Lompat ke isi

Ras Melayu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Akuindo (bicara | kontrib)
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8: Baris 8:
|related=
|related=
}}
}}
[[Berkas:Langues-autronesiennes.png|300px|thumb|Kawasan yang dihuni penutur [[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]].]]

'''Ras Melayu''' adalah paham yang diusulkan ilmuwan Jerman Johann Friedrich Blumenbach (1752-1840) yang menggolongkannya sebagai "ras coklat".<ref>[http://www.english.upenn.edu/Projects/knarf/People/blumen.html University of Pennsylvania]</ref> Setelah Blumenbach, banyak [[antropolog]] sudah menolak teorinya mengenai lima [[ras manusia]] dengan begitu kompleksnya klasifikasi manusia.
[[Berkas:Langues-autronesiennes.png|300px|thumb|Kawasan yang dihuni penutur [[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]]'']]

Paham '''ras Melayu''' diusulkan ilmuwan Jerman Johann Friedrich Blumenbach (1752-1840), yang menggolongkannya sebagai "ras coklat".<ref>[http://www.english.upenn.edu/Projects/knarf/People/blumen.html University of Pennsylvania]</ref> Setelah Blumenbach, banyak [[antropolog]] sudah menolak teorinya mengenai lima "[[ras manusia|ras]]" dengan begitu kompleksnya klasifikasi manusia.


Paham "ras Melayu" harus dibedakan dari paham "[[suku Melayu]]" yang mengacu kepada penduduk [[Malaysia]] dan beberapa bagian [[Indonesia]].
Paham "ras Melayu" harus dibedakan dari paham "[[suku Melayu]]" yang mengacu kepada penduduk [[Malaysia]] dan beberapa bagian [[Indonesia]].


Istilah "ras Melayu" sempat lazim dipakai di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Yang dimaksudkan adalah penduduk kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia dan Filipina, dan Semenanjung Melayu. Istilah tersebut kemudian meluas ke kepulauan Pasifik.<ref>''Rand McNally’s World Atlas International Edition'' Chicago:1944 Rand McNally Peta: "Races of Mankind" Halaman 278–279--Di peta, kelompok yang disebut ''Malayan race'' ditunjukkan sebagai penghuni kawasan yang meliputi pulau-pulau yang saat itu merupakan [[Hindia Belanda]], [[Filipina]], [[Madagaskar]] dan pulau-pulau [[Pasifik]],dan [[Semenanjung Melayu]]. Kawasan tersebut sama dengan yang dihuni penutur[[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]].</ref> Apa yang disebut "ras Melayu" sebetulnya adalah penutur [[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]], walau beberapa mengatakan bahwa kelompok ini merupakan "subras" dari apa yang dulu dinamakan [[ras Mongoloid]].<ref>''Rand McNally’s World Atlas International Edition'' Chicago:1944 Rand McNally Peta: "Races of Mankind" Halaman 278–279--Dalam penjelasan di bawah peta, dikatakan bahwa "Malayan race" dan "American Indian race" adalah cabang dari "[[ras Mongoloid|Mongolian race]]".</ref>
Istilah "ras Melayu" sempat lazim dipakai di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Yang dimaksudkan adalah penduduk kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia dan Filipina, dan Semenanjung Melayu. Istilah tersebut kemudian meluas ke kepulauan Pasifik.<ref>''Rand McNally’s World Atlas International Edition'' Chicago:1944 Rand McNally Peta: "Races of Mankind" Halaman 278–279--Di peta, kelompok yang disebut ''Malayan race'' ditunjukkan sebagai penghuni kawasan yang meliputi pulau-pulau yang saat itu merupakan [[Hindia Belanda]], [[Filipina]], [[Madagaskar]] dan pulau-pulau [[Pasifik]], dan [[Semenanjung Melayu]]. Kawasan tersebut sama dengan yang dihuni penutur[[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]].</ref> Apa yang disebut "ras Melayu" sebetulnya adalah penutur [[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]], walau beberapa mengatakan bahwa kelompok ini merupakan "subras" dari apa yang dulu dinamakan [[ras Mongoloid]].<ref>''Rand McNally’s World Atlas International Edition'' Chicago:1944 Rand McNally Peta: "Races of Mankind" Halaman 278–279--Dalam penjelasan di bawah peta, dikatakan bahwa "Malayan race" dan "American Indian race" adalah cabang dari "[[ras Mongoloid|Mongolian race]]".</ref>


