Lompat ke isi

Kadipaten Sumenep: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Cunkring8 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Cunkring8 (bicara | kontrib)
Baris 62: Baris 62:
Pada masa-masa ini, Kekuasaan wilayah Kadipaten Sumenep meliputi daerah Sumenep dan Pamekasan yang lebih dikenal dengan sebutan Madura timur (Madura Wetan)
Pada masa-masa ini, Kekuasaan wilayah Kadipaten Sumenep meliputi daerah Sumenep dan Pamekasan yang lebih dikenal dengan sebutan Madura timur (Madura Wetan)


==Pengaruh Kerajaan Mataram terhadap pemerintahan di Kadipaten Sumenep ==
==Pengaruh Kasultanan Mataram terhadap pemerintahan di Kadipaten Sumenep ==


[[Berkas:Mataram Sultanate in Sultan Agung Reign id.svg|thumb|left|240px|Wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang hampir meliputi seluruh [[Jawa]] dan [[Madura]]]]
[[Berkas:Mataram Sultanate in Sultan Agung Reign id.svg|thumb|left|240px|Wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang hampir meliputi seluruh [[Jawa]] dan [[Madura]]]]
Baris 68: Baris 68:


Kadipaten Sumenep jatuh ketangan Sultan Agung Mataram pada tahun 1624. Pengaruh Kerajaan Mataram di wilayah kadipaten Sumenep berlangsung hingga pemerintahan [[Kanjeng Tumenggung Ario Yudonegoro|Kanjeng Pangeran Ario Yudonegoro]].
Kadipaten Sumenep jatuh ketangan Sultan Agung Mataram pada tahun 1624. Pengaruh Kerajaan Mataram di wilayah kadipaten Sumenep berlangsung hingga pemerintahan [[Kanjeng Tumenggung Ario Yudonegoro|Kanjeng Pangeran Ario Yudonegoro]].

Pengaruh Kesultanan Mataram begitu terasa di Kadipaten Sumenep sampai saat pembubarannya. Pengaruh yang paling besar adalah pola pemerintahannya dan tata ruang kotanya yang mirip dengan-kota-kota Kerajaan di Jawa.

===Stuktur Pemerintahan===

Struktur pemerintahan di Kadipaten Sumenep memakai pola pengorganisasian yang mirip dengan pola pemerintahan di Kasultanan Mataram sebagai ibukotanya. Pemerintahan Lebet di wilayah ini hanya meliputi Gedong Negeri, Pengadilan Karaton, Kapengulon, Paseban, dan Rumah Tangga Keraton. Selain itu pemerintahan desa di wilayah Kadipaten Sumenep dibagi dalam beberapa kelompok desa, antara lain : Desa Daleman, Desa Percaton dan Desa Perdikan.


==Pengaruh VOC terhadap pemerintahan di Kadipaten Sumenep ==
==Pengaruh VOC terhadap pemerintahan di Kadipaten Sumenep ==

Revisi per 17 Juli 2012 09.45

Kadipaten Sumenep

1269–1883
{{{coat_alt}}}
Lambang Kadipaten Sumenep pada tahun 1811
Ibu kotaKota Sumenep
Bahasa yang umum digunakanMadura, Jawa
Agama
Islam
PemerintahanMonarki Keadipatian
Adipati 
Sejarah 
• Raja Singasari Prabu Kertanegara mendinohaken Arya Wiraraja tahun 1269 - penandatanganan antara Pangeran Puger dengan Kompeni 5 Oktober 1705
1269
1883
Didahului oleh
Digantikan oleh
krjKerajaan
Singasari
Hindia Belanda
Sumenep menjadi daerah keadipatian semenjak Kerajaan Shingasari berkuasa atas tanah Jawa dan Madura, Pada Masa Kerajaan Majapahit daerah ini dibebaskan dari segala Pajak dan Upeti Kerajaan.
Pada tanggal 5 Oktober 1705, Kadipaten Sumenep yang semula berada dibawah kekuasaan Kerajaan Mataram jatuh ketangan penjajah akibat perjanjian yang dilakukan Susuhunan Mataram dengan VOC.
Pada pemerintahan Raffles, wilayah Kasultanan Sumenep mempunyai kedudukan yang setara dengan Susuhunan di Surakarta dan Sultan di Jogjakarta.
Pada tahun 1950 Sumenep resmi menjadi wilayah kesatuan Republik Indonesia yang masuk kedalam wilayah karesidenan Madura
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kadipaten Sumenep (Atau sering dikenal sebagai Kadipaten Madura), adalah sebuah monarki yang pernah menguasai seluruh Pulau Madura dan sebagian daerah tapal kuda. Pusat pemerintahannya berada di Kota Sumenep sekarang.

