Lokomotif NIS 107: Perbedaan antara revisi
k +info berkas yang akan dihapus |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 28: | Baris 28: | ||
}} |
}} |
||
Setelah berhasil membangun jalan rel rute Semarang |
Setelah berhasil membangun jalan rel rute [[Semarang]]–[[Tanggung]]-Kedung Jati–[[Solo]]-[[Yogyakarta]] (166 km, gauge 1435 mm) dan jalan rel rute Kedungjati–Tuntang-[[Ambarawa]] (37 km, gauge 1435 mm), perusahaan kereta api swasta NIS ([[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij]]) melanjutkan pembangunan jalan rel ke wilayah selatan dari kota [[Yogyakarta]]. Pembangunan jalan rel tersebut merupakan wujud kepentingan ekonomi dari pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]] karena terdapat banyak pabrik gula di wilayah kota [[Yogyakarta]] bagian selatan. Pada tahun 1895, NIS berhasil membangun jalan rel rute [[Yogyakarta]]–Srandakan (23 km, gauge 1435 mm) kemudian dilanjutkan rute Srandakan–Ngabean–Palbapang –Brossot–Sewugalur (5 km, gauge 1435 mm) mulai beroperasi tahun 1916 dan rute Ngabean–Pasargedeh–Pundung (27 km, gauge 1435 mm) mulai beroperasi tahun 1919. Untuk melayani rute tersebut, NIS mendatangkan 2 lokomotif uap tipe C2-Lt yang kemudian diberi nomor NIS 106–107 sehingga NIS memiliki 3 lokomotif tipe C2-Lt ([[NIS 105]], [[NIS 106]], dan [[NIS 107]]). 3 lokomotif tipe C2-Lt ini didatangkan dari pabrik Hanomag (Jerman). Sebelum jalan rel di kota Yogyakarta bagian selatan dibangun, lokomotif NIS 105 telah datangkan pada tahun 1885.[[ NIS 105]] dirancang untuk beroperasi di jalan rel dengan gauge 1067 mm. Lokomotif [[NIS 105]] beroperasi di daerah [[Demak]] ([[Jawa Tengah]]) yang memiliki jalan rel dengan gauge 1067 mm. Setelah jalan rel (dengan gauge 1435 mm) di kota [[Yogyakarta]] bagian selatan selesai dibangun kemudian NIS 106 didatangkan pada tahun 1895 dan NIS 107 didatangkan pada tahun 1901. [[NIS 106]] dan [[NIS 107]] dirancang untuk beroperasi di jalan rel dengan gauge 1435 mm. Lokomotif tipe C2-Lt (NIS 105–107) ini digunakan untuk menarik rangkaian kereta campuran yang terdiri dari kereta penumpang dan gerbong barang pada rute jarak dekat. |
||
⚫ | |||
Lokomotif tipe C2-Lt dengan susunan roda 0-6-0T merupakan lokomotif yang memiliki silinder berdimensi 285 mm X 440 mm dengan roda penggerak berdiameter 931 mm. Berat keseluruhan 16,5 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 40 km/jam. Lokomotif tipe C2 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara. |
Lokomotif tipe C2-Lt dengan susunan roda 0-6-0T merupakan lokomotif yang memiliki silinder berdimensi 285 mm X 440 mm dengan roda penggerak berdiameter 931 mm. Berat keseluruhan 16,5 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 40 km/jam. Lokomotif tipe C2 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara. |
||
Pada masa awal Perang Dunia II, NIS 106 dan NIS 107 telah dirancang oleh Ir JC Jonker (mantan kepala dipo traksi di NIS) sebagai lokomotif panser untuk membantu militer Belanda di Jawa dalam menghadapi serangan militer Jepang. Di dalam rancangan lokomotif panser tersebut, NIS 106 dan NIS 107 diberi tambahan lapisan baja dan tinggi cerobong asap dikurangi (tinggi cerobong menjadi sejajar dengan tinggi kabin lokomotif). Konversi NIS 106 sebagai lokomotif panser dikerjakan di Balai Yasa Yogyakarta dan konversi NIS 107 sebagai lokomotif panser dikerjakan di bengkel perusahaan konstruksi besi yang bernama De Vries Robbe, Semarang. Sayangnya, konversi NIS 106 dan NIS 107 sebagai lokomotif panser belum sempat diselesaikan