Pakar [[genetika]] asal Itali [[Luigi Luca Cavalli-Sforza]] telah membuktikan bahwa membagi [[manusia]] dalam "ras" adalah suatu usaha yang sia-sia. Dengan demikian, dari segi [[biologi]], istilah seperti "ras Melayu" dan pada umumnya, "[[ras manusia]]", tidak dianggap lagi. [[Fenotipe]] seseorang ditentukan oleh hanya sejumlah kecil [[gen]]. Secara biologis, hanya ada satu ras manusia, yaitu ''[[Homo sapiens sapiens]]''.
Pakar [[genetika]] asal Itali [[Luigi Luca Cavalli-Sforza]] telah membuktikan bahwa membagi [[manusia]] dalam "ras" adalah suatu usaha yang sia-sia. Dengan demikian, dari segi [[biologi]], istilah seperti "ras Melayu" dan pada umumnya, "[[ras manusia]]", tidak dianggap lagi. [[Fenotipe]] seseorang ditentukan oleh hanya sejumlah kecil [[gen]]. Secara biologis, hanya ada satu ras manusia, yaitu ''[[Homo sapiens sapiens]]''.
Baris 23: Baris 21:
== Etimologi ==
== Etimologi ==
Nama ''Melayu'' atau ''Malayu'' ditemukan dalam sejumlah catatan Cina, dan menyebut satu kerajaan yang mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 645 untuk pertama kali, berita tentang keberadaan kerajaan ini didapat dari buku ''T'ang-Hui-Yao'' yang disusun oleh ''Wang p'u'' pada tahun 961 masa [[Dinasti Tang]]<ref name="Muljana">Muljana, Slamet , (2006), ''Sriwijaya'', Yogyakarta: LKIS, ISBN 979-8451-62-7.</ref>. Selanjutnya masih dari catatan Cina, berita tentang adanya Kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua buah buku karya Pendeta I-tsing atau I Ching (義淨; pinyin Yì Jìng) (634-713)<ref>Junjiro Takakusu, 1896, ''A record of the Buddhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago AD 671-695, by I-tsing'', Oxford, London.</ref>, dimana dalam pelayarannya dari Cina ke India tahun 671, kisah pelayaran I-tsing ini diceritakannya sendiri, dengan terjemahan sebagai berikut:
Nama ''Melayu'' atau ''Malayu'' ditemukan dalam sejumlah catatan Cina, dan menyebut satu kerajaan yang mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 645 untuk pertama kali, berita tentang keberadaan kerajaan ini didapat dari buku ''T'ang-Hui-Yao'' yang disusun oleh ''Wang p'u'' pada tahun 961 masa [[Dinasti Tang]]<ref name="Muljana">Muljana, Slamet , (2006), ''Sriwijaya'', Yogyakarta: LKIS, ISBN 979-8451-62-7.</ref>. Selanjutnya masih dari catatan Cina, berita tentang adanya Kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua buah buku karya Pendeta I-tsing atau I Ching (義淨; pinyin Yì Jìng) (634-713)<ref>Junjiro Takakusu, 1896, ''A record of the Buddhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago AD 671-695, by I-tsing'', Oxford, London.</ref>, dimana dalam pelayarannya dari Cina ke India tahun 671, kisah pelayaran I-tsing ini diceritakannya sendiri, dengan terjemahan sebagai berikut:
{{cquote2|''“Ketika angin timur laut mulai bertiup, kami berlayar meninggalkan '''Kanton''' menuju selatan .... Setelah lebih kurang dua puluh hari berlayar, kami sampai di negeri '''Sriwijaya'''. Di sana saya berdiam selama enam bulan untuk belajar Sabdawidya. Sri Baginda sangat baik kepada saya. Beliau menolong mengirimkan saya ke negeri '''Malayu''', di mana saya singgah selama dua bulan. Kemudian saya kembali meneruskan pelayaran ke '''Kedah''' .... Berlayar dari Kedah menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami sampai di Kepulauan Orang Telanjang (Nikobar) .... Dari sini berlayar ke arah barat laut selama setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India)”''}}
{{cquote2|''“Ketika angin timur laut mulai bertiup, kami berlayar meninggalkan Kanton menuju selatan .... Setelah lebih kurang dua puluh hari berlayar, kami sampai di negeri Sriwijaya. Di sana saya berdiam selama enam bulan untuk belajar Sabdawidya. Sri Baginda sangat baik kepada saya. Beliau menolong mengirimkan saya ke negeri Malayu, di mana saya singgah selama dua bulan. Kemudian saya kembali meneruskan pelayaran ke Kedah .... Berlayar dari Kedah menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami sampai di Kepulauan Orang Telanjang (Nikobar) .... Dari sini berlayar ke arah barat laut selama setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India)”''}}


