [[Aksara Jawa|Aksara Jawa Baru]].
* Turunan Aksara Kawi di Pulau Jawa: [[Aksara Buda]], [[Aksara Sunda Kuno]], [[Aksara Jawa|Aksara Jawa Baru]].
* Turunan Aksara Kawi di Pulau Sulawesi: [[Aksara Lontara]].
* Turunan Aksara Kawi di Pulau Sulawesi: [[Aksara Lontara]].
Baris 63: Baris 68:


== Huruf ==
== Huruf ==
Tabel aksara Jawa Kuno di bawah merupakan tabel dengan bentuk huruf berdasarkan bentuk huruf standar dari abad ke-8 hingga 10. Perbandingan bentuk huruf selama perkembangan aksara Jawa Kuno dapat dilihat di Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten (Holle, 1882).{{br}}
Tabel aksara Kawi di bawah merupakan tabel dengan bentuk huruf berdasarkan bentuk huruf standar dari abad ke-8 hingga 10. Perbandingan bentuk huruf selama perkembangan aksara Kawi dapat dilihat di Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten (Holle, 1882).{{br}}
[[Berkas:Old Javanese Script Consonant.jpg|Tabel huruf-huruf konsonan aksara Kawi|500px]]
[[Berkas:Old Javanese Script Consonant.jpg|Tabel huruf-huruf konsonan aksara Kawi|500px]]
[[Berkas:Old Javanese Script Vowel.jpg|Tabel huruf-huruf vokal dan angka aksara Kawi|500px]]
[[Berkas:Old Javanese Script Vowel.jpg|Tabel huruf-huruf vokal dan angka aksara Kawi|500px]]

Revisi per 12 April 2022 05.03

Aksara Kawi
Aksara Jawa Kuno
Jenis aksara
BahasaKawi, Jawa Kuno, Sunda Kuno
Periode
abad ke-8 hingga 16
Aksara terkait
Silsilah
Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Aksara turunan
Aksara Buda
Aksara kerabat
Bali
Batak
Baybayin
Bugis
Incung
Jawa
Lampung
Makassar
Rejang
Sunda
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Aksara Kawi (dari bahasa Sanskerta: kavi, yang berarti "pujangga")[1] atau aksara Jawa Kuno adalah aksara historis yang digunakan di wilayah Asia Tenggara maritim khususnya di Pulau Jawa sekitar abad ke-8 hingga 16.[2][1]

Meskipun tidak ditemukan petunjuk yang eksplisit, aksara Kawi merupakan pendahulu bagi aksara-aksara Nusantara yang lebih modern, seperti aksara Jawa, aksara Bali dan aksara Sunda.[1]

Ciri-ciri

Aksara Kawi menerapkan sistem penulisan abugida. Tiap hurufnya merepresentasikan sebuah suku kata dengan vokal /a/ yang dapat diubah dengan penggunaan tanda baca. Aksara ditulis tanpa spasi (scriptio continua). Aksara Kawi memiliki sekitar 47 huruf, tetapi terdapat sejumlah huruf yang bentuk dan penggunaannya tidak diketahui pasti karena sedikitnya contoh yang ditemukan dalam prasasti bertulis Kawi.[1]

Sejumlah tanda baca mengubah vokal (layaknya harakat pada abjad Arab), dan menambahkan konsonan akhir. Beberapa tanda baca dapat digunakan bersama-sama, tetapi tidak semua kombinasi diperbolehkan. Tanda baca teks termasuk koma, titik, serta tanda untuk memulai dan mengakhiri bagian-bagian teks.[2]

Suku kata /ka/ ditulis dengan satu huruf. Tanda baca mengubah, menambah, atau menghilangkan vokal suku kata tersebut. Huruf mempunyai bentuk subskrip untuk menulis tumpukan konsonan.