hingga tuntas karena militer Jepang telah masuk ke pantai utara Jawa pada bulan Maret 1942. NIS 106 belum sempat dikonversi sama sekali sedangkan NIS 107 baru selesai dikonsersi hanya 50% saja. Lokomotif NIS 106 merupakan lokomotif terakhir yang beroperasi di jalan rel dengan gauge 1435 mm di pelabuhan Semarang pada bulan Juli 1945. Setelah itu, beberapa lokomotif dibongkar oleh pemerintah Jepang dan banyak yang tidak diketahui nasibnya. Ketika militer Jepang masuk ke Jawa, semua jalan rel dengan gauge 1435 mm dikonversi menjadi jalan rel dengan gauge 1067 mm. Saat ini, semua jalan rel di Jawa dan Sumatra yang dioperasionalkan oleh PT Kereta Api Indonesia (persero) menggunakan jalan rel dengan gauge 1067 mm. |
Pada masa awal Perang Dunia II, [[NIS 106]] dan [[NIS 107]] telah dirancang oleh Ir JC Jonker (mantan kepala dipo traksi di NIS) sebagai lokomotif panser untuk membantu militer [[Belanda]] di [[Jawa]] dalam menghadapi serangan militer [[Jepang]]. Di dalam rancangan lokomotif panser tersebut, [[NIS 106]] dan [[NIS 107]] diberi tambahan lapisan baja dan tinggi cerobong asap dikurangi (tinggi cerobong menjadi sejajar dengan tinggi kabin lokomotif). Konversi [[NIS 106]] sebagai lokomotif panser dikerjakan di Balai Yasa [[Yogyakarta]] dan konversi [[NIS 107]] sebagai lokomotif panser dikerjakan di bengkel perusahaan konstruksi besi yang bernama De Vries Robbe, [[Semarang]]. Sayangnya, konversi [[NIS 106]] dan [[NIS 107]] sebagai lokomotif panser belum sempat diselesaikan hingga tuntas karena militer Jepang telah masuk ke pantai utara Jawa pada bulan Maret 1942. NIS 106 belum sempat dikonversi sama sekali sedangkan [[NIS 107]] baru selesai dikonsersi hanya 50% saja. Lokomotif [[NIS 106]] merupakan lokomotif terakhir yang beroperasi di jalan rel dengan gauge 1435 mm di pelabuhan Semarang pada bulan Juli 1945. Setelah itu, beberapa lokomotif dibongkar oleh pemerintah [[Jepang]] dan banyak yang tidak diketahui nasibnya. Ketika militer Jepang masuk ke Jawa, semua jalan rel dengan gauge 1435 mm dikonversi menjadi jalan rel dengan gauge 1067 mm. Saat ini, semua jalan rel di Jawa dan Sumatra yang dioperasionalkan oleh [[PT. Kereta Api Indonesia]] (persero) menggunakan jalan rel dengan gauge 1067 mm. |
||
⚫ | Saat ini masih dapat dijumpai bukti fisik pernah ada jalan rel dengan gauge 1435 mm di [[Jawa]] yaitu berupa chasis milik lokomotif uap [[NIS 107]] dan boiler milik lokomotif uap tipe C2-Rt (NIS 151 - 160). Keduanya dipajang di depan [[SMK]]/[[Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Yogyakarta]] (dahulu bernama [[STM]]/[[Sekolah Teknik Menengah Negeri 1 Yogyakarta]]). Bukti fisik lainnya yaitu 2 unit boggie kereta untuk jalan rel dengan gauge 1435 mm. 2 unit Boggie tersebut saat ini dipajang di dalam Balai Yasa Manggarai, [[Jakarta]]. |
||
⚫ | |||
⚫ | Saat ini masih dapat dijumpai bukti fisik pernah ada jalan rel dengan gauge 1435 mm di Jawa yaitu berupa chasis milik lokomotif uap NIS 107 dan boiler milik lokomotif uap tipe C2-Rt (NIS 151 - 160). Keduanya dipajang di depan SMK/Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Yogyakarta (dahulu bernama STM/Sekolah Teknik Menengah Negeri 1 Yogyakarta). Bukti fisik lainnya yaitu 2 unit boggie kereta untuk jalan rel dengan gauge 1435 mm. 2 unit Boggie tersebut saat ini dipajang di dalam Balai Yasa Manggarai, Jakarta. |
||
== Lihat pula == |
|||
* [[Dipo lokomotif]] |
* [[Dipo lokomotif]] |
||
* [[Diesel |
* [[Diesel elektrik]] |
||
* [[Industri Kereta Api]] [[Madiun]] |
|||