Sehubungan dengan itu, perkataan "Melayu" dapat berasal dari [[bahasa Sanskerta]] yaitu '''Malaya''' yang bermaksud ''bukit'' ataupun "tanah tinggi"<ref>Harun Aminurrrashid, 1966. ''Kajian Sejarah Perkembangan Bahasa Melayu'', Singapura: Pustaka Melayu, hlm. 4-5</ref>. Dari sumber lain, perkataan ''bhumi malayu'' juga telah dipahatkan pada [[Prasasti Padang Roco]] yang bertarikh 1286 di [[Dharmasraya]], dan kemudian pada tahun 1347, [[Adityawarman]] mengeluarkan sendiri piagam yang dipahatkan pada arca Amoghapasa, yang menyatakan bahwa dia mendirikan suatu kerajaan di ''Malayapura''<ref>Muljana, Slamet , (2005), ''Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara'', Yogyakarta: LKIS, ISBN 979-98451-16-3.</ref>. Dan kemudian dari catatan [[Kerajaan Majapahit]], ''Nagarakretagama'' bertarikh 1365 M, disebutkan "negeri-negeri ''Melayu'' yang menjadi taklukan Majapahit"<ref>Brandes, J.L.A., (1902), ''Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, naar het eenige daarvan bekende handschrift, aangetroffen in de puri te Tjakranagara op Lombok''.</ref>.
Sehubungan dengan itu, perkataan "Melayu" dapat berasal dari [[bahasa Sanskerta]] yaitu Malaya yang bermaksud ''bukit'' ataupun "tanah tinggi"<ref>Harun Aminurrrashid, 1966. ''Kajian Sejarah Perkembangan Bahasa Melayu'', Singapura: Pustaka Melayu, hlm. 4-5</ref>. Dari sumber lain, perkataan ''bhumi malayu'' juga telah dipahatkan pada [[Prasasti Padang Roco]] yang bertarikh 1286 di [[Dharmasraya]], dan kemudian pada tahun 1347, [[Adityawarman]] mengeluarkan sendiri piagam yang dipahatkan pada arca Amoghapasa, yang menyatakan bahwa dia mendirikan suatu kerajaan di ''Malayapura''<ref>Muljana, Slamet , (2005), ''Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara'', Yogyakarta: LKIS, ISBN 979-98451-16-3.</ref>. Dan kemudian dari catatan [[Kerajaan Majapahit]], ''Nagarakretagama'' bertarikh 1365 M, disebutkan "negeri-negeri ''Melayu'' yang menjadi taklukan Majapahit"<ref>Brandes, J.L.A., (1902), ''Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, naar het eenige daarvan bekende handschrift, aangetroffen in de puri te Tjakranagara op Lombok''.</ref>.


== Pengaruh kolonial ==
== Pengaruh kolonial ==
Baris 31: Baris 29:


== Di Malaysia ==
== Di Malaysia ==
Di Malaysia, sensus awal kolonial mengelompokan beberapa etnis seperti "[[Suku Melayu|Melayu]], [[Suku Bawean|Boyan]], [[Suku Aceh|Aceh]], [[Bugis]], Manilamen dan [[Siam]]". Sensus 1891 hanya mengelompokan etnis ke dalam tiga "[[ras manusia|ras]]", di mana pengelompokan tersebut masih digunakan oleh Malaysia hingga saat ini, yaitu : Cina, 'Tamil dan pribumi lain India', dan 'Melayu dan pribumi lainnya di Nusantara'. Hal ini berdasarkan pandangan Eropa pada saat itu bahwa ras adalah kategori ilmiah biologis. Untuk sensus tahun 1901, pemerintah menyarankan agar kata "ras" diganti dengan "kebangsaan".<ref name="MalayIdentity2001"/>
Di Malaysia, sensus awal kolonial mengelompokan beberapa etnis seperti "[[Suku Melayu|Melayu]], [[Suku Bawean|Boyan]], [[Suku Aceh|Aceh]], [[Bugis]], Manilamen dan [[Siam]]". Sensus 1891 hanya mengelompokan etnis ke dalam tiga "[[ras manusia|ras]]", di mana pengelompokan tersebut masih digunakan oleh Malaysia hingga saat ini, yaitu: Cina, 'Tamil dan pribumi lain India', dan 'Melayu dan pribumi lainnya di Nusantara'. Hal ini berdasarkan pandangan Eropa pada saat itu bahwa ras adalah kategori ilmiah biologis. Untuk sensus tahun 1901, pemerintah menyarankan agar kata "ras" diganti dengan "kebangsaan".<ref name="MalayIdentity2001"/>


Setelah beberapa periode, identitas individu dibentuk berdasarkan konsep Bangsa Melayu (ras Melayu). Pada generasi muda, konsep ini dilihat sebagai sarana persatuan dan solidaritas terhadap kekuasaan kolonial dan para imigran non-Melayu. Bangsa Malaysia, kemudian dibentuk dari Bangsa Melayu yang memiliki posisi sentral dan menentukan di dalam negeri.<ref name="MalayIdentity2001"/>
Setelah beberapa periode, identitas individu dibentuk berdasarkan konsep Bangsa Melayu (ras Melayu). Pada generasi muda, konsep ini dilihat sebagai sarana persatuan dan solidaritas terhadap kekuasaan kolonial dan para imigran non-Melayu. Bangsa Malaysia, kemudian dibentuk dari Bangsa Melayu yang memiliki posisi sentral dan menentukan di dalam negeri.<ref name="MalayIdentity2001"/>
Baris 48: Baris 46:
Bahasa Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku. Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna, sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan Nusantara. Secara persfektif historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai rumpun Indo-Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu (Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang panjang sampai dengan kedatangan dan perkembangannya agama Islam, suku Melayu sebagai etnik mengalami penyempitan makna menjadi sebuah etnoreligius (Muslim) yang sebenarnya didalamnya juga telah mengalami amalgamasi dari beberapa unsur etnis.
Bahasa Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku. Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna, sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan Nusantara. Secara persfektif historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai rumpun Indo-Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu (Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang panjang sampai dengan kedatangan dan perkembangannya agama Islam, suku Melayu sebagai etnik mengalami penyempitan makna menjadi sebuah etnoreligius (Muslim) yang sebenarnya didalamnya juga telah mengalami amalgamasi dari beberapa unsur etnis.
-->
-->

