Lompat ke isi

Bahasa Melayu Siak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Sebenar (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Sebenar (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 38: Baris 38:


==Sejarah==
==Sejarah==
Menurut runtutan sejarahnya, bahasa Melayu Siak bukanlah benar-benar "bahasa Melayu", melainkan sejatinya merupakan salah satu [[dialek]] dari bahasa Minangkabau yang 'dicap' atau 'dilabeli' sebagai "Melayu". Pada masa klasik, perkembangan bahasa ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura, yang mana para pembesar kesultanan tersebut mayoritas memiliki darah Minangkabau. Pada tatanan pembesar [[Yang Dipertuan Besar Siak]] pun sangat jelas bahwa para datuk dalam kesultanan ini merupakan keturunan langsung Minangkabau yang bermigrasi ke wilayah Siak.
Menurut runtutan sejarahnya, bahasa Melayu Siak bukanlah benar-benar "bahasa Melayu", melainkan sejatinya merupakan salah satu [[dialek]] dari bahasa Minangkabau yang 'dicap' atau 'dilabeli' sebagai "Melayu". Pada masa klasik, perkembangan bahasa ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura, yang mana para pembesar kesultanan tersebut mayoritas memiliki darah etnis Minangkabau. Pada tatanan pembesar [[Yang Dipertuan Besar Siak]] pun sangat jelas bahwa para datuk dalam kesultanan ini merupakan keturunan langsung Minangkabau yang bermigrasi ke wilayah Siak.

Pada tahun 1760an, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah yang merupakan Sultan Siak ke-4 memiliki terobosan untuk menguasai jalur perdagangan di [[Sungai Siak]] dengan mengutus para pembesar dari suku Limopuluah (salah satu suku dalam bangsa Minangkabau) ke daerah Senapelan guna mengadakan musyawarah kerja sama untuk melemahkan pengaruh Belanda yang mendominasi perdagangan di area tersebut pada masa itu. Kemudian setelah ditemukan titik sepakat dengan para warga pribumi daerah Senapelan (kala itu didominasi oleh [[suku Bonai]]) dan dipersiapkan segala sesuatunya, sang sultan kemudian membawa serta seluruh perangkat kerajaan dan pindah ke Senapelan.

Senapelan yang merupakan simpang lalu lintas perdagangan itu semakin ramai setelah menjadi ibu kota Kesultanan Siak. Pada masa perkembangannya, baginda sultan membangun sebuah pekan ({{lit}} '[[pasar]]') untuk mengurangi peran Petapahan yang sebelumnya menjadi pekan bagi saudagar-saudagar dari tanah Minangkabau. Selanjutnya, baginda membuka jalur transportasi menghubungkan dengan negeri-negeri (kini [[Daftar provinsi di Indonesia|provinsi-provinsi]]) penghasil lada, damar, kayu, gambir, dan rotan. Perekonomian yang semakin maju di Senapelan tersebut telah memotong jalur perdagangan ke hilir sungai Siak. Akibatnya, Mempura menjadi sepi dan Belanda dirugikan. Dikarenakan hal itulah, daerah Senapelan kemudian lebih dikenali sebagai [[Pekanbaru]] dan masih bertahan hingga saat ini.