* [[Daftar kecelakaan kereta api di Indonesia]] |
|||
* [[Kereta Api Indonesia]] |
|||
* [[Kereta api ringan]] |
|||
== Pranala luar == |
|||
* {{id}} [http://rel-keretaapi.blogspot.com/2008/07/data-teknik-lokomotif-bb-203.html Data teknik lokomotif BB 203] |
|||
* {{id}} [http://www.semboyan35.com/showthread.php?tid=259 Daftar lokomotif BB 203 yang diubah menjadi CC 201] |
|||
* {{id}} [http://www.gm-marka.web.id/f22/data-persebaran-lokomotif-diesel-elektrik-dan-diesel-hidrolik-336.html/ Alokasi Lokomotif PT. KAI di Indonesia Saat Ini] |
|||
* {{id}} [http://www.kereta-api.co.id/ Situs web resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero)] |
|||
{{DaftarLokomotifIndonesia}} |
{{DaftarLokomotifIndonesia}} |
||
{{DaftarKeretaApi}} |
|||
{{commonscat|PT Kereta Api}} |
|||
{{transportasi-stub}} |
{{transportasi-stub}} |
||
[[Kategori:Lokomotif]] |
[[Kategori:Lokomotif]] |
||
[[Kategori:Transportasi rel di Indonesia]] |
Revisi per 5 Juni 2011 12.11
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka yang sesuai dengan standar Wikipedia. (2011) |
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Lokomotif NIS 107 | |
Data teknis | |
---|---|
Sumber tenaga | Uap |
Produsen | Werkspoor, Belanda |
Nomor seri | NIS107 |
Model | B12 |
Tanggal dibuat | 1902 |
Jumlah dibuat | 28 |
Spesifikasi roda | |
Susunan roda AAR | 0-6-0RT |
Klasifikasi UIC | B1 |
Dimensi | |
Lebar sepur | 1.435 mm |
Diameter roda | 850 mm |
Panjang | 8180 mm |
Lebar | 2670 mm |
Berat | |
Berat kosong | 16,5 ton |
Bahan bakar | |
Jenis bahan bakar | Kayu jati, Batu bara |
Sistem mesin | |
Ukuran silinder | 280 mm X 440 mm |
Kinerja | |
Kecepatan maksimum | 40 km/h |
Daya mesin | 450 HP |
Jari-jari lengkung terkecil | 170 m |
Lain-lain |
Setelah berhasil membangun jalan rel rute Semarang–Tanggung-Kedung Jati–Solo-Yogyakarta (166 km, gauge 1435 mm) dan jalan rel rute Kedungjati–Tuntang-Ambarawa (37 km, gauge 1435 mm), perusahaan kereta api swasta NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij) melanjutkan pembangunan jalan rel ke wilayah selatan dari kota Yogyakarta. Pembangunan jalan rel tersebut merupakan wujud kepentingan ekonomi dari pemerintah Hindia Belanda karena terdapat banyak pabrik gula di wilayah kota Yogyakarta bagian selatan. Pada tahun 1895, NIS berhasil membangun jalan rel rute Yogyakarta–Srandakan (23 km, gauge 1435 mm) kemudian dilanjutkan rute Srandakan–Ngabean–Palbapang –Brossot–Sewugalur (5 km, gauge 1435 mm) mulai beroperasi tahun 1916 dan rute Ngabean–Pasargedeh–Pundung (27 km, gauge 1435 mm) mulai beroperasi tahun 1919. Untuk melayani rute tersebut, NIS mendatangkan 2 lokomotif uap tipe C2-Lt yang kemudian diberi nomor NIS 106–107 sehingga NIS memiliki 3 lokomotif tipe C2-Lt (NIS 105, NIS 106, dan NIS 107). 3 lokomotif tipe C2-Lt ini didatangkan dari pabrik Hanomag (Jerman). Sebelum jalan rel di kota Yogyakarta bagian selatan dibangun, lokomotif NIS 105 telah datangkan pada tahun 1885.NIS 105 dirancang untuk beroperasi di jalan rel dengan gauge 1067 mm. Lokomotif NIS 105 beroperasi di daerah Demak (Jawa Tengah) yang memiliki jalan rel dengan gauge 1067 mm. Setelah jalan rel (dengan gauge 1435 mm) di kota Yogyakarta bagian selatan selesai dibangun kemudian NIS 106 didatangkan pada tahun 1895 dan NIS 107 didatangkan pada tahun 1901. NIS 106 dan NIS 107 dirancang untuk beroperasi di jalan rel dengan gauge 1435 mm. Lokomotif tipe C2-Lt (NIS 105–107) ini digunakan untuk menarik rangkaian kereta campuran yang terdiri dari kereta penumpang dan gerbong barang pada rute jarak dekat.
