Lompat ke isi

Coelacanth: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Iripseudocorus (bicara | kontrib)
Penambahan referensi #1lib1ref #1lib1refID #1lib1ref2024
Paleo.arief (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu dirapikan kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor
Baris 2: Baris 2:
| name = Coelacanth
| name = Coelacanth
| fossil_range = <br />[[Devon]] awal– sekarang,<ref name="ref4">{{cite journal |doi=10.1098/rsbl.2006.0470 |title=Oldest coelacanth, from the Early Devonian of Australia |year=2006 |last1=Johanson |first1=Z. |last2=Long |first2=J. A |last3=Talent |first3=J. A |last4=Janvier |first4=P. |last5=Warren |first5=J. W |journal=Biology Letters |volume=2 |issue=3 |pages=443–6 |pmid=17148426 |pmc=1686207}}</ref> {{fossil range|409|0}}
| fossil_range = <br />[[Devon]] awal– sekarang,<ref name="ref4">{{cite journal |doi=10.1098/rsbl.2006.0470 |title=Oldest coelacanth, from the Early Devonian of Australia |year=2006 |last1=Johanson |first1=Z. |last2=Long |first2=J. A |last3=Talent |first3=J. A |last4=Janvier |first4=P. |last5=Warren |first5=J. W |journal=Biology Letters |volume=2 |issue=3 |pages=443–6 |pmid=17148426 |pmc=1686207}}</ref> {{fossil range|409|0}}
| image = Coelacanth.png
| image = Coelacanth off Pumula on the KwaZulu-Natal South Coast, South Africa, on 22 November 2019.png
| image_caption = Coelacanth hidup terlihat di [[Umzumbe|Pumula]] di Pantai Selatan [[KwaZulu-Natal]], Afrika Selatan, 2019
| image_caption = ''[[Latimeria]] chalumnae''
| image2 = Axelrodichthys araripensis - Naturmuseum Senckenberg - DSC02202.JPG
| image2 = Latimeria menadoensis.jpg
| image2_caption = Spesimen ''[[Axelrodichthys]]'' ''araripensis'' dari Kapur Awal Brazil (''[[Mawsoniidae]]'')
| image2_caption = ''Latimeria menadoensis''
| status =
| status =
| status_system =
| status_system =
Baris 17: Baris 17:
| ordo = '''Coelacanthiformes'''
| ordo = '''Coelacanthiformes'''
| ordo_authority = [[Thomas Henry Huxley|Huxley]], 1861
| ordo_authority = [[Thomas Henry Huxley|Huxley]], 1861
| type_species = ''[[Coelacanthus granulatus]]'' (punah)
| type_species = {{extinct}}''[[Coelacanthus granulatus]]''
| type_species_authority = [[Louis Agassiz|Agassiz]], 1839
| type_species_authority = [[Louis Agassiz|Agassiz]], 1839
| subdivision_ranks = famili
| subdivision_ranks = Famili dan genera
| subdivision = Lihat teks
| subdivision = * Latimerioidei
** [[Latimeriidae]]
** {{extinct}}[[Mawsoniidae]]
}}
}}


'''Coelacanth''' ([[IPA]]: [ˈsiːləˌkænθ] ''SI-la-kèn'') (ordo '''Coelacanthiformes''') adalah kelompok [[Sarcopterygii|ikan bersirip lobus]] purba (Sarcopterygii) dalam [[Kelas (biologi)|kelas]] '''Actinistia'''. Sebagai sarcopterygian, mereka lebih berkerabat dekat dengan [[Dipnoi|ikan paru-paru]] dan [[tetrapoda]] (termasuk [[amfibi]], [[reptil]], [[burung]], dan [[mamalia]]) dibandingkan dengan [[Actinopterygii|ikan bersirip pari]].
'''Coelacanth''' ([[IPA]]: [ˈsiːləˌkænθ] SI-lo-kèn) adalah nama [[ordo (biologi)|ordo]] (bangsa) [[ikan]] yang di masa ini hanya terdiri dari dua spesies di dalam genus ''Latimeria'',<ref>{{Cite book|last=Parker|first=Sybil, P|date=1984|title=McGraw-Hill Dictionary of Biology|publisher=McGraw-Hill Company|url-status=live}}</ref> yaitu [[coelacanth Afrika]] (''Latimeria chalumnae)'' yang ditemukan di dekat pesisir timur [[Afrika]], dan [[ikan raja laut]] (''Latimeria menadoensis)'' yang berada di perairan sekitar utara pulau [[Sulawesi]] dan peraian Biak di [[Papua]].<ref>{{Cite web|last=Syaihailatua|first=Augy|title=Hunting for living fossils in Indonesian waters|url=http://theconversation.com/hunting-for-living-fossils-in-indonesian-waters-34770|website=The Conversation|language=en|access-date=20 Juni 2021}}</ref><ref>Rik Nulens, Lucy Scott and Marc Herbin (22 September 2011). [https://web.archive.org/web/20180818213827/http://ir.nrf.ac.za/bitstream/handle/10907/374/Nulens_special_publication3.pdf?sequence=1 An updated inventory of all known specimens of the coelacanth, Latimeria spp.] (PDF). ''Smithiana''. Diarsipkan dari [http://ir.nrf.ac.za/bitstream/handle/10907/374/Nulens_special_publication3.pdf?sequence=1 situs asli] (PDF) pada 18 Agustus 2018. Diakses tanggal 20 Juni 2021.</ref> Nama "coelacanth" berasal dari nama sebuah genus Coelacanth dari [[Perem|Periode Perem]], ''Coelacanthus'', yang merupakan coelacanth pertama yang dinamakan secara ilmiah.


