Lompat ke isi

Rumah Sakit Dirgahayu: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 0°29′55″S 117°08′12″E / 0.49874°S 117.13674°E / -0.49874; 117.13674
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan terakhir (oleh 61.94.85.162) dan mengembalikan revisi 4404285 oleh Ezagren: diragukan
Baris 4: Baris 4:


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Tonggak sejarah karya kerasulan KASRI di Kalimantan Timur mulai terpancang pada tahun [[1907]] dimana pada tahun itu, 3 Misionaris dari Ordo Fransiskan Capusin memulai karyanya di desa [[Laham, Laham, Kutai Barat|Laham]], sebuah desa kecil yang dihuni oleh suku [[Dayak]], terletak 500 km dari Samarinda di jalur [[sungai Mahakam]] (sekarang termasuk kecamatan [[Laham, Kutai Barat|Laham]], [[Kabupaten Kutai Barat]]). Di desa ini, karya kerasulan Katolik dimulai dengan mendirikan sekolah bagi masyarakat setempat.
Tonggak sejarah karya kerasulan KASRI di Kalimantan Timur mulai terpancang pada tahun [[1907]] dimana pada tahun itu, 3 Misionaris dari Ordo Fransiskan Capusin memulai karyanya di desa [[Laham, Laham, Kutai Barat|Laham]], sebuah desa kecil yang dihuni oleh suku [[Dayak]], terletak 500 km dari Samarinda di jalur [[sungai Mahakam]] (sekarang termasuk kecamatan [[Long Hubung, Kutai Barat|Long Hubung]], [[Kabupaten Kutai Barat]]). Di desa ini, karya kerasulan Katolik dimulai dengan mendirikan sekolah bagi masyarakat setempat.


Pada tahun [[1920]], tiga orang Biarawati dari Konggregasi St. Fransiskus Veghel tiba di Laham. Setelah melihat dan mengalami sendiri kondisi kesehatan masyarakat yang cukup memprihatinkan, dan kesulitan karya kerasulan yang dikerjakan oleh para Pastor di mana di samping harus membina mental religius, tapi juga harus “mengantongi obat yang dibutuhkan masyarakat setempat, ketiga Biarawati tersebut merintis pembukaan poliklinik. Pada Tahun [[1923]], para suster tersebut memulai membuka sebuah poliklinik kecil. oleh karena itu, tahun 1923, tonggak sejarah karya kesehatan Katolik mulai tertanam di Kalimantan Timur.
Pada tahun [[1920]], tiga orang Biarawati dari Konggregasi St. Fransiskus Veghel tiba di Laham. Setelah melihat dan mengalami sendiri kondisi kesehatan masyarakat yang cukup memprihatinkan, dan kesulitan karya kerasulan yang dikerjakan oleh para Pastor di mana di samping harus membina mental religius, tapi juga harus “mengantongi obat yang dibutuhkan masyarakat setempat, ketiga Biarawati tersebut merintis pembukaan poliklinik. Pada Tahun [[1923]], para suster tersebut memulai membuka sebuah poliklinik kecil. oleh karena itu, tahun 1923, tonggak sejarah karya kesehatan Katolik mulai tertanam di Kalimantan Timur.

Revisi per 6 Februari 2012 04.16

0°29′55″S 117°08′12″E / 0.49874°S 117.13674°E / -0.49874; 117.13674

Bagian depan RS Dirgahayu.

Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda adalah sebuah rumah sakit swasta yang merupakan salah satu Karya Kerasulan Gereja Katolik Keuskupan Agung Samarinda (KASRI) secara khusus di bidang kesehatan yang menjadi rumah sakit swasta pertama di kota Samarinda, Kalimantan Timur

Sejarah

Tonggak sejarah karya kerasulan KASRI di Kalimantan Timur mulai terpancang pada tahun 1907 dimana pada tahun itu, 3 Misionaris dari Ordo Fransiskan Capusin memulai karyanya di desa Laham, sebuah desa kecil yang dihuni oleh suku Dayak, terletak 500 km dari Samarinda di jalur sungai Mahakam (sekarang termasuk kecamatan Long Hubung, Kabupaten Kutai Barat). Di desa ini, karya kerasulan Katolik dimulai dengan mendirikan sekolah bagi masyarakat setempat.

Pada tahun 1920, tiga orang Biarawati dari Konggregasi St. Fransiskus Veghel tiba di Laham. Setelah melihat dan mengalami sendiri kondisi kesehatan masyarakat yang cukup memprihatinkan, dan kesulitan karya kerasulan yang dikerjakan oleh para Pastor di mana di samping harus membina mental religius, tapi juga harus “mengantongi obat yang dibutuhkan masyarakat setempat, ketiga Biarawati tersebut merintis pembukaan poliklinik. Pada Tahun 1923, para suster tersebut memulai membuka sebuah poliklinik kecil. oleh karena itu, tahun 1923, tonggak sejarah karya kesehatan Katolik mulai tertanam di Kalimantan Timur.