== Di Indonesia ==
== Di Indonesia ==
Di [[Indonesia]], istilah "Melayu" lebih diasosiasikan ke [[suku Melayu|sukubangsa Melayu]] daripada 'Ras Melayu'. Hal ini dikarenakan Indonesia telah memiliki sukubangsa [[Pribumi-Nusantara|pribumi]] lain yang telah memiliki serta membangun kebudayaan dan identitas mereka yang dipercaya bahwa mereka mempunyai tradisi dan bahasa yang sangat berbeda dengan [[orang Melayu|orang-orang Melayu pesisir]]. Terutama [[orang Minang]] dan [[orang Jawa]] yang tidak merasa sebagai Melayu. Melayu tidak lebih dari salah satu banyak sukubangsa di Indonesia yang mempunyai kedudukan yang sama dengan Jawa (termasuk sub-etnis mereka seperti Osing, Tengger, & Cirebon), Sunda (termasuk sub-etnis mereka seperti Baduy), Minangkabau, suku-suku Batak, Bugis, suku-suku Dayak, Aceh, Bali, Toraja, dll. Istilah yang lebih diterima untuk menyebut komunitas ini adalah [[Austronesia]], dan juga prespektif dari negara Indonesia, sebagai [[Pribumi-Nusantara|Pribumi]]. .
Di [[Indonesia]], istilah "Melayu" lebih diasosiasikan ke [[suku Melayu|sukubangsa Melayu]] daripada 'Ras Melayu'. Hal ini dikarenakan Indonesia telah memiliki sukubangsa [[Pribumi-Nusantara|pribumi]] lain yang telah memiliki serta membangun kebudayaan dan identitas mereka yang dipercaya bahwa mereka mempunyai tradisi dan bahasa yang sangat berbeda dengan [[orang Melayu|orang-orang Melayu pesisir]]. Terutama [[orang Minang]] dan [[orang Jawa]] yang tidak merasa sebagai Melayu. Melayu tidak lebih dari salah satu banyak sukubangsa di Indonesia yang mempunyai kedudukan yang sama dengan Jawa (termasuk sub-etnis mereka seperti Osing, Tengger, & Cirebon), Sunda (termasuk sub-etnis mereka seperti Baduy), Minangkabau, suku-suku Batak, Bugis, suku-suku Dayak, Aceh, Bali, Toraja, dll. Istilah yang lebih diterima untuk menyebut komunitas ini adalah [[Austronesia]], dan juga prespektif dari negara Indonesia, sebagai [[Pribumi-Nusantara|Pribumi]]. .
Baris 54: Baris 51:
Istilah 'Ras Melayu' pertama kali dipakai oleh ilmuwan asing pada masa penjajahan. Pada masa [[Hindia-Belanda]], pribumi digolongkan sebagai ''inlanders'' atau ''pribumi'' untuk membedakan penduduk asli Indonesia dari penduduk [[Eropa]] dan pendatang dari Asia (Tiongkok, Arab, dan India). Konsep ras Melayu digunakan di Malaysia dan juga Filipina, serta digunakan di sebagian Indonesia di pesisir timur Sumatera dan pesisir barat Kalimantan, pada umumnya disebut sebagai ''puak Melayu'' atau ''rumpun Melayu''. Namun, pemikiran dan kedudukan 'kemelayuan' juga berbeda-beda di Indonesia, dari mencakup wilayah besar orang Austronesia untuk membatasi hanya dalam wilayah [[Jambi]] di mana nama 'Melayu' pertama kali tercatat.
Istilah 'Ras Melayu' pertama kali dipakai oleh ilmuwan asing pada masa penjajahan. Pada masa [[Hindia-Belanda]], pribumi digolongkan sebagai ''inlanders'' atau ''pribumi'' untuk membedakan penduduk asli Indonesia dari penduduk [[Eropa]] dan pendatang dari Asia (Tiongkok, Arab, dan India). Konsep ras Melayu digunakan di Malaysia dan juga Filipina, serta digunakan di sebagian Indonesia di pesisir timur Sumatera dan pesisir barat Kalimantan, pada umumnya disebut sebagai ''puak Melayu'' atau ''rumpun Melayu''. Namun, pemikiran dan kedudukan 'kemelayuan' juga berbeda-beda di Indonesia, dari mencakup wilayah besar orang Austronesia untuk membatasi hanya dalam wilayah [[Jambi]] di mana nama 'Melayu' pertama kali tercatat.