Terwakili dengan baik dalam fosil air tawar dan laut sejak [[Devon (zaman)|zaman Devon]], mereka sekarang hanya diwakili oleh dua spesies laut yang [[Neontologi|masih ada]] dalam genus ''Latimeria'': [[Coelacanth Afrika|coelacanth Samudra Hindia Barat]] (''Latimeria chalumnae''), yang terutama ditemukan di dekat [[Kepulauan Komoro]] di lepas pantai timur Afrika, dan [[Ikan raja laut|coelacanth Indonesia]] (''Latimeria menadoensis''). Nama ''coelacanth'' berasal dari genus [[Perem|Permian]] ''[[Coelacanthus]]'', yang merupakan coelacanth pertama yang diberi [[Tata nama biologi|nama ilmiah]].
Coelacanth merupakan keturunan dari garis keturunan tertua dari [[Sarcopterygii|Sarcopterigii]] (ikan bersirip daging dan [[tetrapoda]]), yang berarti mereka berkerabat lebih dekat dengan [[Dipnoi|ikan paru]] dan tetrapoda seperti [[amfibi]], [[reptil]], [[burung]], dan [[Binatang menyusui|mamalia]] daripada dengan [[Actinopterygii|Actinopterigii]] (ikan bersirip duri yang meliputi hampir semua ikan modern). Coelacanth termasuk ke dalam subkelas [[Actinistia]], sekelompok ikan bersirip daging yang berkerabat dengan ikan paru dan beberapa ordo ikan dari [[Devon (periode)|Periode Devon]] yang telah punah, seperti [[Osteolepiformes]], [[Porolepiformes]], [[Rhizodontida]], dan [[Panderichthyidae]]. Dahulu, coelacanth dianggap telah punah sejak [[Zaman Kapur Akhir]], yakni sekitar 66 juta tahun yang lalu, namun ditemukan kembali pada tahun 1983 di sekitar pesisir [[Afrika Selatan]]<ref>{{Cite book|last=Brierley.|first=Smith, Jam. Leon|date=1958|url=http://worldcat.org/oclc/66313420|title=Old fourlegs : the story of the coelacanth|publisher=Pan Books|oclc=66313420}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Smith|first=C. Lavett|last2=Rand|first2=Charles S.|last3=Schaeffer|first3=Bobb|last4=Atz|first4=James W.|date=1975-12-12|title=Latimeria, the Living Coelacanth, Is Ovoviviparous|url=https://science.sciencemag.org/content/190/4219/1105|journal=Science|language=en|volume=190|issue=4219|pages=1105–1106|doi=10.1126/science.190.4219.1105|issn=0036-8075}}</ref>

Fosil coelacanth tertua yang diketahui berumur lebih dari 410 juta tahun. Coelacanth diperkirakan punah pada Zaman Kapur Akhir, sekitar 66 juta tahun yang lalu, namun ditemukan hidup di lepas pantai Afrika Selatan pada tahun 1938.

Coelacanth telah lama dianggap sebagai "fosil hidup" karena para ilmuwan mengira bahwa ia adalah satu-satunya anggota takson yang tersisa yang hanya diketahui dari fosil, tanpa kerabat dekat yang masih hidup,[8] dan bahwa ia berevolusi menjadi bentuk yang hampir sama seperti saat ini sekitar 400 juta tahun yang lalu. Akan tetapi, beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa bentuk tubuh coelacanth jauh lebih beragam daripada yang diperkirakan sebelumnya.


== Etimologi ==
== Etimologi ==
Kata "coelacanth" adalah serapan Inggris dari Latin Modern ''Cœlacanthus'' ("duri berongga"), yang berasal dari bahasa Yunani κοῖλ-ος (''koilos'', "berongga") dan ἄκανθ-α (''akantha'', "duri"), merujuk kepada duri sirip ekor berongga pada spesimen fosil pertama yang dideskripsikan dan dinamai oleh [[Louis Agassiz]] pada tahun 1839. Nama genus ''Latimeria'' merupakan penghormatan terhadap [[Marjorie Courtenay-Latimer]] yang pertama kali menemukan spesimen pertama.<ref>{{Cite web|title=Coelacanth {{!}} Smithsonian Ocean|url=http://ocean.si.edu/ocean-life/fish/coelacanth|website=ocean.si.edu|language=en|access-date=20 Juni 2021}}</ref>
Kata "coelacanth" adalah serapan Inggris dari Latin Modern ''Cœlacanthus'' ("duri berongga"), yang berasal dari bahasa Yunani κοῖλ-ος (''koilos'', "berongga") dan ἄκανθ-α (''akantha'', "duri"), merujuk pada sirip ekor berongga dari spesimen fosil pertama yang dideskripsikan dan diberi nama oleh Louis Agassiz pada tahun 1839, termasuk dalam genus Coelacanthus. Nama genus ''Latimeria'' merupakan penghormatan terhadap [[Marjorie Courtenay-Latimer]] yang pertama kali menemukan spesimen pertama.<ref>{{Cite web|title=Coelacanth {{!}} Smithsonian Ocean|url=http://ocean.si.edu/ocean-life/fish/coelacanth|website=ocean.si.edu|language=en|access-date=20 Juni 2021}}</ref>

== Penemuan ==
[[Berkas:Coelacanthus granulatus.JPG|kiri|jmpl|Fosil ''[[Coelacanthus granulatus]]'', coelacanth yang pertama kali dideskripsikan, dinamai oleh [[Louis Agassiz]] pada tahun 1839.]]
Fosil Coelacanth paling awal ditemukan pada abad ke-19. Coelacanth, yang berkerabat dengan ikan paru-paru dan tetrapoda, diyakini telah punah pada akhir periode Kapur. Lebih dekat kekerabatannya dengan tetrapoda dibandingkan dengan ikan bersirip pari, coelacanth dianggap sebagai spesies peralihan antara ikan dan tetrapoda. Pada tanggal 23 Desember 1938, spesimen Latimeria pertama ditemukan di lepas pantai timur Afrika Selatan, di lepas Sungai Chalumna (sekarang Tyolomnqa). Kurator museum Marjorie Courtenay-Latimer menemukan ikan tersebut di antara hasil tangkapan nelayan setempat. Courtenay-Latimer menghubungi seorang ahli ikan dari Universitas Rhodes, J. L. B. Smith, dan mengirimkan gambar ikan tersebut kepadanya. Ia mengonfirmasi pentingnya ikan tersebut melalui kabel terkenal: "Kerangka dan Insang yang Paling Penting = Ikan yang Dideskripsikan."

Penemuannya 66 juta tahun setelah kepunahannya menjadikan coelacanth contoh takson Lazarus yang paling terkenal, garis evolusi yang tampaknya telah menghilang dari catatan fosil dan muncul kembali beberapa waktu kemudian. Sejak 1938, coelacanth Samudra Hindia Barat telah ditemukan di Komoro, Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar, di Taman Rawa iSimangaliso, dan di lepas Pantai Selatan Kwazulu-Natal di Afrika Selatan.


Spesimen Kepulauan Komoro ditemukan pada bulan Desember 1952. Antara tahun 1938 dan 1975, 84 spesimen ditangkap dan dicatat.
== Fosil hidup ==
[[Berkas:Coelacanth in Kuwait by Prof Dr Norman Ali Khalaf July 2019.jpg |jmpl|220px|''[[Latimeria chalumnae]]'' di Pusat Kebudayaan Abdallah Al Salem di Kuwait ]]
Sampai saat ini, telah ada 2 spesies hidup Coelacanth yang ditemukan yaitu Coelacanth Komoro, ''[[Latimeria chalumnae]]'' dan Coelacanth Sulawesi (manado), ''[[Latimeria menadoensis]]''.


