Kota Bitung: Perbedaan antara revisi
Baris 10: | Baris 10: | ||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Menurut cerita sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Oleh penduduk yang pertama kali mendiami Kota Bitung yang di pimpin oleh Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan "Tundu'an" atau pemimpin, Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan Dotu Rotti, Dotu Wullur, Dotu Ganda, Dotu Katuuk, Dotu Lengkong, mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu "Tumani Bitung" membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari minahasa sub-etnis Tonsea , dan kemudian menamakan daerah yang baru dibukanya itu dengan nama Bitung karena jenis pohon ini banyak terdapat di daerah tersebut pada saat itu. Makam dan Prasasti dari Dotu Hermanus Sompotan dapat kita temui di Pusat Kota Bitung yang merupakan bagian dari peninggalan sejarah berdirinya Kota Bitung yang tidak dapat dilupakan sepanjang masa. |
Menurut cerita sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Oleh penduduk yang pertama kali mendiami Kota Bitung yang di pimpin oleh Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan "Tundu'an" atau pemimpin, Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan Dotu Rotti, Dotu Wullur, Dotu Ganda, Dotu Katuuk, Dotu Lengkong, mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu "Tumani Bitung" membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari minahasa sub-etnis Tonsea , dan kemudian menamakan daerah yang baru dibukanya itu dengan nama Bitung karena jenis pohon ini banyak terdapat di daerah tersebut pada saat itu. Makam dan Prasasti dari Dotu Hermanus Sompotan dapat kita temui di Pusat Kota Bitung yang merupakan bagian dari peninggalan sejarah berdirinya Kota Bitung yang tidak dapat dilupakan sepanjang masa. |
||
Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh Arklaus Sompotan sebagai Hukum Tua (Lurah)pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa. Arklaus Sompotan sendiri dimakamkan di desa Karegesan minawerot kecamatan Kauditan .Seiring sejalan dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya maka pada kepemimpinan Gubernur H.V Worang sekitar akhir tahun 1970-an Bitung dijadikan Kota Administratif yang kemudian diangkatlah Walikota Pertama yaitu Wempie Worang Yang merupakan adik Dari Gubernur H.V Worang. Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha Jepang yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan Kema (di Wilayah Kabupaten Minahasa) karena menurut pandangan mereka Bitung bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema. Bitung memiliki [[Pulau Lembeh]] yang merupakan milik dari Dotu Xavier Dotulong, yang bisa dijadikan |
Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh Arklaus Sompotan sebagai Hukum Tua (Lurah)pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa. Arklaus Sompotan sendiri dimakamkan di desa Karegesan minawerot kecamatan Kauditan .Seiring sejalan dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya maka pada kepemimpinan Gubernur H.V Worang sekitar akhir tahun 1970-an Bitung dijadikan Kota Administratif yang kemudian diangkatlah Walikota Pertama yaitu Wempie Worang Yang merupakan adik Dari Gubernur H.V Worang. Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha Jepang yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan Kema (di Wilayah Kabupaten Minahasa) karena menurut pandangan mereka Bitung bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema. Salah satu pengusaha Jepang yang mendirikan Perusahaan Ikan di Bitung adalah Tuan Sakamoto yang beristrikan Lintje Worang Yang merupakan anak dari Walikota Pertama Bitung Wempie Worang, begitu besar kecintaannya pada Kota Bitung sehingga pada akhir hayatnya ia ingin agar dimakamkan di Kecamatan Kauditan Minahasa Utara yang merupakan tanah kelahiran dari sang istri tercinta (sekitar 5 menit dari arah Kota Bitung) . Bitung juga memiliki [[Pulau Lembeh]] yang merupakan salah satu Pulau terbesar di Sulawesi Utara yang merupakan milik dari Dotu Xavier Dotulong, yang pada perkembangannya bisa dijadikan sebagai penahan ombak alamiah yang dapat melindungi Pelabuhan Bitung sepanjang tahun dari terpaan angin dan gelombang yang besar. |
||
Revisi per 19 April 2007 15.12
Kota Bitung | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: - | |
Berkas:Peta manado.jpg | |
Koordinat: 1°26′50″N 125°11′52″E / 1.4472222°N 125.1977778°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Utara |
Tanggal berdiri | 15 Agustus 1990 |
Dasar hukum | Undang-undang Nomor 7 Tahun 1990 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Hanny Sondakh |
Luas | |
• Total | 1,583 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 147,680 jiwa |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0438 |
Kode Kemendagri | 71.72 |
DAU | - |
Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong percepatan pembangunan.
Sejarah
Menurut cerita sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Oleh penduduk yang pertama kali mendiami Kota Bitung yang di pimpin oleh Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan "Tundu'an" atau pemimpin, Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan Dotu Rotti, Dotu Wullur, Dotu Ganda, Dotu Katuuk, Dotu Lengkong, mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu "Tumani Bitung" membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari minahasa sub-etnis Tonsea , dan kemudian menamakan daerah yang baru dibukanya itu dengan nama Bitung karena jenis pohon ini banyak terdapat di daerah tersebut pada saat itu. Makam dan Prasasti dari Dotu Hermanus Sompotan dapat kita temui di Pusat Kota Bitung yang merupakan bagian dari peninggalan sejarah berdirinya Kota Bitung yang tidak dapat dilupakan sepanjang masa. Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh Arklaus Sompotan sebagai Hukum Tua (Lurah)pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa. Arklaus Sompotan sendiri dimakamkan di desa Karegesan minawerot kecamatan Kauditan .Seiring sejalan dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya maka pada kepemimpinan Gubernur H.V Worang sekitar akhir tahun 1970-an Bitung dijadikan Kota Administratif yang kemudian diangkatlah Walikota Pertama yaitu Wempie Worang Yang merupakan adik Dari Gubernur H.V Worang. Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha Jepang yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan Kema (di Wilayah Kabupaten Minahasa) karena menurut pandangan mereka Bitung bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema. Salah satu pengusaha Jepang yang mendirikan Perusahaan Ikan di Bitung adalah Tuan Sakamoto yang beristrikan Lintje Worang Yang merupakan anak dari Walikota Pertama Bitung Wempie Worang, begitu besar kecintaannya pada Kota Bitung sehingga pada akhir hayatnya ia ingin agar dimakamkan di Kecamatan Kauditan Minahasa Utara yang merupakan tanah kelahiran dari sang istri tercinta (sekitar 5 menit dari arah Kota Bitung) . Bitung juga memiliki Pulau Lembeh yang merupakan salah satu Pulau terbesar di Sulawesi Utara yang merupakan milik dari Dotu Xavier Dotulong, yang pada perkembangannya bisa dijadikan sebagai penahan ombak alamiah yang dapat melindungi Pelabuhan Bitung sepanjang tahun dari terpaan angin dan gelombang yang besar.