Lompat ke isi

Imam Samudera: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Praken (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Borgx (bicara | kontrib)
k +kat
Baris 1: Baris 1:
Imam Samudera yang bernama asli Abdul Aziz, lahir di [[Desa Lopang Gede]], [[Serang]], [[Banten]] tanggal [[14 Januari]] [[1970]]. Abdul Aziz adalah anak kedelapan dari 11 bersaudara. Masa kecilnya dilalui dengan hidup sederhana. Ayahnya, Sihabuddin dan ibunya, Ny Embay Badriani bercerai sewaktu Aziz masih anak-anak.
'''Imam Samudera''' yang bernama asli '''Abdul Aziz''' (lahir di [[Desa Lopang Gede]], [[Serang]], [[Banten]] tanggal [[14 Januari]] [[1970]]) adalah seorang [[teroris]] yang terlibat dalam peristiwa [[Bom Bali 2002|bom Bali tahun 2002]]. Abdul Aziz adalah anak kedelapan dari 11 bersaudara. Masa kecilnya dilalui dengan hidup sederhana. Ayahnya, Sihabuddin dan ibunya, Ny Embay Badriani bercerai sewaktu Aziz masih anak-anak.



==Cengeng tapi pintar==
==Cengeng tapi pintar==
Keluarganya adalah orang taat beragama. Ny Embay Badriani adalah perias pengantin yang kadang-kadang berjualan [[kue]] jika sedang sepi order, termasuk menjahit [[baju muslim]] serta membuka [[warung]] [[kelontong]] di rumahnya. Aziz tumbuh sebagai anak yang supel bergaul dan banyak teman. Ketika diasuh kakaknya, Aziz kecil bukan anak yang pemberani alias sangat cengeng. Dia gampang sekali menangis dan akan susah dihentikan meski dia sudah digendong. Kakaknya, Ny Aliyah, menuturkan, meski hidup dalam kesederhanaan, Aziz berotak encer. Di kalangan teman sekampungnya, dia dikenal sebagai anak pintar. Sekolahnya selalu peringkat satu. Dia menonjol dalam pelajaran [[IPA]] dan [[Kerajinan Tangan]]. Tapi, Aziz tidak terlalu pintar dalam pelajaran [[Matematika]]. Menurut Lulu Jamaludin, adik Aziz ke-10, Aziz tidak pernah berkelahi dan tidak suka kekerasan.
Keluarganya adalah orang taat beragama. Ny Embay Badriani adalah perias pengantin yang kadang-kadang berjualan [[kue]] jika sedang sepi order, termasuk menjahit [[baju muslim]] serta membuka [[warung]] [[kelontong]] di rumahnya. Aziz tumbuh sebagai anak yang supel bergaul dan banyak teman. Ketika diasuh kakaknya, Aziz kecil bukan anak yang pemberani alias sangat cengeng. Dia gampang sekali menangis dan akan susah dihentikan meski dia sudah digendong. Kakaknya, Ny Aliyah, menuturkan, meski hidup dalam kesederhanaan, Aziz berotak encer. Di kalangan teman sekampungnya, dia dikenal sebagai anak pintar. Sekolahnya selalu peringkat satu. Dia menonjol dalam pelajaran [[IPA]] dan [[Kerajinan Tangan]]. Tapi, Aziz tidak terlalu pintar dalam pelajaran [[Matematika]]. Menurut Lulu Jamaludin, adik Aziz ke-10, Aziz tidak pernah berkelahi dan tidak suka kekerasan.