Spesies kedua yang masih ada, coelacanth Indonesia, dideskripsikan dari Manado, Sulawesi Utara, Indonesia, pada tahun 1999 oleh Pouyaud dkk. berdasarkan spesimen yang ditemukan oleh Mark V. Erdmann pada tahun 1998 dan disimpan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Erdmann dan istrinya Arnaz Mehta pertama kali menemukan spesimen di pasar lokal pada bulan September 1997, tetapi hanya mengambil beberapa foto spesimen pertama spesies ini sebelum dijual. Setelah memastikan bahwa itu adalah penemuan yang unik, Erdmann kembali ke Sulawesi pada bulan November 1997 untuk mewawancarai nelayan dan mencari contoh lebih lanjut. Spesimen kedua ditangkap oleh seorang nelayan pada bulan Juli 1998 dan kemudian diserahkan kepada Erdmann.
Hingga tahun 1938, ikan yang berkerabat dekat dengan [[ikan paru-paru]] ini dianggap telah punah semenjak akhir Zaman Cretaceous, sekitar 65 juta tahun yang silam. Sampai ketika seekor coelacanth hidup tertangkap oleh [[jaring]] [[hiu]] di muka [[kuala]] [[Sungai]] Chalumna, Afrika Selatan pada bulan Desember tahun tersebut. Kapten kapal pukat yang tertarik melihat ikan aneh tersebut, mengirimkannya ke museum di kota [[East London]], yang ketika itu dipimpin oleh Nn. Marjorie Courtney-Latimer. Seorang [[iktiologis]] (ahli ikan) setempat, Dr. J.L.B. Smith kemudian mendeskripsi ikan tersebut dan menerbitkan artikelnya di jurnal [[Nature]] pada tahun 1939. Ia memberi nama ''Latimeria chalumnae'' kepada ikan jenis baru tersebut, untuk mengenang sang kurator museum dan lokasi penemuan ikan itu.


== Deskripsi ==
Di hadapan Nn. Courtenay-Latimer, kurator museum East London.]]
[[Berkas:Latimeria chalumnae replica.jpg|jmpl|Rekonstruksi [[Coelacanth Afrika|coelacanth Samudera Hindia Barat]].]]
Pencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan [[Komoro]] di [[Samudra Hindia]] sebelah barat sebagai habitatnya, tempat beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 m. Di luar kepulauan itu, sampai tahun 1990-an beberapa individu juga tertangkap di perairan [[Mozambique]], [[Madagaskar]], dan juga Afrika Selatan. Namun semuanya masih dianggap sebagai bagian dari [[populasi]] yang kurang lebih sama.
Latimeria chalumnae dan L. menadoensis adalah dua spesies coelacanth yang diketahui masih hidup. Coelacanth adalah ikan besar, gemuk, bersirip cuping yang dapat tumbuh hingga lebih dari 2 m (6,6 kaki) dan berat sekitar 90 kg (200 pon). Mereka diperkirakan hidup hingga 100 tahun, berdasarkan analisis tanda pertumbuhan tahunan pada sisik, dan mencapai kematangan sekitar usia 55 tahun; spesimen tertua yang diketahui berusia 84 tahun pada saat ditangkap pada tahun 1960. Meskipun perkiraan masa hidup mereka mirip dengan manusia, masa kehamilan dapat berlangsung selama 5 tahun, yang berarti 1,5 tahun lebih lama dari hiu berjumbai laut dalam, pemegang rekor sebelumnya.
[[Berkas:Latimeria menadoensis.jpg|jmpl|''[[Ikan raja laut|Latimeria menadoensis]]'' yang diawetkan, [[Tokyo Sea Life Park]], Jepang.]]
Mereka adalah pemburu hewan piscivora yang aktif di malam hari.


Tubuhnya ditutupi sisik elasmoid sisik yang berfungsi sebagai pelindung. Ikan coelacanth memiliki delapan sirip – dua sirip punggung, dua sirip dada, dua sirip perut, satu sirip dubur, dan satu sirip ekor. Ekornya hampir sama besar dan terbagi oleh seberkas sirip yang membentuk lobus ekornya. Mata ikan coelacanth sangat besar, sedangkan mulutnya sangat kecil. Mata diaklimatisasi untuk melihat dalam cahaya redup oleh batang yang menyerap sebagian besar panjang gelombang pendek. Penglihatan ikan coelacanth telah berevolusi menjadi kapasitas warna yang sebagian besar bergeser ke biru. Lipatan pseudomaksila mengelilingi mulut dan menggantikan tulang rahang atas, struktur yang tidak ada pada ikan coelacanth. Dua lubang hidung, bersama dengan empat bukaan eksternal lainnya, muncul di antara tulang premaksila dan tulang rostral lateral. Kantung hidung menyerupai banyak ikan lain dan tidak mengandung lubang hidung internal.
Pada tahun 1998, 60 tahun setelah ditemukannya [[fosil]] hidup coelacanth Komoro, seekor ikan raja laut tertangkap jaring [[nelayan]] di perairan [[Pulau Manado Tua]], Sulawesi Utara. Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya di sana oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan raja laut secara fisik mirip coelacanth Komoro, dengan perbedaan pada warnanya. Yakni raja laut berwarna coklat, sementara coelacanth Komoro berwarna biru baja.


Organ rostral coelacanth, yang terdapat di dalam daerah etmoid tempurung otak, memiliki tiga lubang yang tidak dijaga ke lingkungan dan digunakan sebagai bagian dari sistem laterosensori coelacanth. Penerimaan pendengaran coelacanth dimediasi oleh telinga bagian dalamnya, yang sangat mirip dengan tetrapoda dan diklasifikasikan sebagai papila basilar.
Ikan raja laut tersebut kemudian dikirimkan kepada seorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado, Mark Erdmann, bersama dua koleganya, R.L. Caldwell dan Moh. Kasim Moosa dari [[LIPI]]. Penemuan ini kemudian dipublikasikan di jurnal ilmiah [[Nature]].<ref>{{en}} {{cite journal
| last = Erdmann
| first = Mark V.
| authorlink =
| coauthors = Caldwell, Roy L.; Moosa, M. Kasim
| year = 1998
| month = September
| date = 24 September 1998
| title = Indonesian 'king of the sea' discovered
| journal = Nature
| volume = 395
| issue =
| pages = 335
| doi =
| id =
| url = http://www.nature.com/nature/journal/v395/n6700/pdf/395335a0.pdf
| format = pdf
| accessdate = 26 July 2011
}}</ref> Maka kini orang mengetahui bahwa ada populasi coelacanth yang kedua, yang terpisah menyeberangi Samudera Hindia dan pulau-pulau di Indonesia barat sejauh kurang-lebih 10.000&nbsp;km. Belakangan, berdasarkan analisis DNA-mitokondria dan [[isolasi]] populasi, beberapa peneliti Indonesia dan [[Prancis]] mengusulkan ikan raja laut sebagai spesies baru ''Latimeria menadoensis''.


