Lompat ke isi

Lokomotif CC10: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ardy RfPas (bicara | kontrib)
k Perbaikan tata bahasa
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Ardy RfPas (bicara | kontrib)
Perbaikan tata bahasa
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 24: Baris 24:
|trainbrakes=Rem Vakum, dan Rem tangan|horn=Top Lever Single Chime Whistle|width=2500 mm|height=3700 mm|leadingsize=777 mm|fueltype=Batubara, Kayu Jati, dan Minyak Residu}}
|trainbrakes=Rem Vakum, dan Rem tangan|horn=Top Lever Single Chime Whistle|width=2500 mm|height=3700 mm|leadingsize=777 mm|fueltype=Batubara, Kayu Jati, dan Minyak Residu}}


'''Lokomotif CC10''' adalah lokomotif mallet artikulasi generasi kedua yang didatangkan ''[[Staatsspoorwegen]]'' (SS), memiliki ukuran dan tenaga yang lebih besar dari lokomotif seri SS Kelas 500 ([[Lokomotif BB10]]) yang merupakan loko mallet generasi pertama yang pada awalnya diperuntukkan untuk lintas pegunungan Priangan Selatan (Jawa Barat) yang berat. Lokomotif ini memiliki susunan roda [[2-6-6-0]], di datangkan 2 gelombang (''batch''), gelombang pertama tahun 1904–1909 dari pabrikan Jerman yaitu ''Berliner Maschinenbau AG v. L.Schwartzkopff'' (''Schwartzkopff'') dan ''Sächsische Maschinenfabrik v. R.Hartmann'' (''Hartmann''). Sedangkan untuk gelombang kedua datang pada tahun 1910–1911 dari pabrikan ''Nederlandsche Fabriek van Werktuigen en Spoorwegmaterieel, N. V.'' (''Werkspoor, N. V.''). Pada tahun 1912, lokomotif ini mendapatkan penomoran seri SS Kelas 520 (SS 521-543) dan SS 551-561. Terdapat perbedaan fisik antara loko batch pertama dan kedua, untuk batch pertama memiliki ujung tangki yang bersudut siku dan cenderung kaku sedangkan untuk batch kedua ujung tangki cenderung bersudut lancip agak ramping dan atap kabinnya terdapat lubang sirkulasi udara.<ref>{{Cite book|last=Bagus Prayogo, Yohanes Sapto, Prabowo, Radityo Diaz|first=Yoga|date=2017|title=Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia.|location=Jogjakarta|publisher=Jogja Bangkit Publisher|isbn=9786020818559|url-status=live}}</ref> Semua lokomotif seri SS 520 memiliki tangki air di sisi kiri dan kanan ketel, atau disebut pula lokomotif tanpa tender (tank engine). Selain beroperasi di [[Stasiun Purwakarta|Purwakarta]]–[[Stasiun Bandung|Bandung]], lokomotif ini juga berjaya menghela kereta penumpang maupun barang pada jalur [[Stasiun Cicalengka|Cicalengka]]–[[Stasiun Banjar|Banjar]] yang memiliki gradien yang lebih terjal.<ref>{{Cite book|last=Oegema|first=J.J.G.|date=1982|title=De Stoomtractie op Java en Sumatra|location=Deventer-Antwerpen|publisher=Kluwer Technische Boeken, B. V.|isbn=9789020115208|url-status=live}}</ref> Kecepatan maksimum lokomotif ini dibatasi sekitar 40–50&nbsp;km/jam mengingat banyaknya tikungan-tikungan tajam di jalur pegunungan Jawa Barat. Lokomotif mallet mendapatkan penomoran baru seri CC10 setelah pendudukan Jepang dan dipakai pada era Djawatan Kereta Api (DKA). Lokomotif ini dinilai dapat melahap tikungan-tikungan lintas pegunungan Priangan dengan baik, namun dengan bobot rangka pada gandar penggerak yang cenderung ringan dan silinder uap depan yang lebih besar dapat menimbulkan goncangan serta pipa saluran tekanan uap fleksibelnya cenderung rawan mengalami kebocoran yang dapat menyebabkan keluaran daya mesinnya kurang bertenaga.