==Referensi==
==Referensi==

Revisi per 29 September 2022 18.01

Bahasa Melayu Siak–Pekanbaru
Bahaso Melayu Siak
Bahaso Melayu Siak–Pekanbaru
بهاس ملايو سياك
Pengucapan/bʌ.hʌ.sɔ.mə.lʌ.jʊ.sɪ.ʌʔ/
Dituturkan diIndonesia
Wilayah Riau
EtnisMelayu Siak
Penutur
Bentuk awal
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottologsiak1239[1]
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Melayu Siak (Bahaso Melayu Siak; Abjad Jawi: بهاس ملايو سياك) atau secara alternatif juga disebut sebagai Melayu Siak–Pekanbaru adalah sebuah variasi bahasa Melayu yang secara dominan dituturkan di Kabupaten Siak, utara Kota Pekanbaru, maupun Kabupaten Bengkalis.[2] Berdasarkan hasil studi analisis linguistik, diketahui bahwa bahasa ini sejatinya merupakan sebuah bahasa yang berasal atau diturunkan dari bahasa Minangkabau Kuno, dan memiliki persamaan leksikal dengan bahasa Minangkabau sebesar 62%.[3] Walaupun cenderung memiliki unsur linguistik Minangkabau yang sangat kentara, bahasa ini kerap diidentifikasi sebagai 'Melayu' ketimbang 'Minangkabau' dikarenakan penutur bahasa ini mayoritas mengaku diri mereka sebagai masyarakat yang beretnis Melayu. Bahasa ini merupakan lingua franca (bahasa perantara) yang secara umum diakui di Kota Pekanbaru.[4]

Sejarah

Menurut runtutan sejarahnya, bahasa Melayu Siak bukanlah benar-benar "bahasa Melayu", melainkan sejatinya merupakan salah satu dialek dari bahasa Minangkabau yang 'dicap' atau 'dilabeli' sebagai "Melayu". Pada masa klasik, perkembangan bahasa ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura, yang mana para pembesar kesultanan tersebut mayoritas memiliki darah etnis Minangkabau. Pada tatanan pembesar Yang Dipertuan Besar Siak pun sangat jelas bahwa para datuk dalam kesultanan ini merupakan keturunan langsung Minangkabau yang bermigrasi ke wilayah Siak.

Pada tahun 1760an, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah yang merupakan Sultan Siak ke-4 memiliki terobosan untuk menguasai jalur perdagangan di Sungai Siak dengan mengutus para pembesar dari suku Limopuluah (salah satu suku dalam bangsa Minangkabau) ke daerah Senapelan guna mengadakan musyawarah kerja sama untuk melemahkan pengaruh Belanda yang mendominasi perdagangan di area tersebut pada masa itu. Kemudian setelah ditemukan titik sepakat dengan para warga pribumi daerah Senapelan (kala itu didominasi oleh suku Bonai) dan dipersiapkan segala sesuatunya, sang sultan kemudian membawa serta seluruh perangkat kerajaan dan pindah ke Senapelan.

Senapelan yang merupakan simpang lalu lintas perdagangan itu semakin ramai setelah menjadi ibu kota Kesultanan Siak. Pada masa perkembangannya, baginda sultan membangun sebuah pekan (terj. har. 'pasar') untuk mengurangi peran Petapahan yang sebelumnya menjadi pekan bagi saudagar-saudagar dari tanah Minangkabau. Selanjutnya, baginda membuka jalur transportasi menghubungkan dengan negeri-negeri (kini provinsi-provinsi) penghasil lada, damar, kayu, gambir, dan rotan. Perekonomian yang semakin maju di Senapelan tersebut telah memotong jalur perdagangan ke hilir sungai Siak. Akibatnya, Mempura menjadi sepi dan Belanda dirugikan. Dikarenakan hal itulah, daerah Senapelan kemudian lebih dikenali sebagai Pekanbaru dan masih bertahan hingga saat ini.

Referensi

  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Siak Malay". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  2. ^ Reva (13 Mei 2019). "Bahasa Melayu, Gerbang Memasuki Riau". bahanamahasiswa.co. Diakses tanggal 1 Juni 2022. 
  3. ^ Rahma, Siti (2019). "Kekerabatan Antara Bahasa Melayu Siak dengan Bahasa Minangkabau: Analisis Leksikostatistik". 
  4. ^ Alzal (12 Maret 2017). "Bahasa Melayu Logat Siak Diusulkan Jadi Bahasa Persatuan Pekanbaru". www.cakaplah.com. Diakses tanggal 1 Juni 2022. 

Pranala luar