Ikan coelacanth merupakan bagian dari klade Sarcopterygii, atau ikan bersirip lobus. Ikan ini masuk dalam klade ini bersama ikan paru-paru dan tetrapoda. Secara eksternal, beberapa karakteristik membedakan ikan coelacanth dari ikan bersirip lobus lainnya. Ikan ini memiliki sirip ekor berlobus tiga, yang juga disebut sirip trilobata atau ekor diphycercal. Ekor sekunder yang memanjang melewati ekor primer memisahkan bagian atas dan bawah coelacanth. Sisik elasmoid ctenoid berfungsi sebagai pelindung tebal untuk melindungi bagian luar coelacanth. Beberapa ciri internal juga membantu membedakan coelacanth dari ikan bersirip cuping lainnya. Di bagian belakang tengkorak, coelacanth memiliki engsel, sendi intrakranial, yang memungkinkannya membuka mulutnya sangat lebar. Ikan coelacanth juga memiliki notochord berisi minyak, tabung berongga bertekanan yang digantikan oleh tulang belakang pada awal perkembangan embrio pada sebagian besar vertebrata lainnya. Jantung ikan coelacanth berbentuk berbeda dari jantung kebanyakan ikan modern, dengan bilik-biliknya tersusun dalam tabung lurus. Rongga otak ikan coelacanth 98,5% terisi lemak; hanya 1,5% dari rongga otak yang berisi jaringan otak. Pipi ikan coelacanth unik karena tulang operkularnya sangat kecil dan memiliki penutup operkular jaringan lunak yang besar. Terdapat ruang spirakular, tetapi spirakelnya tertutup dan tidak pernah terbuka selama perkembangan. Yang juga unik pada coelacanth yang masih ada adalah keberadaan "paru-paru berlemak" atau paru-paru sisa berlobus tunggal yang berisi lemak, yang homolog dengan kantung renang ikan lainnya. Perkembangan paralel organ berlemak untuk pengendalian daya apung menunjukkan spesialisasi unik untuk habitat air dalam. Ada pelat kecil dan keras tetapi fleksibel di sekitar paru-paru sisa pada spesimen dewasa, meskipun tidak di sekitar organ berlemak. Pelat tersebut kemungkinan besar memiliki fungsi pengaturan volume paru-paru. Karena ukuran organ berlemak tersebut, para peneliti berasumsi bahwa organ tersebut bertanggung jawab atas relokasi ginjal yang tidak biasa. Kedua ginjal, yang menyatu menjadi satu, terletak di bagian ventral rongga perut, di belakang kloaka.
Dua tahun kemudian ditemukan pula sekelompok coelacanth yang hidup di perairan Kawasan Lindung Laut (''Marine Protected Areas'') St. Lucia di Afrika Selatan. Orang kemudian menyadari bahwa kemungkinan masih terdapat populasi-populasi coelacanth yang lain di dunia, termasuk pula di bagian lain Nusantara, mengingat bahwa ikan ini hidup terisolasi di kedalaman laut, terutama di sekitar pulau-pulau [[vulkanik]]. Hingga saat ini status [[taksonomi]] coelacanth yang baru ini masih diperdebatkan.


=== DNA ===
Pada bulan [[Mei]] [[2007]], seorang nelayan Indonesia menangkap seekor coelacanth di lepas pantai Provinsi Sulawesi Utara. Ikan ini memiliki ukuran sepanjang 131 centimeter dengan berat 51&nbsp;kg ketika ditangkap.<ref>[http://news.yahoo.com/s/nm/20070521/od_uk_nm/oukoe_uk_indonesia_fish;_ylt=AuxrhiUxyzDiF7JCQCthTTZ0bBAF "Indonesian fisherman nets ancient fish"]{{Pranala mati|date=November 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, [[Reuters]], diakses 21 Mei 2007</ref>
[[Berkas:Latimeria chalumnae.jpg|jmpl|Coelacanth Samudera Hindia Barat ditangkap pada tanggal 21 Januari 1965, dekat [[Mutsamudu]] ([[Anjouan]], [[Kepulauan Komoro]])]]
Pada tahun 2013, sebuah kelompok penelitian menerbitkan urutan genom coelacanth di jurnal ilmiah Nature.


Karena siripnya yang berlobus dan ciri-ciri lainnya, pernah dihipotesiskan bahwa coelacanth mungkin merupakan sarkopterigi non-tetrapoda termuda yang mengalami divergensi. Namun setelah mengurutkan seluruh genom coelacanth, ditemukan bahwa ikan paru-paru lebih dekat hubungannya dengan tetrapoda. Coelacanth dan rhipidistian (nenek moyang ikan paru-paru dan tetrapoda) telah mengalami divergensi sebelum ikan paru-paru melakukan transisi ke daratan.
== Catatan lain ==
[[Berkas:Pectoral fin Latimeria chalumnae.jpg|jmpl|Sirip dada seekor coelacanth Samudera Hindia Barat.]]
Coelacanth memiliki ciri khas ikan-ikan purba, ekornya berbentuk seperti sebuah kipas, matanya yang besar, dan sisiknya yang terlihat tidak sempurna (seperti batu). Di [[Bunaken]] pernah ditemukan seekor coelacanth hidup berenang dengan bebasnya. Ukurannya kira-kira 2/3 tubuh orang dewasa dan tubuhnya berwarna ungu gelap,.
Penemuan penting lainnya yang diperoleh dari pengurutan genom adalah bahwa coelacanth masih berevolusi hingga saat ini. Sementara kesamaan fenotip antara coelacanth yang masih ada dan yang telah punah menunjukkan bahwa ada tekanan evolusi yang terbatas pada organisme ini untuk mengalami divergensi morfologi, mereka mengalami divergensi genetik yang terukur. Meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daerah pengkode protein mengalami evolusi pada tingkat substitusi yang jauh lebih rendah daripada sarkopterigi lainnya (konsisten dengan stasis fenotipik yang diamati antara anggota taksa yang masih ada dan fosil), daerah non-pengkode yang tunduk pada aktivitas elemen transposabel yang lebih tinggi menunjukkan divergensi yang nyata bahkan antara dua spesies coelacanth yang masih ada. Hal ini sebagian difasilitasi oleh retrovirus endogen spesifik coelacanth dari keluarga retrovirus Epsilon.