Aksara Kawi memiliki huruf subskrip yang digunakan untuk menulis tumpukan konsonan, setara dengan pasangan dalam aksara Jawa dan pangangge dalam aksara Bali. Namun beberapa inskripsi aksara Kawi tidak menggunakan pasangan dalam penulisannya, seperti prasasti pada Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.[3][4] Berikut contoh penulisan aksara Kawi dengan sampel teks dari Kakawin Ramayana:

Jahnī yāhning talaga kadi langit (air telaga jernih bagaikan langit). Cuplikan dari Kakawin Ramayana, 16.31, (Bhramara wilasita)
Jahnī yāhning talaga kadi langit (air telaga jernih bagaikan langit). Cuplikan dari Kakawin Ramayana, 16.31, (Bhramara wilasita)

Riwayat

Aksara Kawi berasal dari aksara Pallawa yang mengalami pengubahan bentuk huruf, diperkirakan terjadi pada abad ke-8. Aksara Pallawa itu sendiri merupakan turunan aksara Brahmi dan berasal dari daerah India bagian selatan. Aksara Pallawa ini menjadi induk semua aksara daerah di Asia Tenggara (mis. aksara Thai, aksara Batak, dan aksara Burma).

Perbedaan terpenting antara aksara Pallawa dan aksara Kawi adalah:

  • Aksara Kawi memiliki vokal e pepet dan vokal e pepet panjang, sedangkan aksara Pallawa tidak memiliki vokal e pepet atau vokal e pepet panjang.
  • Aksara Kawi cukup sering menggunakan tanda virama untuk menghilangkan vokal pada huruf konsonan, sedangkan aksara Pallawa biasanya hanya menggunakan virama di akhir kalimat atau di akhir bait.
  • Aksara Kawi memiliki bentuk karakter berbeda dibandingkan dengan aksara Pallawa, walaupun beberapa huruf masih ada kemiripan.

Khazanah Kawi diperoleh terutama dari inskripsi (batu maupun logam). Namun demikian, banyak juga naskah-naskah tulisan sastra yang menggunakan aksara ini di atas lembaran lontar, yang mengalami perubahan secara perlahan sesuai dengan proses penyalinan dari masa ke masa. Semenjak abad ke-16, praktis aksara Kawi menjadi aksara historis yang tidak dipakai sehar-hari dan digantikan dengan aksara hanacaraka dan juga abjad Arab (pegon).

Periodisasi

Aksara Kawi tidaklah homogen, baik bentuk maupun pengejaannya. Ini terjadi karena panjangnya masa penggunaan (tujuh abad) serta latar belakang sastra penulisnya. Pengenalan terhadap gaya penulisan sesuai periode ini membantu para epigraf dan arkeolog dalam menentukan kronologi dokumen yang memuat tulisan tersebut. J. G. de Casparis (1975) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan aksara Kawi[butuh rujukan], yaitu:

Perkembangan

Aksara Kawi, terutama dari periode Majapahit, dianggap sebagai induk aksara Jawa Modern dan aksara Bali. Modifikasi ini menyesuaikan dengan perubahan bunyi yang terjadi pula dalam bahasa yang bersangkutan.

Kebutuhan pendidikan dan akademik mendorong pengajuan modernisasi aksara Kawi dengan mengusulkannya untuk mendapatkan kode Unicode[1].


Huruf

Tabel aksara Kawi di bawah merupakan tabel dengan bentuk huruf berdasarkan bentuk huruf standar dari abad ke-8 hingga 10. Perbandingan bentuk huruf selama perkembangan aksara Kawi dapat dilihat di Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten (Holle, 1882).
Tabel huruf-huruf konsonan aksara Kawi Tabel huruf-huruf vokal dan angka aksara Kawi

Galeri

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Tabel tidak mengikutsertakan bentuk pasangan/gantungan dari aksara konsonan.

Referensi

Bacaan lanjutan

  • Brandes, J. L. A., 1889, Een Oud-Javaansch Alphabet van Midden Java, in Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, 1889, Vol. XXXII.
  • De Casparis, J. G., 1975, Indonesian Palaeography: A History of Writing in Indonesia from the beginnings to c. AD 1500, Leiden & Koln.
  • Holle, K. F., 1882, Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten: Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie, Batavia.

Pranala luar