Lokomotif tipe C2-Lt dengan susunan roda 0-6-0T merupakan lokomotif yang memiliki silinder berdimensi 285 mm X 440 mm dengan roda penggerak berdiameter 931 mm. Berat keseluruhan 16,5 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 40 km/jam. Lokomotif tipe C2 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara.
Pada masa awal Perang Dunia II, NIS 106 dan NIS 107 telah dirancang oleh Ir JC Jonker (mantan kepala dipo traksi di NIS) sebagai lokomotif panser untuk membantu militer Belanda di Jawa dalam menghadapi serangan militer Jepang. Di dalam rancangan lokomotif panser tersebut, NIS 106 dan NIS 107 diberi tambahan lapisan baja dan tinggi cerobong asap dikurangi (tinggi cerobong menjadi sejajar dengan tinggi kabin lokomotif). Konversi NIS 106 sebagai lokomotif panser dikerjakan di Balai Yasa Yogyakarta dan konversi NIS 107 sebagai lokomotif panser dikerjakan di bengkel perusahaan konstruksi besi yang bernama De Vries Robbe, Semarang. Sayangnya, konversi NIS 106 dan NIS 107 sebagai lokomotif panser belum sempat diselesaikan hingga tuntas karena militer Jepang telah masuk ke pantai utara Jawa pada bulan Maret 1942. NIS 106 belum sempat dikonversi sama sekali sedangkan NIS 107 baru selesai dikonsersi hanya 50% saja. Lokomotif NIS 106 merupakan lokomotif terakhir yang beroperasi di jalan rel dengan gauge 1435 mm di pelabuhan Semarang pada bulan Juli 1945. Setelah itu, beberapa lokomotif dibongkar oleh pemerintah Jepang dan banyak yang tidak diketahui nasibnya. Ketika militer Jepang masuk ke Jawa, semua jalan rel dengan gauge 1435 mm dikonversi menjadi jalan rel dengan gauge 1067 mm. Saat ini, semua jalan rel di Jawa dan Sumatra yang dioperasionalkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero) menggunakan jalan rel dengan gauge 1067 mm.
Saat ini masih dapat dijumpai bukti fisik pernah ada jalan rel dengan gauge 1435 mm di Jawa yaitu berupa chasis milik lokomotif uap NIS 107 dan boiler milik lokomotif uap tipe C2-Rt (NIS 151 - 160). Keduanya dipajang di depan SMK/Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Yogyakarta (dahulu bernama STM/Sekolah Teknik Menengah Negeri 1 Yogyakarta). Bukti fisik lainnya yaitu 2 unit boggie kereta untuk jalan rel dengan gauge 1435 mm. 2 unit Boggie tersebut saat ini dipajang di dalam Balai Yasa Manggarai, Jakarta.
Lihat pula
- Dipo lokomotif
- Diesel elektrik
- Industri Kereta Api Madiun
- Daftar kecelakaan kereta api di Indonesia
- Kereta Api Indonesia
- Kereta api ringan
Pranala luar
- (Indonesia) Data teknik lokomotif BB 203
- (Indonesia) Daftar lokomotif BB 203 yang diubah menjadi CC 201
- (Indonesia) Alokasi Lokomotif PT. KAI di Indonesia Saat Ini
- (Indonesia) Situs web resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero)
- Artikel yang perlu diperbaiki from 2011
- Semua artikel yang perlu diperbaiki
- Halaman yang tidak memiliki bagian pembuka
- Articles covered by WikiProject Wikify from 2011
- All articles covered by WikiProject Wikify
- Artikel yang belum dirapikan Juni 2011
- Semua artikel rintisan Juni 2011
- Lokomotif
- Transportasi rel di Indonesia