== Taksonomi ==
== Taksonomi ==
[[File:Fishapods.svg|thumb|upright=1.4|Pada spesiasi vertebrata Devon Akhir, keturunan [[Sarcopterygii|ikan bersirip lobus]] pelagis seperti ''[[Eusthenopteron]]'' menunjukkan serangkaian adaptasi: ''[[Panderichthys]]'' cocok di perairan dangkal berlumpur, ''[[Tiktaalik]]'' dengan sirip seperti anggota badan yang dapat membawanya ke darat, dan [[Tetrapoda]] awal di rawa-rawa yang dipenuhi rumput liar seperti ''[[Acanthostega]]'' yang memiliki kaki dengan delapan jari dan ''[[Ichthyostega]]'' dengan anggota badan. Keturunannya juga termasuk ikan bersirip lobus pelagis seperti spesies coelacanth.]]
[[File:Fishapods.svg|thumb|Pada spesiasi vertebrata Devon Akhir, keturunan [[Sarcopterygii|ikan bersirip lobus]] pelagis seperti ''[[Eusthenopteron]]'' menunjukkan serangkaian adaptasi: ''[[Panderichthys]]'' cocok di perairan dangkal berlumpur, ''[[Tiktaalik]]'' dengan sirip seperti anggota badan yang dapat membawanya ke darat, dan [[Tetrapoda]] awal di rawa-rawa yang dipenuhi rumput liar seperti ''[[Acanthostega]]'' yang memiliki kaki dengan delapan jari dan ''[[Ichthyostega]]'' dengan anggota badan. Keturunannya juga termasuk ikan bersirip lobus pelagis seperti spesies coelacanth.|330x330px]]


[[Kladogram]] menunjukkan hubungan genera coelacanth setelah Torino, Soto dan Perea, 2021.<ref name=":0">{{Cite journal|last1=Toriño|first1=Pablo|last2=Soto|first2=Matías|last3=Perea|first3=Daniel|date=2021-02-25|title=A comprehensive phylogenetic analysis of coelacanth fishes (Sarcopterygii, Actinistia) with comments on the composition of the Mawsoniidae and Latimeriidae: evaluating old and new methodological challenges and constraints|url=https://www.researchgate.net/publication/349631865|journal=Historical Biology|volume=33 |issue=12 |pages=3423–3443|doi=10.1080/08912963.2020.1867982|s2cid=233942585|issn=0891-2963}}</ref>
[[Kladogram]] yang menunjukkan hubungan antar genera coelacanth, dari studi Torino, Soto dan Perea, tahun 2021.<ref name=":0">{{Cite journal|last1=Toriño|first1=Pablo|last2=Soto|first2=Matías|last3=Perea|first3=Daniel|date=2021-02-25|title=A comprehensive phylogenetic analysis of coelacanth fishes (Sarcopterygii, Actinistia) with comments on the composition of the Mawsoniidae and Latimeriidae: evaluating old and new methodological challenges and constraints|url=https://www.researchgate.net/publication/349631865|journal=Historical Biology|volume=33 |issue=12 |pages=3423–3443|doi=10.1080/08912963.2020.1867982|s2cid=233942585|issn=0891-2963}}</ref>


{{clade |style=font-size:90%; line-height:90%;
{{clade |style=font-size:90%; line-height:90%;
Baris 186: Baris 184:
}}
}}
}}
}}

== Catatan fosil ==
[[Berkas:Libys sp.jpg|jmpl|Spesimen dari genus ''[[Libys]]'' (Latimeriidae) dari Jurassic Atas Jerman.]]
Menurut catatan fosil, divergensi coelacanth, lungfish, dan tetrapoda diperkirakan terjadi selama periode Silur. Lebih dari 100 spesies fosil coelacanth telah dideskripsikan. Fosil coelacanth tertua yang teridentifikasi berusia sekitar 420–410 juta tahun, berasal dari zaman Devonian awal. Coelacanth bukanlah kelompok yang beragam jika dibandingkan dengan kelompok ikan lainnya, dan mencapai puncak keanekaragamannya selama Trias Awal (252–247 juta tahun lalu), bertepatan dengan ledakan diversifikasi antara Permian Akhir dan Trias Tengah. Kebanyakan coelacanth Mesozoikum termasuk dalam ordo Latimerioidei, yang mencakup dua subdivisi utama, Latimeriidae laut, yang mencakup coelacanth modern, serta Mawsoniidae yang telah punah, yang merupakan hewan asli lingkungan payau, air tawar, serta laut.
[[Berkas:Mawsonia scaling.png|jmpl|290x290px|Perkiraan ukuran individu terbesar yang diketahui dari coelacanth air tawar Jurassic-Cretaceous ''[[Mawsonia]]'' dibandingkan dengan manusia.]]
Coelacanth Paleozoikum umumnya berukuran kecil (panjang ~30–40 cm atau 12–16 inci), sedangkan bentuk Mesozoikum berukuran lebih besar. Beberapa spesimen yang termasuk dalam genus coelacanth mawsoniid dari zaman Jura dan Kapur, Trachymetopon dan Mawsonia, kemungkinan besar panjangnya mencapai atau melebihi 5 meter (16 kaki), yang menjadikan mereka salah satu ikan terbesar yang pernah diketahui pada zaman Mesozoikum, dan salah satu ikan bertulang terbesar sepanjang masa.
[[Berkas:Allenypterus montanus (Restoration).jpg|jmpl|Ilustrasi coelacanth basal ''[[Allenypterus]]'' dari zaman Karbon Amerika Utara.]]
Fosil latimeriid paling baru adalah Megalocoelacanthus dobiei, yang sisa-sisanya yang terdisartikulasi ditemukan di akhir Santonian hingga pertengahan Campania, dan mungkin lapisan laut berumur Maastricht paling awal di Amerika Serikat Bagian Timur dan Tengah, mawsoniid paling baru adalah Axelrodichthys megadromos dari awal Campania hingga awal endapan kontinental air tawar Maastricht di Prancis, serta mawsoniid laut tak tentu dari Maroko, yang berasal dari akhir Maastricht. Fragmen tulang kecil dari Paleosen Eropa telah dianggap sebagai satu-satunya catatan pasca-Kapur yang masuk akal, namun identifikasi ini didasarkan pada metode histologi tulang komparatif yang keandalannya diragukan.

