Aksara Sasak: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Untuk|Aksara utama yang meliputi bahasa Bali |
{{Untuk|Aksara utama yang meliputi aksara Sasak serta penulisan bahasa Bali dan Sasak|Aksara Bali}} |
||
{{short description|Abugida}} |
{{short description|Abugida}} |
||
{{Infobox Writing system |
{{Infobox Writing system |
Revisi per 26 Juli 2022 16.32
Aksara Sasak | |
---|---|
Jenis aksara | |
Bahasa | Sasak |
Aksara terkait | |
Silsilah | Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Dari aksara Brahmi diturunkanlah:
|
Aksara kerabat | Bali Batak Baybayin Bugis Incung Jawa Lampung Makassar Rejang Sunda |
Aksara Sasak atau dikenal sebagai Aksara Jejawaan Sasak adalah salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Pulau Lombok.[1] Aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Sasak. Aksara Sasak merupakan turunan dari aksara Brahmi India melalui perantara aksara Kawi dan berkerabat dekat dengan aksara Bali dan aksara Jawa.[2]
Sejarah
Suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok selama berabad-abad, Mereka telah menghuni wilayahnya sejak 4.000 SM. Ada pendapat yang mengatakan bahwa orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Pulau Jawa. Ada juga yang menyatakan leluhur orang Sasak adalah orang Jawa.
Menurut Goris, "Sasak" secara etimologi, berasal dari kata "sah" yang berarti "pergi" dan "shaka" yang berarti "leluhur". Dengan begitu Goris menyimpulkan bahwa Sasak memiliki arti "pergi ke tanah leluhur". Dari pengertian inilah diduga bahwa leluhur orang Sasak itu adalah orang Jawa. Bukti lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan oleh orang Sasak disebut sebagai "Aksara Jejawan Sasak", yakni merupakan aksara yang berasal dari Pulau Jawa. Pada perkembangannya, aksara ini dipresentasikan dengan baik oleh para pujangga Sasak yang telah melahirkan tradisi kesusasteraan Sasak.[3]
Berdasarkan asal usul-usul serta pemakaian naskah di dalam naskah lontar baik berbahasa Sasak maupun berbahasa Kawi, aksara Jejawan Sasak dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
- Baluq Olas
- Rekan
- Swara
- Swalalita
Asal usul aksara Jejawaan Sasak adalah dari Aksara Jawa, dari segi pelafalan berjumlah 20 buah dengan urutan; "ha", "na", "ca", "ra", "ka", "da", "ta", "sa", "wa", "la", "pa", "dha", "ja", "ya", "nya", "ma", "ga", "ba", "tha", dan "nga". Huruf yang diserap ke dalam aksara Jejawan Sasak hanya berjumlah 18 huruf dan disebut "aksara Baluq Olas" yang dalam bahasa Indonesia berarti "aksara delapan belas".
Bahasa Sasak awalnya ditulis dengan aksara yang disebut Aksara Sasak, mirip dengan aksara Bali yang dipengaruhi oleh aksara Jawa. Aksara itu ditulis di daun lontar, dan kemudian dari tahun 1970an kertas sudah mulai digunakan untuk menulis aksara Sasak. Saat ini pengetahuan tentang aksara Sasak terbatas pada sejumlah kecil orang, dan alfabet Latin digunakan sebagai gantinya. Pada tahun 1948, bagian dari Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa Sasak dan ada beberapa literatur dalam bahasa Sasak pada abad ke-19, yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Jawa.[4]
Jenis aksara
Aksara Swalalita
aksara Swalalita adalah jenis aksara yang dipakai untuk tulis menulis dalam naskah-naskah lontar Sasak baik naskah berbahasa Sasak maupun berbahasa Kawi. Aksara Swalalita terdiri atas Huruf Vokal (Aksara Swara) dan Huruf Konsonan (Aksara Wyanjana).
Aksara Swara
Aksara Swara ini digunakan bila ia berada di depan serta menyatakan nama diri, nama tempat, nama hari dan lain lain. Aksara Swara ini juga berkedudukan sebagai Aksara Murdha, yang jika dialihkan aksaranya ke huruf Latin maka menjadi huruf Kapital, kecuali le.
Aksara Swara memiliki huruf vokal "i", "u", "e", "o", dan "é", apabila melekat pada aksara Wyanjana maka aksara Swara berubah menjadi sandarangan bunyi dengan bentuk-bentuk tertentu serta penempatannya ada diatas, dibawah, didepan atau dibelakang.
Aksara Wyanjana
Aksara Wyanjana terdiri dari huruf "h", "r", dan "ng" berada pada akhir suku kata, berubah menjadi sandangan bunyi dan berfungsi untuk mematikan suku. Sedangkan "ra", dan "re" untuk menghidupkan suku kata.
Aksara Baluq Olas
Aksara Carakan atau aksara Baluq Olas secara lahiriah telah mengandung bunyi vokal "a", serta merupakan satu suku. Apabila belum mengandung bunyi vokal "a" ("h", "n", "c", dst. Bukan "ha", "na", "ca", dst.) disebut sebagai aksara Legena.
Lihat juga
Referensi
- ^ "Aksara Kuno Saksi Kejayaan Nusantara". www.mediaspn.com. 13 Desember 2019. Diakses tanggal 13 April 2022.
- ^ Wahyudi (5 April 2016). "Aksara Sasak, Antara Menjadi Masa Depan Atau Masa Lalu". www.kompasiana.com. Diakses tanggal 13 April 2022.
- ^ M. Azizan (16 Mei 2016). "Sejarah Dan Tradisi Suku Sasak, Lombok NTB". siap-sekolah.com. Diakses tanggal 13 April 2022.
- ^ "Sasak Language, Alphabet And Pronunciation". omniglot.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 13 April 2022.