Waduk Jatigede: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{inuseBP|BP13Rani||31 Maret 2014}} |
{{inuseBP|BP13Rani||31 Maret 2014}} |
||
{{tanpa_referensi|date=April 2014}} |
{{tanpa_referensi|date=April 2014}} |
||
'''Waduk Jatigede''' merupakan sebuah [[waduk]] yang sedang dibangun di [[Kabupaten Sumedang]].<ref name="Bendungan Besar">{{cite book|title=Dampak Sosial dan Lingkungan Bendungan Raksasa|author=Goldsmith, Edwards dan Nicholas Hildyard|year=1993||publisher=Yayasan Obor Indonesia}}</ref> Pembangunan waduk ini telah lama direncanakan dan proses pembangunannya masih berlangsung hingga kini. Waduk ini dibangun dengan membendung aliran [[Sungai Cimanuk]] di wilayah [[Kecamatan Jatigede]], [[Kabupaten Sumedang]]. |
'''Waduk Jatigede''' merupakan sebuah [[waduk]] yang sedang dibangun di [[Kabupaten Sumedang]].<ref name="Bendungan Besar">{{cite book|title=Dampak Sosial dan Lingkungan Bendungan Raksasa|author=Goldsmith, Edwards dan Nicholas Hildyard|year=1993||publisher=Yayasan Obor Indonesia}}</ref> Pembangunan waduk ini telah lama direncanakan dan proses pembangunannya masih berlangsung hingga kini. Waduk ini dibangun dengan membendung aliran [[Sungai Cimanuk]] di wilayah [[Jatigede, Sumedang|Kecamatan Jatigede]], [[Kabupaten Sumedang]]. |
||
==Sejarah== |
==Sejarah== |
||
Pembangunan waduk ini telah direncanakan sejak zaman [[Hindia Belanda]]. Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda merencanakan pembangunan tiga waduk di sepanjang aliran [[Sungai Cimanuk]], dan waduk Jatigede merupakan waduk utama dan yang paling besar. Namun, pembangunan ketiga waduk itu mendapatkan tentangan dari masyarakat sekitar, sehingga pembangunannya pun dibatalkan. Baru pada tahun [[1990 |
Pembangunan waduk ini telah direncanakan sejak zaman [[Hindia Belanda]]. Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda merencanakan pembangunan tiga waduk di sepanjang aliran [[Sungai Cimanuk]], dan waduk Jatigede merupakan waduk utama dan yang paling besar. Namun, pembangunan ketiga waduk itu mendapatkan tentangan dari masyarakat sekitar, sehingga pembangunannya pun dibatalkan. Baru pada tahun [[1990-an]], rencana pembangunan waduk Jatigede kembali menghangat. Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah merelokasi masyarakat yang tinggal di wilayah calon genangan. Relokasi pertama dilakukan pada tahun [[1982]]. |
||
==Fungsi== |
==Fungsi== |
||
Seperti |
Seperti waduk lainnya, Waduk Jatigede pun memiliki fungsi. [[Goldsmith]] menyatakan bahwa fungsi utama dari sebuah waduk adalah untuk sarana [[irigasi]] dan [[pembangkit listrik tenaga air]].{{fact}} Di samping kedua fungsi utama tadi, waduk pun berfungsi sebagai sarana [[budidaya]] perikanan air tawar, sarana [[olahraga]] air, sarana [[rekreasi]], dan lain sebagainya. Untuk Waduk Jatigede, fungsi utamanya adalah sebagai sarana irigasi dan pembangkit listrik tenaga air. Waduk Jatigede dibangun dengan cara membendung aliran Sungai Cimanuk. Pembendungan ini mengakibatkan aliran air terhalang, sehingga air terakumulasi dalam sebuah kolam yang besar. Air yang terkumpul dalam bendungan tersebut digunakan sebagai cadangan air tawar untuk mengairi areal pertanian di wilayah [[Majalengka]], [[Indramayu]], dan [[Cirebon]]. Selain berfungsi sebagai sarana irigasi, Waduk Jatigede pun berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air. Saat ini, di wilayah itu terdapat [[Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Parakan Kondang]]. Dengan dibangunnya Waduk Jatigede, kapasitas pembangkit listrik tenaga air tersebut dapat ditingkatkan. |
||
==Rujukan== |
==Rujukan== |
Revisi per 2 April 2014 00.58
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP13Rani (bicara). Untuk sementara waktu (hingga ), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 31 Maret 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh Medelam (Kontrib • Log) 3877 hari 1291 menit lalu. |
Waduk Jatigede merupakan sebuah waduk yang sedang dibangun di Kabupaten Sumedang.[1] Pembangunan waduk ini telah lama direncanakan dan proses pembangunannya masih berlangsung hingga kini. Waduk ini dibangun dengan membendung aliran Sungai Cimanuk di wilayah Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang.
Sejarah
Pembangunan waduk ini telah direncanakan sejak zaman Hindia Belanda. Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda merencanakan pembangunan tiga waduk di sepanjang aliran Sungai Cimanuk, dan waduk Jatigede merupakan waduk utama dan yang paling besar. Namun, pembangunan ketiga waduk itu mendapatkan tentangan dari masyarakat sekitar, sehingga pembangunannya pun dibatalkan. Baru pada tahun 1990-an, rencana pembangunan waduk Jatigede kembali menghangat. Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah merelokasi masyarakat yang tinggal di wilayah calon genangan. Relokasi pertama dilakukan pada tahun 1982.
Fungsi
Seperti waduk lainnya, Waduk Jatigede pun memiliki fungsi. Goldsmith menyatakan bahwa fungsi utama dari sebuah waduk adalah untuk sarana irigasi dan pembangkit listrik tenaga air.[butuh rujukan] Di samping kedua fungsi utama tadi, waduk pun berfungsi sebagai sarana budidaya perikanan air tawar, sarana olahraga air, sarana rekreasi, dan lain sebagainya. Untuk Waduk Jatigede, fungsi utamanya adalah sebagai sarana irigasi dan pembangkit listrik tenaga air. Waduk Jatigede dibangun dengan cara membendung aliran Sungai Cimanuk. Pembendungan ini mengakibatkan aliran air terhalang, sehingga air terakumulasi dalam sebuah kolam yang besar. Air yang terkumpul dalam bendungan tersebut digunakan sebagai cadangan air tawar untuk mengairi areal pertanian di wilayah Majalengka, Indramayu, dan Cirebon. Selain berfungsi sebagai sarana irigasi, Waduk Jatigede pun berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air. Saat ini, di wilayah itu terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Parakan Kondang. Dengan dibangunnya Waduk Jatigede, kapasitas pembangkit listrik tenaga air tersebut dapat ditingkatkan.
Rujukan
- ^ Goldsmith, Edwards dan Nicholas Hildyard (1993). Dampak Sosial dan Lingkungan Bendungan Raksasa. Yayasan Obor Indonesia.
Pranala luar
- (Indonesia) Kementerian PU
- (Indonesia) Pemerintah Kabupaten Sumedang