Ikan coelacanth hidup pernah dianggap sebagai "fosil hidup" berdasarkan morfologi mereka yang dianggap konservatif dibandingkan dengan spesies fosil; namun, penelitian terbaru menyatakan pandangan bahwa konservatisme morfologi ikan coelacanth adalah sebuah kepercayaan yang tidak didasarkan pada data. Fosil menunjukkan bahwa coelacanth paling beragam secara morfologi pada masa Devonian dan Karbon, sedangkan spesies Mesozoikum umumnya secara morfologi mirip satu sama lain.

=== Garis waktu antar genera ===


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 16 September 2024 09.01

Coelacanth
Rentang waktu:
Devon awal– sekarang,[1] 409–0 jtyl
Coelacanth hidup terlihat di Pumula di Pantai Selatan KwaZulu-Natal, Afrika Selatan, 2019
Spesimen Axelrodichthys araripensis dari Kapur Awal Brazil (Mawsoniidae)
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Actinistia

Cope, 1871
Ordo:
Coelacanthiformes

Huxley, 1861
Spesies tipe
Coelacanthus granulatus
Agassiz, 1839
Famili dan genera

Coelacanth (IPA: [ˈsiːləˌkænθ] SI-la-kèn) (ordo Coelacanthiformes) adalah kelompok ikan bersirip lobus purba (Sarcopterygii) dalam kelas Actinistia. Sebagai sarcopterygian, mereka lebih berkerabat dekat dengan ikan paru-paru dan tetrapoda (termasuk amfibi, reptil, burung, dan mamalia) dibandingkan dengan ikan bersirip pari.

Terwakili dengan baik dalam fosil air tawar dan laut sejak zaman Devon, mereka sekarang hanya diwakili oleh dua spesies laut yang masih ada dalam genus Latimeria: coelacanth Samudra Hindia Barat (Latimeria chalumnae), yang terutama ditemukan di dekat Kepulauan Komoro di lepas pantai timur Afrika, dan coelacanth Indonesia (Latimeria menadoensis). Nama coelacanth berasal dari genus Permian Coelacanthus, yang merupakan coelacanth pertama yang diberi nama ilmiah.

Fosil coelacanth tertua yang diketahui berumur lebih dari 410 juta tahun. Coelacanth diperkirakan punah pada Zaman Kapur Akhir, sekitar 66 juta tahun yang lalu, namun ditemukan hidup di lepas pantai Afrika Selatan pada tahun 1938.

Coelacanth telah lama dianggap sebagai "fosil hidup" karena para ilmuwan mengira bahwa ia adalah satu-satunya anggota takson yang tersisa yang hanya diketahui dari fosil, tanpa kerabat dekat yang masih hidup,[8] dan bahwa ia berevolusi menjadi bentuk yang hampir sama seperti saat ini sekitar 400 juta tahun yang lalu. Akan tetapi, beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa bentuk tubuh coelacanth jauh lebih beragam daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Etimologi

Kata "coelacanth" adalah serapan Inggris dari Latin Modern Cœlacanthus ("duri berongga"), yang berasal dari bahasa Yunani κοῖλ-ος (koilos, "berongga") dan ἄκανθ-α (akantha, "duri"), merujuk pada sirip ekor berongga dari spesimen fosil pertama yang dideskripsikan dan diberi nama oleh Louis Agassiz pada tahun 1839, termasuk dalam genus Coelacanthus. Nama genus Latimeria merupakan penghormatan terhadap Marjorie Courtenay-Latimer yang pertama kali menemukan spesimen pertama.[2]

Penemuan

Fosil Coelacanthus granulatus, coelacanth yang pertama kali dideskripsikan, dinamai oleh Louis Agassiz pada tahun 1839.

Fosil Coelacanth paling awal ditemukan pada abad ke-19. Coelacanth, yang berkerabat dengan ikan paru-paru dan tetrapoda, diyakini telah punah pada akhir periode Kapur. Lebih dekat kekerabatannya dengan tetrapoda dibandingkan dengan ikan bersirip pari, coelacanth dianggap sebagai spesies peralihan antara ikan dan tetrapoda. Pada tanggal 23 Desember 1938, spesimen Latimeria pertama ditemukan di lepas pantai timur Afrika Selatan, di lepas Sungai Chalumna (sekarang Tyolomnqa). Kurator museum Marjorie Courtenay-Latimer menemukan ikan tersebut di antara hasil tangkapan nelayan setempat. Courtenay-Latimer menghubungi seorang ahli ikan dari Universitas Rhodes, J. L. B. Smith, dan mengirimkan gambar ikan tersebut kepadanya. Ia mengonfirmasi pentingnya ikan tersebut melalui kabel terkenal: "Kerangka dan Insang yang Paling Penting = Ikan yang Dideskripsikan."

Penemuannya 66 juta tahun setelah kepunahannya menjadikan coelacanth contoh takson Lazarus yang paling terkenal, garis evolusi yang tampaknya telah menghilang dari catatan fosil dan muncul kembali beberapa waktu kemudian. Sejak 1938, coelacanth Samudra Hindia Barat telah ditemukan di Komoro, Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar, di Taman Rawa iSimangaliso, dan di lepas Pantai Selatan Kwazulu-Natal di Afrika Selatan.

Spesimen Kepulauan Komoro ditemukan pada bulan Desember 1952. Antara tahun 1938 dan 1975, 84 spesimen ditangkap dan dicatat.

Spesies kedua yang masih ada, coelacanth Indonesia, dideskripsikan dari Manado, Sulawesi Utara, Indonesia, pada tahun 1999 oleh Pouyaud dkk. berdasarkan spesimen yang ditemukan oleh Mark V. Erdmann pada tahun 1998 dan disimpan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Erdmann dan istrinya Arnaz Mehta pertama kali menemukan spesimen di pasar lokal pada bulan September 1997, tetapi hanya mengambil beberapa foto spesimen pertama spesies ini sebelum dijual. Setelah memastikan bahwa itu adalah penemuan yang unik, Erdmann kembali ke Sulawesi pada bulan November 1997 untuk mewawancarai nelayan dan mencari contoh lebih lanjut. Spesimen kedua ditangkap oleh seorang nelayan pada bulan Juli 1998 dan kemudian diserahkan kepada Erdmann.