'''Lokomotif CC10''' adalah lokomotif mallet artikulasi generasi kedua yang didatangkan ''[[Staatsspoorwegen]]'' (SS), memiliki ukuran dan tenaga yang lebih besar dari lokomotif seri SS Kelas 500 ([[Lokomotif BB10]]) yang merupakan loko mallet generasi pertama yang pada awalnya diperuntukkan untuk lintas pegunungan Priangan Selatan (Jawa Barat) yang berat. Lokomotif ini memiliki susunan roda [[2-6-6-0]], di datangkan 2 gelombang (''batch''), gelombang pertama tahun 1904–1909 dari pabrikan Jerman yaitu ''Berliner Maschinenbau AG v. L.Schwartzkopff'' (''Schwartzkopff'') dan ''Sächsische Maschinenfabrik v. R.Hartmann'' (''Hartmann''). Sedangkan untuk gelombang kedua datang pada tahun 1910–1911 dari pabrikan ''Nederlandsche Fabriek van Werktuigen en Spoorwegmaterieel, N. V.'' (''Werkspoor, N. V.''). Pada tahun 1912, lokomotif ini mendapatkan penomoran seri SS Kelas 520 (SS 521-543) dan SS 551-561. Terdapat perbedaan fisik antara loko batch pertama dan kedua, untuk batch pertama memiliki ujung tangki yang bersudut 90 derajat sedangkan untuk batch kedua ujung tangki tidak bersudut 90 derajat.<ref>{{Cite book|last=Bagus Prayogo, Yohanes Sapto, Prabowo, Radityo Diaz|first=Yoga|date=2017|title=Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia.|location=Jogjakarta|publisher=Jogja Bangkit Publisher|isbn=9786020818559|url-status=live}}</ref> Semua lokomotif seri SS 520 memiliki tangki air di sisi kiri dan kanan ketel, atau disebut pula lokomotif tanpa tender (tank engine). Selain beroperasi di [[Stasiun Purwakarta|Purwakarta]]–[[Stasiun Bandung|Bandung]], lokomotif ini juga berjaya menghela kereta penumpang maupun barang pada jalur [[Stasiun Cicalengka|Cicalengka]]–[[Stasiun Banjar|Banjar]] yang memiliki gradien yang lebih terjal.<ref>{{Cite book|last=Oegema|first=J.J.G.|date=1982|title=De Stoomtractie op Java en Sumatra|location=Deventer-Antwerpen|publisher=Kluwer Technische Boeken, B. V.|isbn=9789020115208|url-status=live}}</ref> Kecepatan maksimum lokomotif ini dibatasi sekitar 40–50&nbsp;km/jam mengingat banyaknya tikungan-tikungan tajam di jalur pegunungan Jawa Barat. Lokomotif mallet mendapatkan penomoran baru seri CC10 setelah pendudukan Jepang dan dipakai pada era Djawatan Kereta Api (DKA). Lokomotif ini dinilai dapat melahap tikungan-tikungan lintas pegunungan Priangan dengan baik, namun dengan bobot rangka pada gandar penggerak yang cenderung ringan dan silinder uap depan yang lebih besar dapat menimbulkan goncangan serta pipa saluran tekanan uap fleksibelnya cenderung rawan mengalami kebocoran yang dapat menyebabkan keluaran daya mesinnya kurang bertenaga.