Saat ini, identitas bersama yang mengikat orang Melayu adalah kesamaan [[bahasa]] (dengan varian dialek yang ada di antara mereka), [[Islam]] dan budaya mereka.<ref>[http://melayuonline.com/eng/about/dig/2 http://melayuonline.com/eng/about/dig/2]</ref>
Saat ini, identitas bersama yang mengikat orang Melayu adalah kesamaan [[bahasa]] (dengan varian dialek yang ada di antara mereka), [[Islam]] dan budaya mereka.<ref>[http://melayuonline.com/eng/about/dig/2 http://melayuonline.com/eng/about/dig/2 Melayu Online: Theoretical Framework]</ref>


<!--
<!--
Dinamakan Melayu atau Malay adalah berasal dari para pedagang Muslim yang juga para Muballigh yang sebagian besarnya berasal dari pesisir India barat bagian utara ([[Gujarat]]) hingga bagian selatan ([[Malabar]]) selama abad 13-15 M.{{fact}} Dimana orang orang Malabar mempunyai [[Bahasa Malayalam]]. Bahasa Malayalam hingga sekarang masih dipakai orang Malabar dan sekitarnya yang berada di Negara Bagian [[Kerala]], India Selatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan begitu banyaknya kosa-kata dalam bahasa Melayu termasuk Indonesia yang berasal dari India dan Arab yang merupakan bahasa induk dari bahasa orang Muslim Malabar yaitu Malayalam.{{fact}}
Dinamakan Melayu atau Malay adalah berasal dari para pedagang Muslim yang juga para Muballigh yang sebagian besarnya berasal dari pesisir India barat bagian utara ([[Gujarat]]) hingga bagian selatan ([[Malabar]]) selama abad 13-15 M.{{fact}} Dimana orang orang Malabar mempunyai [[Bahasa Malayalam]]. Bahasa Malayalam hingga sekarang masih dipakai orang Malabar dan sekitarnya yang berada di Negara Bagian [[Kerala]], India Selatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan begitu banyaknya kosa-kata dalam bahasa Melayu termasuk Indonesia yang berasal dari India dan Arab yang merupakan bahasa induk dari bahasa orang Muslim Malabar yaitu Malayalam.{{fact}}
-->


<!--
M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan menjelaskan sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku Orang Kampong - Puak Melayu. Ini semua karena diikat oleh kesamaan agama yaitu Islam, Bahasa dan Adat Resam Melayu. Orang Melayu memegang filsafat: Berturai, Bergagan, Bersyahadat".
M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan menjelaskan sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku Orang Kampong - Puak Melayu. Ini semua karena diikat oleh kesamaan agama yaitu Islam, Bahasa dan Adat Resam Melayu. Orang Melayu memegang filsafat: Berturai, Bergagan, Bersyahadat".


Selanjutnya M. Muhar Omtatok menjabarkan, Berturai bermakna mempunyai sopan santun baik bahasa dan perbuatan dan memegang teguh adat resam, menghargai orang yang datang,serta menerima pembaharuan tamaddun yang senonoh. Bergagan bermakna keberanian dan kesanggupan menghadapi tantangan, harga diri dan kepiawaian. Bersahadat bermakna Orang Melayu disebut Melayu jika sudah mengucap kalimat syahadat, yaitu mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul panutan. Anak Melayu lebih dahulu diperkenalkan mengaji al Qur’an, baru mengenal ilmu pengetahuan yang lain. M. Muhar Omtatok yang bermukim di Kota Medan Pulau Sumatera ini, menambahkan; Kata “Laailaha Illallah Muhammadarosulullah” sebagai gerbang keislaman, selalu dipakai Orang Melayu dalam berbagai amalan, karena melayu percaya bahwa semua amalan akan tidak tertolak dalam pemahaman Islam jika mengucap Laailaha Illallah Muhammadarosulullah. Makanya jika seorang anak berkelakuan menyimpang dari kaedah yang diatur, maka ia disebut, “Macam anak siarahan, Macam anak tak disyahadatkan”. {{fact}}
Selanjutnya M. Muhar Omtatok menjabarkan, Berturai bermakna mempunyai sopan santun baik bahasa dan perbuatan dan memegang teguh adat resam, menghargai orang yang datang,serta menerima pembaharuan tamaddun yang senonoh. Bergagan bermakna keberanian dan kesanggupan menghadapi tantangan, harga diri dan kepiawaian. Bersahadat bermakna Orang Melayu disebut Melayu jika sudah mengucap kalimat syahadat, yaitu mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul panutan. Anak Melayu lebih dahulu diperkenalkan mengaji al Qur’an, baru mengenal ilmu pengetahuan yang lain. M. Muhar Omtatok yang bermukim di Kota Medan Pulau Sumatera ini, menambahkan; Kata “Laailaha Illallah Muhammadarosulullah” sebagai gerbang keislaman, selalu dipakai Orang Melayu dalam berbagai amalan, karena melayu percaya bahwa semua amalan akan tidak tertolak dalam pemahaman Islam jika mengucap Laailaha Illallah Muhammadarosulullah. Makanya jika seorang anak berkelakuan menyimpang dari kaedah yang diatur, maka ia disebut, “Macam anak siarahan, Macam anak tak disyahadatkan”. {{fact}}


Jadi Melayu adalah: '''“Beragama Islam, beradat resam Melayu dan Berbahasa Melayu”'''.
Jadi Melayu adalah: “Beragama Islam, beradat resam Melayu dan Berbahasa Melayu”.
Karena ikatan Islam itulah, Orang melayu yang masih berpegang pada konsep tradisi namun akan takut jika tidak disebut Islam.
Karena ikatan Islam itulah, Orang melayu yang masih berpegang pada konsep tradisi namun akan takut jika tidak disebut Islam.