===Berperang di Afghanistan===
===Berperang di Afghanistan===
Baris 16: Baris 14:
===Memakai nama Imam Samudera===
===Memakai nama Imam Samudera===
Pada malam Natal 2000 Aziz melakukan pengeboman [[gereja]] di Batam. Nama Imam Samudera muncul kali pertama dari beberapa tersangka yang berhasil diciduk sejak peledakan bom di malam [[Natal]] tahun 2000 serta peledakan [[Plaza Atrium Senen]] Jakarta tahun [[2001]]. Kelak setelah berhasil ditangkap, dia juga mengaku bertanggung jawab atas pengeboman [[gereja Santa Anna]] dan [[HKBP]] di Jakarta. Sedangkan pada gereja lainnya Aziz tidak mengakui, namun dia menyebutkan mungkin kelompok lainnya. Setelah melakukan pengeboman tersebut, Samudera alias Abdul Aziz pergi ke Malaysia. Menurut Embay, pada Lebaran 2000 Imam sempat kembali. Tapi setelah itu, dia menghilang bersama istri dan ketiga anaknya. Pada tahun 2002 kembali lagi ke Indonesia. Kemudian terlibat dalam pengeboman Bali. Dalam kasus peledakan [[bom Bali]], [[Amrozi]] sang tersangka peledakan dan juga rekan satu tim Imam Samudera juga menyebut nama dia sebagai [[aktor]] [[intelektual]]. Amrozi mengaku dirinya dipertemukan dengan Imam Samudera pada 6 Oktober 2001 di Bali. Baik Amrozi, [[Umar Al Faruq]] maupun sejumlah tersangka lainnya dan saksi-saksi semua mengarah kepada Imam Samudera.
Pada malam Natal 2000 Aziz melakukan pengeboman [[gereja]] di Batam. Nama Imam Samudera muncul kali pertama dari beberapa tersangka yang berhasil diciduk sejak peledakan bom di malam [[Natal]] tahun 2000 serta peledakan [[Plaza Atrium Senen]] Jakarta tahun [[2001]]. Kelak setelah berhasil ditangkap, dia juga mengaku bertanggung jawab atas pengeboman [[gereja Santa Anna]] dan [[HKBP]] di Jakarta. Sedangkan pada gereja lainnya Aziz tidak mengakui, namun dia menyebutkan mungkin kelompok lainnya. Setelah melakukan pengeboman tersebut, Samudera alias Abdul Aziz pergi ke Malaysia. Menurut Embay, pada Lebaran 2000 Imam sempat kembali. Tapi setelah itu, dia menghilang bersama istri dan ketiga anaknya. Pada tahun 2002 kembali lagi ke Indonesia. Kemudian terlibat dalam pengeboman Bali. Dalam kasus peledakan [[bom Bali]], [[Amrozi]] sang tersangka peledakan dan juga rekan satu tim Imam Samudera juga menyebut nama dia sebagai [[aktor]] [[intelektual]]. Amrozi mengaku dirinya dipertemukan dengan Imam Samudera pada 6 Oktober 2001 di Bali. Baik Amrozi, [[Umar Al Faruq]] maupun sejumlah tersangka lainnya dan saksi-saksi semua mengarah kepada Imam Samudera.



====Nama Alias====
====Nama Alias====
Bukan hanya di [[Indonesia]] nama Abdul Aziz alias Imam Samudera dikenal sejak tahun [[2000]]. Tapi juga di Malaysia. Di negara jiran ini, dia dikenal sebagai salah satu pendiri [[Jamaah Islamiyah (JI)]] bersama dengan [[Abdullah Sungkar]] dan [[Abu Bakar Ba'asyir]] seperti yang diungkap [[Menko Polkam]] (waktu itu) [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. Di berbagai media massa, Imam Samudera mempunyai banyak nama alias. Ada yang menyebut Imam Samudera dengan Kudama. Ada juga Qudamah, ada pula yang menulis Hudama. Bahkan, dalam dokumen pengakuan Umar Al Faruq kepada aparat Polri, Imam Samudera disebut sebagai Abu Omar. Kepolisian Diraja Malaysia pun menyebut Imam Samudera merupakan target operasi untuk segera ditangkap, karena berbagai aktivitas yang meresahkan. Di Indonesia sendiri, Imam Samudera ditetapkan [[Polda Metro Jaya]] sebagai salah satu tokoh pelaku [[teror]] di Indonesia. Nama Imam Samudera disandingkan dengan Hambali alias [[Encep Nurjaman]], yang juga diburu dalam kasus peledakan bom selama ini, baik bom di malam Natal maupun bom lainnya.
Bukan hanya di [[Indonesia]] nama Abdul Aziz alias Imam Samudera dikenal sejak tahun [[2000]]. Tapi juga di Malaysia. Di negara jiran ini, dia dikenal sebagai salah satu pendiri [[Jamaah Islamiyah (JI)]] bersama dengan [[Abdullah Sungkar]] dan [[Abu Bakar Ba'asyir]] seperti yang diungkap [[Menko Polkam]] (waktu itu) [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. Di berbagai media massa, Imam Samudera mempunyai banyak nama alias. Ada yang menyebut Imam Samudera dengan Kudama. Ada juga Qudamah, ada pula yang menulis Hudama. Bahkan, dalam dokumen pengakuan Umar Al Faruq kepada aparat Polri, Imam Samudera disebut sebagai Abu Omar. Kepolisian Diraja Malaysia pun menyebut Imam Samudera merupakan target operasi untuk segera ditangkap, karena berbagai aktivitas yang meresahkan. Di Indonesia sendiri, Imam Samudera ditetapkan [[Polda Metro Jaya]] sebagai salah satu tokoh pelaku [[teror]] di Indonesia. Nama Imam Samudera disandingkan dengan Hambali alias [[Encep Nurjaman]], yang juga diburu dalam kasus peledakan bom selama ini, baik bom di malam Natal maupun bom lainnya.