Pada tahun 1269, dimasa pemerintahan Arya Wiraraja wilayah ini berada dibawah pengawasan langsung Kerajaan Singhasari dan Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1559, dimasa pemerintahan Kanjeng Tumenggung Ario Kanduruwan, wilayah yang terletak di Madura Timur ini berada pada kekuasaan penuh Kesultanan Demak dan baru pada pemerintahan Pangeran Lor II yang berkuasa pada tahun 1574, wilayah Kadipaten Sumenep berada dibawah pengawasan langsung Kasultanan Mataram.

Pada tahun 1705, akibat perjanjian Pangeran Puger dengan VOC, wilayah ini berada dalam kekuasaan penuh Pemerintahan Kolonial. Selama Sumenep jatuh kedalam wilayah pemerintahan Hindia-Belanda, wilayah ini tidak pernah diperintah secara langsung, para penguasa Sumenep diberi kebebasan dalam memerintah wilayahnya namun tetap dalam ikatan-ikatan kontrak yang telah ditetapkan oleh Kolonial Kala itu. Selanjutnya pada tahun 1883, Pemerintah Hindia Belanda mulai menghapus sistem sebelumnya (keswaprajaan), Kerajaan-kerajaan di Madura termasuk di Sumenep dikelola langsung oleh Nederland Indische Regening dengan diangkatnya seorang Bupati. Semenjak itulah, sistem pemerintahan Ke-adipatian di Sumenep berakhir.

Peninggalan Kadipaten Sumenep yang terkenal dan masih dapat disaksikan sampai saat ini antara lain Keraton Sumenep, Masjid Jamik Sumenep dan Asta Tinggi yang berada di pusat Kota Sumenep.

Seperti halnya keraton-keraton di Jawa, budaya halus dan tata krama yang sopan serta bahasa sehari-hari yang santun juga menjadi identitas budaya, baik di seputar lingkungan Keraton Sumenep maupun di lingkungan masyarakat Sumenep pada umumnya. Walaupun Keraton Sumenep saat ini sudah tidak berfungsi lagi sebagai istana resmi Adipati Sumenep ataupun pusat pengembangan budaya Madura, tetapi kebiasaan peninggalan masa kejayaan Kadipaten Sumenep masih sangat terasa, tak heran jika banyak orang menjuluki Sumenep sebagai 'Solo of Madura'.

Mata Pencaharian Penduduk

Semenjak dahulu ekonomi daerah ini bergantung pada hasil laut dan pertanian, karena dari Jaman Pemerintahan Arya Wiraraja, daerah ini harus mengirimkan upeti kepada kerajaan diatasnya. Namun pada waktu Arya Wiraraja diangkat sebagai penguasa kerajaan Majapahit timur yang berpusat di Lamajang Kadipaten ini dibebaskan dari segala upeti sampai Kerajaan Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk.

Selain mata pencaharian penduduknya yang bergantung dari hasil pertanian yang kurang menguntungkan, mata pencaharian penduduknya sebagian besar juga bergelut dalam bidang kelautan, hal inilah yang kelak menciptakan pelau-pelaut tangguh dari bumi pulau garam. Selain itu Mata pencaharian penduduknya juga berupa hasil pertanian Garam, pertanian garam sendiri berkembang pada masa pemerintahan Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. Hasil bumi tersebut berpusat di sekitar selat Madura tepatnya di desa Pinggirpapas, Kalianget.