Baris 73: Baris 68:
Di Kalimantan yang merupakan tanah asal bahasa Melayu Purba, yang disebut Orang Melayu dalam arti sempit hanya mengacu kepada orang Melayu Pontianak (muncul 1771) yang bertutur mirip bahasa Melayu Riau dan disebut suku Melayu, tetapi dalam arti luas (rumpun Melayu) mencakup beberapa suku beragama Islam seperti [[Senganan]]/[[Haloq]] (Dayak masuk Islam), [[suku Sambas]], [[suku Kedayan]] ([[suku Brunei]]), [[suku Banjar]], [[suku Kutai]] dan [[suku Berau]]. Di [[Kalimantan Selatan]], [[suku Dayak]] (non muslim) yang memiliki unsur bahasa Melayu adalah [[suku Bukit]] ([[Dayak Meratus]]) yang bahasanya termasuk [[bahasa Melayu Lokal]] sehingga disebut juga sebagai [[bahasa Melayu Bukit]]. Diperkirakan beberapa suku bangsa yang memiliki unsur-unsur bahasa Melayu tersebut tergolong ke dalam kelompok bahasa Proto Melayu (Proto suku Melayu). Di perbatasan Kalimantan Barat dengan Sarawak terdapat pula suku-suku Dayak yang bahasanya digolongkan [[Dayak Melayik]] yaitu Dayak Kanayatn, Dayak Salako (keduanya rumpun Dayak Darat) dan juga [[rumpun Iban]] yang tergolong kelompok bahasa Proto Malayic yang tidak terpengaruh bahasa Sanskerta, Arab dan sebagainya, dan merupakan induk dari kelompok bahasa Proto Melayu. Di dalam kelompok bahasa Proto Melayu terdapat orang Melayu Kuno yang menurunkan suku bangsa Melayu modern. Kemungkinan di Kalimantan telah terdapat beberapa lapisan kemunculan masyarakat pengguna bahasa Melayu, yaitu Melayu Purba (Dayak Melayu), Melayu Hindu, dan terakhir Melayu Islam.
Di Kalimantan yang merupakan tanah asal bahasa Melayu Purba, yang disebut Orang Melayu dalam arti sempit hanya mengacu kepada orang Melayu Pontianak (muncul 1771) yang bertutur mirip bahasa Melayu Riau dan disebut suku Melayu, tetapi dalam arti luas (rumpun Melayu) mencakup beberapa suku beragama Islam seperti [[Senganan]]/[[Haloq]] (Dayak masuk Islam), [[suku Sambas]], [[suku Kedayan]] ([[suku Brunei]]), [[suku Banjar]], [[suku Kutai]] dan [[suku Berau]]. Di [[Kalimantan Selatan]], [[suku Dayak]] (non muslim) yang memiliki unsur bahasa Melayu adalah [[suku Bukit]] ([[Dayak Meratus]]) yang bahasanya termasuk [[bahasa Melayu Lokal]] sehingga disebut juga sebagai [[bahasa Melayu Bukit]]. Diperkirakan beberapa suku bangsa yang memiliki unsur-unsur bahasa Melayu tersebut tergolong ke dalam kelompok bahasa Proto Melayu (Proto suku Melayu). Di perbatasan Kalimantan Barat dengan Sarawak terdapat pula suku-suku Dayak yang bahasanya digolongkan [[Dayak Melayik]] yaitu Dayak Kanayatn, Dayak Salako (keduanya rumpun Dayak Darat) dan juga [[rumpun Iban]] yang tergolong kelompok bahasa Proto Malayic yang tidak terpengaruh bahasa Sanskerta, Arab dan sebagainya, dan merupakan induk dari kelompok bahasa Proto Melayu. Di dalam kelompok bahasa Proto Melayu terdapat orang Melayu Kuno yang menurunkan suku bangsa Melayu modern. Kemungkinan di Kalimantan telah terdapat beberapa lapisan kemunculan masyarakat pengguna bahasa Melayu, yaitu Melayu Purba (Dayak Melayu), Melayu Hindu, dan terakhir Melayu Islam.