Sejalan denggan dipilihnya Desa Tering (sekarang termasuk kecamatan Tering, Kab. Kutai Barat) menjadi pusat karya karya kerasulan baru pada tahun 1932, karya kesehatanpun dimulai dijalankan dari Tering. Pada tahun 1933, kompleks karya misi, termasuk Rumah Sakit kecil selesai dibangun. Pada tahun 1942, datanglah 4 orang Biarawati dari Konggregasi Misi dan Adorasi Keluarga Kudus (MASF) untuk menggantikan para Biarawati dari Konggregasi St. Fransiskus Veghel yang terpaksa pergi pada waktu perang dunia II berkecamuk. Para suster MASF ini mulai memimpin karya kesehatan di Tering. Rumah Sakit di Kampung Tering ini merupakan cikal bakal pendirian Klinik St. Yoseph yang sampai saat ini masih berdiri di Tering, Kec. Tering dan telah melebarkan sayap di Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat.

Pada tanggal 21 Pebruari 1955, pusat karya kerasulan Gereja Katolik dipindahkan di Samarinda dengan dibentuknya Vikariat Apostolik Samarinda. Pada tanggal 3 Januari 1961, status Vikariat Apostolik ditingkatnya menjadi Keuskupan dimana Mgr. Yacobus Romeijn MSF terpilih menjadi Uskup Samarinda Pertama. Hal ini juga menjadi latar belakang gagasan untuk mengembangkan Karya Kesehatan Katolik di Samarinda.

Gagasan kemudian dipercayakan kepada Suster MASF. Pada tanggal 4 Mei 1963 berdirilah Balai Pengobatan "Keluarga Sutji", di kompleks Keuskupan, Kampung Jawa, Samarinda. Balai Pengobatan ini merupakan tonggak awal pembangunan dan pengembangan karya kesehatan Katolik dalam bentuk rumah sakit dan sekolah perawat di Samarinda.

Didorong meningkatnya kebutuhan akan pelayanan maka pada tanggal 26 Desember 1964 di buka sebuah Rumah Sakit Bersalin "Keluarga Suci Sumber Cinta Kasih" di dalam kompleks Keuskupan Samarinda. Sebagai dokter pengawas pada saat itu adalah dr. Oey Thian Tjay. Pada tanggal 3 Mei 1971, para pengelola, pihak-pihak yang terkait dengan rumah sakit Bersalin "Keluarga Sutji Sumber Cinta Kasih”, mengubah namanya menjadi Rumah Sakit Bersalin "Dirgahayu". Kata “Dirgahayu” merupakan ide dan jasa Alm. Mgr. Yulius Aloysius Husin MSF (Uskup Keuskupan Palangkaraya), bersama dengan beberapa orang lain, antara lain, P. GA. Bong MSF dan P. FX. Huvang Hurang MSF. Kata "Dirgahayu" ini merupakan sebuah kata yang popular dan mudah diingat. kata ini mengungapkan harapan akan keselamatan dan kesembuhan bagi orang yang datang ke Rumah Sakit, dan juga mengungkapkan tekad untuk melayani dengan cinta kasih semua orang tanpa kecuali.

Kegiatan di rumah sakit Dirgahayu semakin mengalami perkembangan yang cukup berarti. Tuntutan yang ada semakin berkembang. Kondisi ini menuntut ada suatu pengelola khusus yang akan membawa Rumah Sakit Bersalin Dirgahayu ke arah yang stabil, concern dan inovatif. Menyadari hal tersebut, maka dibentuk suatu badan yang khusus mengelola karya kesehatan Keuskupan Samarinda yaitu YAYASAN SETIA BUDI pada tanggal 26 Desember 1974. Dengan demikian RS. Bersalin Dirgahayu secara langsung berada di bawah naungan Yayasan tersebut.

Pangkal tolak perkembangan RS. Dirgahayu Samarinda adalah dengan keluarnya SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.232/P.Kes/1/0/75, tertanggal 4 April 1975, perihal peningkatan statusnya menjadi Rumah Sakit Umum Dirgahayu. Lewat surat keputusan ini status Rumah Sakit Bersalin ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Umum Katolik “DIRGAHAYU”. Akhirnya pada tahun 1975 diadakan peresmian penggunaan gedung RS. Dirgahayu oleh Wali Kotamadya Samarinda Bp. Kadri Oening.

Pranala Luar