===Konseptor===
===Konseptor===
Keterlibatan Imam Samudera juga diungkap Dani, pelaku peledakan bom di Plaza Atrium Senen. Samudera disebut bertanggung jawab dan memimpin pengeboman yang dilakukan oleh Dani. Atas aksi ini, Dani diberi imbalan oleh Samudera sebesar RM 10.000. Dani yang kini telah divonis penjara seumur hidup oleh [[Pengadilan Negeri Jakarta Pusat]], menyebut Samudera sebagai konseptor, sekaligus pemasok bom dalam peledakan itu. Di mata Abbas alias Edi Setiono, tersangka peledakan Atrium lainnya, Samudera dikenal sebagai seorang insinyur, lancar dalam bahasa Inggris dan Arab. Sempat lama tinggal di Malaysia dan beristrikan orang Malaysia serta tinggal sekitar dua bulan di rumah kontrakan. Dalam beberapa pemberitaan media asing, Imam Samudera disebut sebagai agen [[Al Qaeda]] di [[Asia Tenggara]].
Keterlibatan Imam Samudera juga diungkap Dani, pelaku peledakan bom di Plaza Atrium Senen. Samudera disebut bertanggung jawab dan memimpin pengeboman yang dilakukan oleh Dani. Atas aksi ini, Dani diberi imbalan oleh Samudera sebesar RM 10.000. Dani yang kini telah divonis penjara seumur hidup oleh [[Pengadilan Negeri Jakarta Pusat]], menyebut Samudera sebagai konseptor, sekaligus pemasok bom dalam peledakan itu. Di mata Abbas alias Edi Setiono, tersangka peledakan Atrium lainnya, Samudera dikenal sebagai seorang insinyur, lancar dalam bahasa Inggris dan Arab. Sempat lama tinggal di Malaysia dan beristrikan orang Malaysia serta tinggal sekitar dua bulan di rumah kontrakan. Dalam beberapa pemberitaan media asing, Imam Samudera disebut sebagai agen [[Al Qaeda]] di [[Asia Tenggara]].

[[Kategori:Kelahiran 1970|Samudera, Imam]]
[[Kategori:Teroris|Samudera, Imam]]

Revisi per 5 Juli 2006 22.18

Imam Samudera yang bernama asli Abdul Aziz (lahir di Desa Lopang Gede, Serang, Banten tanggal 14 Januari 1970) adalah seorang teroris yang terlibat dalam peristiwa bom Bali tahun 2002. Abdul Aziz adalah anak kedelapan dari 11 bersaudara. Masa kecilnya dilalui dengan hidup sederhana. Ayahnya, Sihabuddin dan ibunya, Ny Embay Badriani bercerai sewaktu Aziz masih anak-anak.

Cengeng tapi pintar

Keluarganya adalah orang taat beragama. Ny Embay Badriani adalah perias pengantin yang kadang-kadang berjualan kue jika sedang sepi order, termasuk menjahit baju muslim serta membuka warung kelontong di rumahnya. Aziz tumbuh sebagai anak yang supel bergaul dan banyak teman. Ketika diasuh kakaknya, Aziz kecil bukan anak yang pemberani alias sangat cengeng. Dia gampang sekali menangis dan akan susah dihentikan meski dia sudah digendong. Kakaknya, Ny Aliyah, menuturkan, meski hidup dalam kesederhanaan, Aziz berotak encer. Di kalangan teman sekampungnya, dia dikenal sebagai anak pintar. Sekolahnya selalu peringkat satu. Dia menonjol dalam pelajaran IPA dan Kerajinan Tangan. Tapi, Aziz tidak terlalu pintar dalam pelajaran Matematika. Menurut Lulu Jamaludin, adik Aziz ke-10, Aziz tidak pernah berkelahi dan tidak suka kekerasan.

Berperang di Afghanistan

Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Negeri, dengan uang dari hasil menjual perhiasan ibunya, tahun 1990 Aziz pergi ke Malaysia untuk transit menuju Pakistan, untuk selanjutnya ke Afghanistan. Di sana dia mengikuti kegiatan bersama tim yang jumlahnya sampai 7 orang. "Kegiatannya untuk melawan pasukan asing," tutur Kapolri Da'i Bachtiar (waktu itu) dalam jumpa pers. Di Afghanistan Aziz sempat tinggal selama 2,5 tahun. Lalu diperkirakan pada 1992 dia kembali ke Malaysia dan bermukim selama 6,5 tahun di Johor. Kontak hubungan dengan keluarga sempat terputus beberapa tahun. Tapi, pada tahun 1998 keluarga Aziz kemudian sempat mengenalinya kembali. Pada saat itu Aziz menjalani bisnis jual-beli kurma. Aziz berdagang dengan memasok dua kontainer kurma via Jakarta kemudian diedarkan kepada pedagang di beberapa kota, termasuk dipasarkan ke Serang. Kiprah pedagang kurma itu, namanya tiba-tiba melambung tinggi ketika terjadi banyak peristiwa pengeboman.