Deskripsi

Rekonstruksi coelacanth Samudera Hindia Barat.

Latimeria chalumnae dan L. menadoensis adalah dua spesies coelacanth yang diketahui masih hidup. Coelacanth adalah ikan besar, gemuk, bersirip cuping yang dapat tumbuh hingga lebih dari 2 m (6,6 kaki) dan berat sekitar 90 kg (200 pon). Mereka diperkirakan hidup hingga 100 tahun, berdasarkan analisis tanda pertumbuhan tahunan pada sisik, dan mencapai kematangan sekitar usia 55 tahun; spesimen tertua yang diketahui berusia 84 tahun pada saat ditangkap pada tahun 1960. Meskipun perkiraan masa hidup mereka mirip dengan manusia, masa kehamilan dapat berlangsung selama 5 tahun, yang berarti 1,5 tahun lebih lama dari hiu berjumbai laut dalam, pemegang rekor sebelumnya.

Latimeria menadoensis yang diawetkan, Tokyo Sea Life Park, Jepang.

Mereka adalah pemburu hewan piscivora yang aktif di malam hari.

Tubuhnya ditutupi sisik elasmoid sisik yang berfungsi sebagai pelindung. Ikan coelacanth memiliki delapan sirip – dua sirip punggung, dua sirip dada, dua sirip perut, satu sirip dubur, dan satu sirip ekor. Ekornya hampir sama besar dan terbagi oleh seberkas sirip yang membentuk lobus ekornya. Mata ikan coelacanth sangat besar, sedangkan mulutnya sangat kecil. Mata diaklimatisasi untuk melihat dalam cahaya redup oleh batang yang menyerap sebagian besar panjang gelombang pendek. Penglihatan ikan coelacanth telah berevolusi menjadi kapasitas warna yang sebagian besar bergeser ke biru. Lipatan pseudomaksila mengelilingi mulut dan menggantikan tulang rahang atas, struktur yang tidak ada pada ikan coelacanth. Dua lubang hidung, bersama dengan empat bukaan eksternal lainnya, muncul di antara tulang premaksila dan tulang rostral lateral. Kantung hidung menyerupai banyak ikan lain dan tidak mengandung lubang hidung internal.

Organ rostral coelacanth, yang terdapat di dalam daerah etmoid tempurung otak, memiliki tiga lubang yang tidak dijaga ke lingkungan dan digunakan sebagai bagian dari sistem laterosensori coelacanth. Penerimaan pendengaran coelacanth dimediasi oleh telinga bagian dalamnya, yang sangat mirip dengan tetrapoda dan diklasifikasikan sebagai papila basilar.

Ikan coelacanth merupakan bagian dari klade Sarcopterygii, atau ikan bersirip lobus. Ikan ini masuk dalam klade ini bersama ikan paru-paru dan tetrapoda. Secara eksternal, beberapa karakteristik membedakan ikan coelacanth dari ikan bersirip lobus lainnya. Ikan ini memiliki sirip ekor berlobus tiga, yang juga disebut sirip trilobata atau ekor diphycercal. Ekor sekunder yang memanjang melewati ekor primer memisahkan bagian atas dan bawah coelacanth. Sisik elasmoid ctenoid berfungsi sebagai pelindung tebal untuk melindungi bagian luar coelacanth. Beberapa ciri internal juga membantu membedakan coelacanth dari ikan bersirip cuping lainnya. Di bagian belakang tengkorak, coelacanth memiliki engsel, sendi intrakranial, yang memungkinkannya membuka mulutnya sangat lebar. Ikan coelacanth juga memiliki notochord berisi minyak, tabung berongga bertekanan yang digantikan oleh tulang belakang pada awal perkembangan embrio pada sebagian besar vertebrata lainnya. Jantung ikan coelacanth berbentuk berbeda dari jantung kebanyakan ikan modern, dengan bilik-biliknya tersusun dalam tabung lurus. Rongga otak ikan coelacanth 98,5% terisi lemak; hanya 1,5% dari rongga otak yang berisi jaringan otak. Pipi ikan coelacanth unik karena tulang operkularnya sangat kecil dan memiliki penutup operkular jaringan lunak yang besar. Terdapat ruang spirakular, tetapi spirakelnya tertutup dan tidak pernah terbuka selama perkembangan. Yang juga unik pada coelacanth yang masih ada adalah keberadaan "paru-paru berlemak" atau paru-paru sisa berlobus tunggal yang berisi lemak, yang homolog dengan kantung renang ikan lainnya. Perkembangan paralel organ berlemak untuk pengendalian daya apung menunjukkan spesialisasi unik untuk habitat air dalam. Ada pelat kecil dan keras tetapi fleksibel di sekitar paru-paru sisa pada spesimen dewasa, meskipun tidak di sekitar organ berlemak. Pelat tersebut kemungkinan besar memiliki fungsi pengaturan volume paru-paru. Karena ukuran organ berlemak tersebut, para peneliti berasumsi bahwa organ tersebut bertanggung jawab atas relokasi ginjal yang tidak biasa. Kedua ginjal, yang menyatu menjadi satu, terletak di bagian ventral rongga perut, di belakang kloaka.

DNA

Coelacanth Samudera Hindia Barat ditangkap pada tanggal 21 Januari 1965, dekat Mutsamudu (Anjouan, Kepulauan Komoro)

Pada tahun 2013, sebuah kelompok penelitian menerbitkan urutan genom coelacanth di jurnal ilmiah Nature.

Karena siripnya yang berlobus dan ciri-ciri lainnya, pernah dihipotesiskan bahwa coelacanth mungkin merupakan sarkopterigi non-tetrapoda termuda yang mengalami divergensi. Namun setelah mengurutkan seluruh genom coelacanth, ditemukan bahwa ikan paru-paru lebih dekat hubungannya dengan tetrapoda. Coelacanth dan rhipidistian (nenek moyang ikan paru-paru dan tetrapoda) telah mengalami divergensi sebelum ikan paru-paru melakukan transisi ke daratan.

Sirip dada seekor coelacanth Samudera Hindia Barat.

