Sofjan Wanandi: Perbedaan antara revisi
k +fact |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 24: | Baris 24: | ||
|religion = Katholik |
|religion = Katholik |
||
}} |
}} |
||
'''Sofjan Wanandi''' ({{lahirmati|[[Kota Sawahlunto|Sawahlunto]], [[Sumatera Barat]]|3|3|1941}}<ref name="tmp">Sofjan Wanandi. Pusat Data dan Analisis Tempo.</ref>; terlahir dengan nama Lim Bian Koen) adalah pengusaha [[Indonesia]] dan pemilik bisnis [[Gemala Group]]. |
'''Sofjan Wanandi''' ({{lahirmati|[[Kota Sawahlunto|Sawahlunto]], [[Sumatera Barat]]|3|3|1941}}<ref name="tmp">Sofjan Wanandi. Pusat Data dan Analisis Tempo.</ref>; terlahir dengan nama Lim Bian Koen) adalah pengusaha [[Indonesia]] dan pemilik bisnis [[Gemala Group]]<ref name="tmp"/>. Adik dari [[Jusuf Wanandi]] (politisi senior dan pendiri [[Centre for Strategic and International Studies (Indonesia)|CSIS]])<ref name="tmp"/>. |
||
Mantan aktivis 1966 ini telah memiliki banyak pengalamannya dalam bidang ekonomi, birokrasi, dan politik<ref>www.tempo.co.id. [http://www.tempo.co.id/ang/min/02/25/nas4.htm Wawancara Sofyan Wanandi]</ref>. Sofjan menjabat Ketua [[Asosiasi Pengusaha Indonesia]] (Apindo) untuk periode 2008-2013<ref name="ap">apindo.or.id. [http://apindo.or.id/index.php/artikel/aW5mbywzNg== Lebih Dekat dengan Sofjan Wanandi, Ketua Umum Apindo (2008-2013)]. (diakses 5 Mei 2010)</ref>. |
|||
Revisi per 10 Mei 2010 13.35
Sofjan Wanandi | |
---|---|
Berkas:Sofjanwanandi.jpg | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 3 Maret 1941 Sawahlunto, Sumatera Barat, Indonesia |
Pekerjaan | Pemilik Gemala Group[1] |
Sunting kotak info • L • B |
Sofjan Wanandi (lahir 3 Maret 1941[2]; terlahir dengan nama Lim Bian Koen) adalah pengusaha Indonesia dan pemilik bisnis Gemala Group[2]. Adik dari Jusuf Wanandi (politisi senior dan pendiri CSIS)[2].
Mantan aktivis 1966 ini telah memiliki banyak pengalamannya dalam bidang ekonomi, birokrasi, dan politik[3]. Sofjan menjabat Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) untuk periode 2008-2013[4].
Karir dan Perjalanan Hidup
Sekolah dan dunia aktivis
Sedari kecil, sofjan telah bersentuhan dengan dunia usaha.[butuh rujukan] Ketika masih duduk di SMP Padang, Sofjan Wanandi sudah menjadi penjaga toko kelontong dan binatu, milik ayahnya sendiri[2].
Namun, selepas dari SMP (1957), ia ke Jakarta untuk melanjutkan sekolanya.[butuh rujukan] Ia masuk ke SMA Kanisius Jakarta (lulus 1970)[2]. Ia kemudian melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi Universias Indonesia.[butuh rujukan] Ketika menjadi mahasiswa ini, kiprahnya beralih ke dunia aktivis[2]. Ia sempat tinggal di Bandung saat diterima kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.[butuh rujukan] Namun karena belum lama setelah itu ia diterima di UI, ia memutuskan pindah[4].
Ketika di Universitas Indonesia, Ia menjadi ketua Persatuan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI).[butuh rujukan] Ketika pecah insiden G-30-S/PKI, ia terlibat dalam pertengkaran ideologi dengan Partai komunis Indonesia (PKI).[butuh rujukan] Karir aktivismenya ia lanjutkan dengan menjadi ketua KAMI Jaya[4].
Demi perlawanan atas paham komunis, tanpa menghitung untung rugi ia langsung terjun ke lapangan.[butuh rujukan] Sebagai salah seorang Ketua KAMI Jaya, ia memimpin pelbagai aksi hingga akhirnya, dia harus dibui oleh pemerintahan Soekarno.[butuh rujukan] Hanya lima hari dipenjara, ia akhirnya dilepaskan kembali[4].