Belajar Merakit Bom

Selama di Malaysia maupun di Afghanistan, Samudera belajar mengenai jihad dan menggunakan senjata api, merangkai bom, serta menggunakan ranjau. Di Malaysia, dia menjalani kehidupan normal dengan berdagang baju dan usaha kecil. Dia juga mengikuti pengajian dan selalu mencari informasi dari internet, terutama informasi soal jihad dan juga berita soal ketidakadilan. Dia juga bertukar informasi dengan orang-orang melalui internet yang disebut sebagai pemimpinnya. Dia ingin berjihad ke Indonesia dengan cara dia sendiri. Dan itu dibuktikannya dengan kembali ke Indonesia tahun 2000, dan berniat meledakkan bom di Indonesia. Untuk melaksanakan niatnya, di Indonesia dia melakukan observasi selama satu bulan. Observasi dilakukan di Jakarta dan Batam. Bahkan untuk lebih memuluskan aksinya, pada akhir tahun 2000 dia tinggal di Batam.


Memakai nama Imam Samudera

Pada malam Natal 2000 Aziz melakukan pengeboman gereja di Batam. Nama Imam Samudera muncul kali pertama dari beberapa tersangka yang berhasil diciduk sejak peledakan bom di malam Natal tahun 2000 serta peledakan Plaza Atrium Senen Jakarta tahun 2001. Kelak setelah berhasil ditangkap, dia juga mengaku bertanggung jawab atas pengeboman gereja Santa Anna dan HKBP di Jakarta. Sedangkan pada gereja lainnya Aziz tidak mengakui, namun dia menyebutkan mungkin kelompok lainnya. Setelah melakukan pengeboman tersebut, Samudera alias Abdul Aziz pergi ke Malaysia. Menurut Embay, pada Lebaran 2000 Imam sempat kembali. Tapi setelah itu, dia menghilang bersama istri dan ketiga anaknya. Pada tahun 2002 kembali lagi ke Indonesia. Kemudian terlibat dalam pengeboman Bali. Dalam kasus peledakan bom Bali, Amrozi sang tersangka peledakan dan juga rekan satu tim Imam Samudera juga menyebut nama dia sebagai aktor intelektual. Amrozi mengaku dirinya dipertemukan dengan Imam Samudera pada 6 Oktober 2001 di Bali. Baik Amrozi, Umar Al Faruq maupun sejumlah tersangka lainnya dan saksi-saksi semua mengarah kepada Imam Samudera.

Nama Alias

Bukan hanya di Indonesia nama Abdul Aziz alias Imam Samudera dikenal sejak tahun 2000. Tapi juga di Malaysia. Di negara jiran ini, dia dikenal sebagai salah satu pendiri Jamaah Islamiyah (JI) bersama dengan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir seperti yang diungkap Menko Polkam (waktu itu) Susilo Bambang Yudhoyono. Di berbagai media massa, Imam Samudera mempunyai banyak nama alias. Ada yang menyebut Imam Samudera dengan Kudama. Ada juga Qudamah, ada pula yang menulis Hudama. Bahkan, dalam dokumen pengakuan Umar Al Faruq kepada aparat Polri, Imam Samudera disebut sebagai Abu Omar. Kepolisian Diraja Malaysia pun menyebut Imam Samudera merupakan target operasi untuk segera ditangkap, karena berbagai aktivitas yang meresahkan. Di Indonesia sendiri, Imam Samudera ditetapkan Polda Metro Jaya sebagai salah satu tokoh pelaku teror di Indonesia. Nama Imam Samudera disandingkan dengan Hambali alias Encep Nurjaman, yang juga diburu dalam kasus peledakan bom selama ini, baik bom di malam Natal maupun bom lainnya.

Konseptor

Keterlibatan Imam Samudera juga diungkap Dani, pelaku peledakan bom di Plaza Atrium Senen. Samudera disebut bertanggung jawab dan memimpin pengeboman yang dilakukan oleh Dani. Atas aksi ini, Dani diberi imbalan oleh Samudera sebesar RM 10.000. Dani yang kini telah divonis penjara seumur hidup oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menyebut Samudera sebagai konseptor, sekaligus pemasok bom dalam peledakan itu. Di mata Abbas alias Edi Setiono, tersangka peledakan Atrium lainnya, Samudera dikenal sebagai seorang insinyur, lancar dalam bahasa Inggris dan Arab. Sempat lama tinggal di Malaysia dan beristrikan orang Malaysia serta tinggal sekitar dua bulan di rumah kontrakan. Dalam beberapa pemberitaan media asing, Imam Samudera disebut sebagai agen Al Qaeda di Asia Tenggara.