Dari 33 unit CC10 yang dibuat, tidak ada yang tersisa. Ada yang mengatakan monumen CC5030 di Subdepo Cibatu tidak murni CC50. melainkan CC10 yang hanya menyisakan kepala (Smoke box) dan komponen CC50 lain. Namun, belum ada bukti yang pasti, apakah monumen tersebut merupakan CC10 yang diberi komponen menyerupai CC50. Kemungkinan CC1032.<ref>https://arsip76r.blogspot.com/2012/02/lokomotif-mallet-indonesia_24.html?m=1</ref>
Dari 33 unit CC10 yang dibuat, tidak ada yang tersisa. Ada yang mengatakan monumen CC5030 di Subdepo Cibatu tidak murni CC50. melainkan CC10 yang hanya menyisakan kepala (Smoke box) dan komponen CC50 lain. Namun, belum ada bukti yang pasti, apakah monumen tersebut merupakan CC10 yang diberi komponen menyerupai CC50. Kemungkinan CC1032.<ref>https://arsip76r.blogspot.com/2012/02/lokomotif-mallet-indonesia_24.html?m=1</ref>

Revisi per 7 Juni 2023 02.16

Lokomotif CC10
Lokomotif CC10
Lokomotif CC10 batch kedua
Data teknis
Sumber tenagaUap
ProdusenHartmann, Schwartzkopf, dan Werkspoor
Tanggal dibuat1904-1910
Jumlah dibuat33 Unit
Spesifikasi roda
Notasi Whyte2-6-6-0
Susunan roda AAR1-C
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Ukuran roda depan777 mm
Diameter roda1.260 mm
Panjang12700 mm
Lebar2500 mm
Tinggi maksimum3700 mm
Berat
Berat kosong62,3 ton
Bahan bakar
Jenis bahan bakarBatubara, Kayu Jati, dan Minyak Residu
Sistem mesin
Ukuran silinder400 mm x 508 mm
Kinerja
Kecepatan maksimum50 km/jam
Lain-lain
Rem keretaRem Vakum, dan Rem tangan
Jenis suling/klakson lokomotifTop Lever Single Chime Whistle
Karier
Perusahaan pemilikStaatsspoorwegen
Daerah operasiJawa


Lokomotif CC10 adalah lokomotif mallet artikulasi generasi kedua yang didatangkan Staatsspoorwegen (SS), memiliki ukuran dan tenaga yang lebih besar dari lokomotif seri SS Kelas 500 (Lokomotif BB10) yang merupakan loko mallet generasi pertama yang pada awalnya diperuntukkan untuk lintas pegunungan Priangan Selatan (Jawa Barat) yang berat. Lokomotif ini memiliki susunan roda 2-6-6-0, di datangkan 2 gelombang (batch), gelombang pertama tahun 1904–1909 dari pabrikan Jerman yaitu Berliner Maschinenbau AG v. L.Schwartzkopff (Schwartzkopff) dan Sächsische Maschinenfabrik v. R.Hartmann (Hartmann). Sedangkan untuk gelombang kedua datang pada tahun 1910–1911 dari pabrikan Nederlandsche Fabriek van Werktuigen en Spoorwegmaterieel, N. V. (Werkspoor, N. V.). Pada tahun 1912, lokomotif ini mendapatkan penomoran seri SS Kelas 520 (SS 521-543) dan SS 551-561. Terdapat perbedaan fisik antara loko batch pertama dan kedua, untuk batch pertama memiliki ujung tangki yang bersudut 90 derajat sedangkan untuk batch kedua ujung tangki tidak bersudut 90 derajat.[1] Semua lokomotif seri SS 520 memiliki tangki air di sisi kiri dan kanan ketel, atau disebut pula lokomotif tanpa tender (tank engine). Selain beroperasi di PurwakartaBandung, lokomotif ini juga berjaya menghela kereta penumpang maupun barang pada jalur CicalengkaBanjar yang memiliki gradien yang lebih terjal.[2] Kecepatan maksimum lokomotif ini dibatasi sekitar 40–50 km/jam mengingat banyaknya tikungan-tikungan tajam di jalur pegunungan Jawa Barat. Lokomotif mallet mendapatkan penomoran baru seri CC10 setelah pendudukan Jepang dan dipakai pada era Djawatan Kereta Api (DKA). Lokomotif ini dinilai dapat melahap tikungan-tikungan lintas pegunungan Priangan dengan baik, namun dengan bobot rangka pada gandar penggerak yang cenderung ringan dan silinder uap depan yang lebih besar dapat menimbulkan goncangan serta pipa saluran tekanan uap fleksibelnya cenderung rawan mengalami kebocoran yang dapat menyebabkan keluaran daya mesinnya kurang bertenaga.

Dari 33 unit CC10 yang dibuat, tidak ada yang tersisa. Ada yang mengatakan monumen CC5030 di Subdepo Cibatu tidak murni CC50. melainkan CC10 yang hanya menyisakan kepala (Smoke box) dan komponen CC50 lain. Namun, belum ada bukti yang pasti, apakah monumen tersebut merupakan CC10 yang diberi komponen menyerupai CC50. Kemungkinan CC1032.[3]

Galeri

Referensi

  1. ^ Bagus Prayogo, Yohanes Sapto, Prabowo, Radityo Diaz, Yoga (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Jogjakarta: Jogja Bangkit Publisher. ISBN 9786020818559. 
  2. ^ Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Deventer-Antwerpen: Kluwer Technische Boeken, B. V. ISBN 9789020115208. 
  3. ^ https://arsip76r.blogspot.com/2012/02/lokomotif-mallet-indonesia_24.html?m=1