Ketika pemerintahan beralih ke presiden Soeharto, ia ikut bergabung dalam Golkar.[butuh rujukan] Sofjan juga dekat dengan Ali Murtopo serta ikut membantu menjadi sekretaris pribadi Soedjono Humardani yang saat itu merupakan orang-orang di lingkaran dalam kekuasaan Soeharto.[butuh rujukan] Karena terlalu sibuk, sebenarnya ia meminta cuti pada Soejono untuk menyelesaikan skripsi[2]. Tetapi ia diminta berhenti kuliah saja dan Sofjan benar-benar berhenti kuliah ketika ia telah berada pada tingkat lima pada 1965[4]. Sofjan menjadi anggota DPR dan termasuk anggota yang termuda saat itu bersama 10 rekan mahasiswa lainnya seperti Cosmas Batubara, Nono Makarim, Fahmi Idris, Abdul Gaffur, David Napitupulu, dan Mar’ie Muhammad[4].
Kembali berbsnis
Pada akhirnya, kiprahnya di dalam dunia usaha kembali ia raih.[butuh rujukan] Cita-citanya menjadi pengusaha mulai menjadi kenyataan pada 1974 yakni hanya beberapa saat setelah peristiwa Malari 15 Januari 1974. Ia dipercayai Yayasan Kostrad memimpin sejumlah perusahaan.[butuh rujukan] Kala itu ia menjabat Wakil Presiden Direktur PT Dharma Kencana Sakti yang membawahkan PT Garuda Mataram (perakit mobil), PT Mandala Airways, dan PT Dharma Putra Film.[butuh rujukan] Ketika memimpin PT Tri Usaha Bakti, ia terjun ke dalam usaha di bidang industri, perkapalan, asuransi, dan konstruksi[2].
Kemudian, berawal dari PT Pakarti Yoga, Sofjan merintis bisnisnya di Grup Gemala.[butuh rujukan] Perusahan yang ia rintis ini mendapatkan modal Dengan surat tanah rumah ayahnya dan gedung CSIS.[butuh rujukan] Gedung CSIS sendiri ia gadaikan setelah mendapatkan lampu hijau dari Ali Murtopo.[butuh rujukan] Berkat kerja kerasnya Grup Gemala (hingga 2008) telah mempekerjakan lebih dari 15 ribu tenaga kerja telah berkiprah di mancanegara (Australia dan Kanada).[butuh rujukan] Membawahi beberapa perusahaan besar seperti asuransi Wahana Tata, pabrik aki PT Yuasa Battery Indonesia, pabrik farmasi, dan lainnya[4].
Ketua Apindo
Di usia yang tidak muda lagi, hanya jabatan komisaris yang dia sandang.[butuh rujukan] Operasional perusahaan telah diserahkan kepada anak-anak laki-lakinya. Yakni, Lestarto, Lukito, dan Witarsa yang namanya diberi oleh almarhum Kapolri Jenderal (pur) Hoegeng[4].
Pada akhir 2008, ia menjadi orang nomer satu dalam lingkungan pengusaha di Indonesia.[butuh rujukan] Sofjan terpilih sebagai ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Apindo yang terpilih dalam Munas VIII di Hotel Borobudur, 27-29 Maret 2008.[butuh rujukan] Sofjan memimpin Apindo untuk periode 2008-2013.[butuh rujukan] Ini adalah kali kedua ia memimin Apindo setelah pada eriode sebelumnya ia juga terpilih[5].
Sebagai ketua Apindo, Sofjan berusaha menjembatani perbedaan itu dengan memelopori terjadinya kesepakatan bipartit antara pekerja dan pengusaha.[butuh rujukan] Kesepakatan itu intinya harus bisa memberikan solusi sehingga perselisihan diantara keduanya terlebih dahulu diselesaikan lewat perundingan tanpa melibatkan pihak luar[6]. Salah satu dasar yang diletakkan Sofjan, pertentangan kelas yang menjadi dasar pemikiran dalam menjelaskan hubungan antara buruh dengan pengusaha dinilai tidak lagi relevan.[butuh rujukan] Sofjan menilai bahwa pengusaha harus melihat buruh sebagai partner.[butuh rujukan] Dengan paradigma itu, Apindo memosisikan peran serta fungsinya sebagai salah satu lembaga yang bertanggung jawab untuk menarik investasi padat karya di Indonesia[4].
Referensi
- ^ investing.businessweek.com. Sofjan Wanandi
- ^ a b c d e f g h Sofjan Wanandi. Pusat Data dan Analisis Tempo.
- ^ www.tempo.co.id. Wawancara Sofyan Wanandi
- ^ a b c d e f g h i apindo.or.id. Lebih Dekat dengan Sofjan Wanandi, Ketua Umum Apindo (2008-2013). (diakses 5 Mei 2010)
- ^ www.tokohindonesia.com. Sofjan Wanandi
- ^ "Tak mungkin serahkan nasib Kepada pemerintah". Majalah TEMPO, 13 April 2008.