Penemuan penting lainnya yang diperoleh dari pengurutan genom adalah bahwa coelacanth masih berevolusi hingga saat ini. Sementara kesamaan fenotip antara coelacanth yang masih ada dan yang telah punah menunjukkan bahwa ada tekanan evolusi yang terbatas pada organisme ini untuk mengalami divergensi morfologi, mereka mengalami divergensi genetik yang terukur. Meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daerah pengkode protein mengalami evolusi pada tingkat substitusi yang jauh lebih rendah daripada sarkopterigi lainnya (konsisten dengan stasis fenotipik yang diamati antara anggota taksa yang masih ada dan fosil), daerah non-pengkode yang tunduk pada aktivitas elemen transposabel yang lebih tinggi menunjukkan divergensi yang nyata bahkan antara dua spesies coelacanth yang masih ada. Hal ini sebagian difasilitasi oleh retrovirus endogen spesifik coelacanth dari keluarga retrovirus Epsilon.

Taksonomi

Pada spesiasi vertebrata Devon Akhir, keturunan ikan bersirip lobus pelagis seperti Eusthenopteron menunjukkan serangkaian adaptasi: Panderichthys cocok di perairan dangkal berlumpur, Tiktaalik dengan sirip seperti anggota badan yang dapat membawanya ke darat, dan Tetrapoda awal di rawa-rawa yang dipenuhi rumput liar seperti Acanthostega yang memiliki kaki dengan delapan jari dan Ichthyostega dengan anggota badan. Keturunannya juga termasuk ikan bersirip lobus pelagis seperti spesies coelacanth.

Kladogram yang menunjukkan hubungan antar genera coelacanth, dari studi Torino, Soto dan Perea, tahun 2021.[3]

Mimipiscis (Actinopterygii)

Porolepis (Porolepiformes)

Actinistia

Miguashaia

Styloichthys

Gavinia

Diplocercides

Serenichthys

Holopterygius

Allenypterus

Lochmocercus

Polyosteorhynchus

Rebellatrix

Hadronector

Rhabdoderma

Caridosuctor

Sassenia

Spermatodus

Piveteauia

Coccoderma

Laugia

Coelacanthus

Guizhoucoelacanthus

Wimania

Axelia

Whiteia

Heptanema

Dobrogeria

Latimerioidei
Mawsoniidae

Atacamaia

Luopingcoelacanthus

Yunnancoelacanthus

Chinlea

Parnaibaia

Trachymetopon

Lualabaea

Axelrodichthys

Mawsonia

Latimeriidae

Garnbergia

Diplurus

Megalocoelacanthus

Libys

Ticinepomis

Foreyia

Holophagus

Undina

Macropoma

Swenzia

Latimeria

Catatan fosil

Spesimen dari genus Libys (Latimeriidae) dari Jurassic Atas Jerman.

Menurut catatan fosil, divergensi coelacanth, lungfish, dan tetrapoda diperkirakan terjadi selama periode Silur. Lebih dari 100 spesies fosil coelacanth telah dideskripsikan. Fosil coelacanth tertua yang teridentifikasi berusia sekitar 420–410 juta tahun, berasal dari zaman Devonian awal. Coelacanth bukanlah kelompok yang beragam jika dibandingkan dengan kelompok ikan lainnya, dan mencapai puncak keanekaragamannya selama Trias Awal (252–247 juta tahun lalu), bertepatan dengan ledakan diversifikasi antara Permian Akhir dan Trias Tengah. Kebanyakan coelacanth Mesozoikum termasuk dalam ordo Latimerioidei, yang mencakup dua subdivisi utama, Latimeriidae laut, yang mencakup coelacanth modern, serta Mawsoniidae yang telah punah, yang merupakan hewan asli lingkungan payau, air tawar, serta laut.

Perkiraan ukuran individu terbesar yang diketahui dari coelacanth air tawar Jurassic-Cretaceous Mawsonia dibandingkan dengan manusia.

Coelacanth Paleozoikum umumnya berukuran kecil (panjang ~30–40 cm atau 12–16 inci), sedangkan bentuk Mesozoikum berukuran lebih besar. Beberapa spesimen yang termasuk dalam genus coelacanth mawsoniid dari zaman Jura dan Kapur, Trachymetopon dan Mawsonia, kemungkinan besar panjangnya mencapai atau melebihi 5 meter (16 kaki), yang menjadikan mereka salah satu ikan terbesar yang pernah diketahui pada zaman Mesozoikum, dan salah satu ikan bertulang terbesar sepanjang masa.

Ilustrasi coelacanth basal Allenypterus dari zaman Karbon Amerika Utara.

Fosil latimeriid paling baru adalah Megalocoelacanthus dobiei, yang sisa-sisanya yang terdisartikulasi ditemukan di akhir Santonian hingga pertengahan Campania, dan mungkin lapisan laut berumur Maastricht paling awal di Amerika Serikat Bagian Timur dan Tengah, mawsoniid paling baru adalah Axelrodichthys megadromos dari awal Campania hingga awal endapan kontinental air tawar Maastricht di Prancis, serta mawsoniid laut tak tentu dari Maroko, yang berasal dari akhir Maastricht. Fragmen tulang kecil dari Paleosen Eropa telah dianggap sebagai satu-satunya catatan pasca-Kapur yang masuk akal, namun identifikasi ini didasarkan pada metode histologi tulang komparatif yang keandalannya diragukan.

Ikan coelacanth hidup pernah dianggap sebagai "fosil hidup" berdasarkan morfologi mereka yang dianggap konservatif dibandingkan dengan spesies fosil; namun, penelitian terbaru menyatakan pandangan bahwa konservatisme morfologi ikan coelacanth adalah sebuah kepercayaan yang tidak didasarkan pada data. Fosil menunjukkan bahwa coelacanth paling beragam secara morfologi pada masa Devonian dan Karbon, sedangkan spesies Mesozoikum umumnya secara morfologi mirip satu sama lain.

Garis waktu antar genera

Referensi

  1. ^ Johanson, Z.; Long, J. A; Talent, J. A; Janvier, P.; Warren, J. W (2006). "Oldest coelacanth, from the Early Devonian of Australia". Biology Letters. 2 (3): 443–6. doi:10.1098/rsbl.2006.0470. PMC 1686207alt=Dapat diakses gratis. PMID 17148426. 
  2. ^ "Coelacanth | Smithsonian Ocean". ocean.si.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 20 Juni 2021. 
  3. ^ Toriño, Pablo; Soto, Matías; Perea, Daniel (2021-02-25). "A comprehensive phylogenetic analysis of coelacanth fishes (Sarcopterygii, Actinistia) with comments on the composition of the Mawsoniidae and Latimeriidae: evaluating old and new methodological challenges and constraints". Historical Biology. 33 (12): 3423–3443. doi:10.1080/08912963.2020.1867982. ISSN 0891-2963.