Pengaruh Kerajaan Majapahit terhadap pemerintahan di Kadipaten Sumenep

Wilayah Sumenep mulai dibawah pengaruh kerajaan Majapahit semenjak awal pendirian pembangunnya, dengan Rajanya Raden Wijaya yang bergelar Prabu Kertarajasa Jayawadhana. Selain itu Arya Wiraraja yang semula menjadi Adipati Sumenep dibawah kerajaan Singhasari diangakat sebagai adipati di wilayah timur Jawa Timur meliputi Blambangan dan Lamajhang, sesuai janji Raden Wijaya ketika meminta bantuan kepada Arya Wiraraja dalam membabat tanah Jawa. Sebagai ganti kedudukannya di Sumenep, ditunjuklah adik dari Arya Wiraraja yang bernama Arya Bangah sebagai Adipati II di wilayah Kadipaten Sumenep dengan gelarnya Arya Wiraraja II. Pada masa pemerintahannya, wilayah kadipaten Sumenep yang notabene sudah masuk dalam wilayah Kerajaan Majapahit diberi keistimewaan dari dibebaskannya Upeti sampai dengan pemerintahan Hayam Wuruk berkuasa atas Majapahit, Selanjutnya ketika Kerajaan Majapahit diperitah oleh Wikramawardhana, wilayah ini kembali diwajibkan menyetor upeti kepada kerajaan Majapahit. Pada masa pengaruh kerajaan Majapahit, wilayah kadipaten Sumenep meliputi seluruh Pulau Madura den pulau-pulau yang ada di sekitarnya, seperti pulau Sapudi, Kangeyan dan Masalembo.

Pengaruh Kasultanan Demak terhadap pemerintahan di Kadipaten Sumenep

Pengaruh Kerajaan Demak secara resmi di kadipaten Sumenep berlangsung sejak pemerintahan Pangeran Lor dan Pangeran Wetan sampai masa pemerintahan Raden Mas Anggadipa. Ketika dibawah pengaruh Kesultanan Demak, wilayah Sumenep diwajibkan membayar upeti kepada Ratu Japan sebagai wilayah yang melindunginya. Pada masa-masa ini, Kekuasaan wilayah Kadipaten Sumenep meliputi daerah Sumenep dan Pamekasan yang lebih dikenal dengan sebutan Madura timur (Madura Wetan)

Pengaruh Kasultanan Mataram terhadap pemerintahan di Kadipaten Sumenep

Wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram dalam masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang hampir meliputi seluruh Jawa dan Madura

Pemerintahan Kadipaten Sumenep mulai dipengaruhi kerajaan Mataram Pada Masa pemerintahan Raden Mas Anggadipa, namun sebelum dikuasainya wilayah Kadipaten Sumenep oleh kerajaan Mataram, seluruh wilayah Madura bergejolak melawan penyerangan yang dilakukan oleh Mataram ke wilayah Madura. Penyerangan tersebut terjadi pada masa pemerintahan Pangeran Lor II beserta Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro I.

Kadipaten Sumenep jatuh ketangan Sultan Agung Mataram pada tahun 1624. Pengaruh Kerajaan Mataram di wilayah kadipaten Sumenep berlangsung hingga pemerintahan Kanjeng Pangeran Ario Yudonegoro.

Pengaruh Kesultanan Mataram begitu terasa di Kadipaten Sumenep sampai saat pembubarannya. Pengaruh yang paling besar adalah pola pemerintahannya dan tata ruang kotanya yang mirip dengan-kota-kota Kerajaan di Jawa.

Stuktur Pemerintahan

Struktur pemerintahan di Kadipaten Sumenep memakai pola pengorganisasian yang mirip dengan pola pemerintahan di Kasultanan Mataram sebagai ibukotanya. Pemerintahan Lebet di wilayah ini hanya meliputi Gedong Negeri, Pengadilan Karaton, Kapengulon, Paseban, dan Rumah Tangga Keraton. Selain itu pemerintahan desa di wilayah Kadipaten Sumenep dibagi dalam beberapa kelompok desa, antara lain : Desa Daleman, Desa Percaton dan Desa Perdikan.

Pengaruh VOC terhadap pemerintahan di Kadipaten Sumenep

Pengaruh Pemerintah Hindia Belanda terhadap pemerintahan di Kadipaten Sumenep

Pustaka

  • Zulkarnaen, Iskandar. 2003. Sejarah Sumenep. Sumenep: Dinas Pariwisata dan kebudayaan kabupaten Sumenep.
  • Adurrahchman, Drs.1971.Sejarah Madura Selajang Pandang. Sumenep