* Suku Melayu (muslim) menurut sensus tahun 2000 terdiri atas :
* Suku Melayu (muslim) menurut sensus tahun 2000 terdiri atas:
**[[Melayu Tamiang]]
**[[Melayu Tamiang]]
**[[Melayu Palembang]]
**[[Melayu Palembang]]
Baris 82: Baris 77:
**[[Melayu Pontianak]]
**[[Melayu Pontianak]]


* Suku bangsa serumpun di [[Sumatera]] :
* Suku bangsa serumpun di [[Sumatera]]:
**[[Suku Minangkabau]] (muslim)
**[[Suku Minangkabau]] (muslim)
**[[Suku Kerinci]] (muslim)
**[[Suku Kerinci]] (muslim)
Baris 89: Baris 84:
**[[Orang Laut]]/loncong
**[[Orang Laut]]/loncong


* Suku bangsa serumpun di [[Kalimantan]] ([[Rumpun Banjar]]) :
* Suku bangsa serumpun di [[Kalimantan]] ([[Rumpun Banjar]]):
**[[Suku Sambas]] (muslim)
**[[Suku Sambas]] (muslim)
**[[Senganan]]/[[Haloq]] (Dayak masuk Islam)
**[[Senganan]]/[[Haloq]] (Dayak masuk Islam)
Baris 107: Baris 102:


== Melayu Malaysia ==
== Melayu Malaysia ==
Melayu Malaysia yang disebut [[Kaum Melayu]] adalah masyarakat Melayu berintikan suku Melayu sejati yang merupakan orang Melayu asli Tanah Semenanjung (Melayu Anak Jati) ditambah suku-suku dari ras Indo-Melayu pendatang dari Indonesia dan tempat lainnya yang disebut [[Melayu Anak Dagang]] seperti [[suku Jawa]], [[suku Minang]], [[suku Riau]] (di Indonesia disebut Melayu Riau), [[suku Mandailing]], [[suku Aceh]], [[suku Bugis]], [[suku Bawean]], [[suku Banjar]], [[suku Champa]] dan lain-lain. Semua diikat oleh [[agama]] [[Islam]] dan budaya Melayu [[Malaysia]], sehingga ras lain yang beragama Islam juga dikategorikan Kaum Melayu seperti Tionghoa Muslim, India Muslim dan Arab. Sehingga Melayu juga berarti etnoreligius yang merupakan '''komunitas umat Islam Malaysia''' yang ada di Kerajaan Islam tersebut, karena jika ada konsep Sultan (umara) berarti juga ada ''ummat'' yang dilindunginya.
Melayu Malaysia yang disebut [[Kaum Melayu]] adalah masyarakat Melayu berintikan suku Melayu sejati yang merupakan orang Melayu asli Tanah Semenanjung (Melayu Anak Jati) ditambah suku-suku dari ras Indo-Melayu pendatang dari Indonesia dan tempat lainnya yang disebut [[Melayu Anak Dagang]] seperti [[suku Jawa]], [[suku Minang]], [[suku Riau]] (di Indonesia disebut Melayu Riau), [[suku Mandailing]], [[suku Aceh]], [[suku Bugis]], [[suku Bawean]], [[suku Banjar]], [[suku Champa]] dan lain-lain. Semua diikat oleh [[agama]] [[Islam]] dan budaya Melayu [[Malaysia]], sehingga ras lain yang beragama Islam juga dikategorikan Kaum Melayu seperti Tionghoa Muslim, India Muslim dan Arab. Sehingga Melayu juga berarti etnoreligius yang merupakan komunitas umat Islam Malaysia yang ada di Kerajaan Islam tersebut, karena jika ada konsep Sultan (umara) berarti juga ada ''ummat'' yang dilindunginya.


Namun, etnis Melayu di Malaysia yang tidak terikat dengan Perlembagaan Malaysia secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu [[Melayu Johor]], [[Melayu Kelantan]] dan [[Melayu Kedah]] di [[Semenanjung Malaysia]]. [[Melayu Johor]] sebagai suku etnis terbesar, banyak terdapat di sekitar ibukota [[Malaysia]], [[Kuala Lumpur]] dan negeri [[Johor]] itu sendiri. Selain itu, masyarakat Melayu yang tinggal di negeri [[Terengganu]], [[Pahang]], [[Selangor]], [[Malaka]] dan [[Perak]] juga bisa digolongkan sebagai [[Melayu Johor]] walaupun mereka bertutur dalam dialek yang agak berbeda berbanding bahasa Melayu baku kelainan-a (Melayu Johor).
Namun, etnis Melayu di Malaysia yang tidak terikat dengan Perlembagaan Malaysia secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu [[Melayu Johor]], [[Melayu Kelantan]] dan [[Melayu Kedah]] di [[Semenanjung Malaysia]]. [[Melayu Johor]] sebagai suku etnis terbesar, banyak terdapat di sekitar ibukota [[Malaysia]], [[Kuala Lumpur]] dan negeri [[Johor]] itu sendiri. Selain itu, masyarakat Melayu yang tinggal di negeri [[Terengganu]], [[Pahang]], [[Selangor]], [[Malaka]] dan [[Perak]] juga bisa digolongkan sebagai [[Melayu Johor]] walaupun mereka bertutur dalam dialek yang agak berbeda berbanding bahasa Melayu baku kelainan-a (Melayu Johor).
Baris 113: Baris 108:
Manakala, di [[Malaysia Timur]] pula, wujud juga komunitas [[Melayu Sarawak]] dan [[Melayu Brunei]] yang mempunyai dialek yang berbeda dengan Melayu Semenanjung. Suku Melayu Sarawak biasanya terdapat di Negeri [[Sarawak]], manakala suku Melayu Brunei biasanya menetap di bagian utara Sarawak dan Pantai Barat [[Sabah]] yang berjiran dengan negara [[Brunei Darussalam]].
Manakala, di [[Malaysia Timur]] pula, wujud juga komunitas [[Melayu Sarawak]] dan [[Melayu Brunei]] yang mempunyai dialek yang berbeda dengan Melayu Semenanjung. Suku Melayu Sarawak biasanya terdapat di Negeri [[Sarawak]], manakala suku Melayu Brunei biasanya menetap di bagian utara Sarawak dan Pantai Barat [[Sabah]] yang berjiran dengan negara [[Brunei Darussalam]].
-->
-->

== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Masyarakat Melayu di Malaysia]]
* [[Masyarakat Melayu di Malaysia]]
Baris 126: Baris 120:
* [[Kerajaan Melayu]]
* [[Kerajaan Melayu]]
* [[Mafilindo]]
* [[Mafilindo]]

== Referensi ==
{{reflist|2}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://209.85.175.104/search?q=cache:lYcg2r-ziWYJ:ccm.um.edu.my/umweb/fsss/images/persidangan/Kertas%2520Kerja/Pak%2520Witrianto.doc+Rumpun+Banjar&hl=id&ct=clnk&cd=139&gl=id&client=firefox-a Modal Sosial dan Pembangunan Manusia Melayu oleh Witrianto, S.S., M.Hum., M.Si. dari Universitas Andalas]
* {{ms}} [http://iyco0.tripod.com/usmanawang.html Puisi Usman Awang mengenai Melayu.]
* {{en}} [http://www.asiafinest.com/forum/index.php?showtopic=29765 Melayu]
* {{id}} [http://209.85.175.104/search?q=cache:lYcg2r-ziWYJ:ccm.um.edu.my/umweb/fsss/images/persidangan/Kertas%2520Kerja/Pak%2520Witrianto.doc+Rumpun+Banjar&hl=id&ct=clnk&cd=139&gl=id&client=firefox-a Modal Sosial dan Pembangunan Manusia Melayu oleh Witrianto, S.S., M.Hum., M.Si dari Universitas Andalas]
* {{id}} [http://www.indonesiamedia.com/2004/05/early/budaya/budaya-0504-bhinneka.htm Bhinneka Tunggal Ika]
* {{id}} [http://www.indonesiamedia.com/2004/05/early/budaya/budaya-0504-bhinneka.htm Bhinneka Tunggal Ika]
* {{id}} [http://melayuonline.com/article/?a=aW1QL3FMZVZBUkU4Ng%3D%3D= Gerakan Bangsa Melayu Besar]
* {{id}} [http://melayuonline.com/article/?a=aW1QL3FMZVZBUkU4Ng%3D%3D= Gerakan Bangsa Melayu Besar]
* {{ms}} [http://iyco0.tripod.com/usmanawang.html Puisi Usman Awang mengenai Melayu]
* {{en}} [http://www.asiafinest.com/forum/index.php?showtopic=29765 Melayu]


{{rasmanusia}}
== Referensi ==
{{reflist}}


[[Kategori:Ras manusia|Melayu]]
[[Kategori:Ras manusia|Melayu]]

Revisi per 22 November 2014 06.31

Melayu
Daerah dengan populasi signifikan
Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura
Bahasa
bahasa Melayu
Agama
Islam, Kristen
Kawasan yang dihuni penutur bahasa Austronesia.

Ras Melayu adalah paham yang diusulkan ilmuwan Jerman Johann Friedrich Blumenbach (1752-1840) yang menggolongkannya sebagai "ras coklat".[1] Setelah Blumenbach, banyak antropolog sudah menolak teorinya mengenai lima ras manusia dengan begitu kompleksnya klasifikasi manusia.

Paham "ras Melayu" harus dibedakan dari paham "suku Melayu" yang mengacu kepada penduduk Malaysia dan beberapa bagian Indonesia.

Istilah "ras Melayu" sempat lazim dipakai di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Yang dimaksudkan adalah penduduk kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia dan Filipina, dan Semenanjung Melayu. Istilah tersebut kemudian meluas ke kepulauan Pasifik.[2] Apa yang disebut "ras Melayu" sebetulnya adalah penutur bahasa Austronesia, walau beberapa mengatakan bahwa kelompok ini merupakan "subras" dari apa yang dulu dinamakan ras Mongoloid.[3]

Pakar genetika asal Itali Luigi Luca Cavalli-Sforza telah membuktikan bahwa membagi manusia dalam "ras" adalah suatu usaha yang sia-sia. Dengan demikian, dari segi biologi, istilah seperti "ras Melayu" dan pada umumnya, "ras manusia", tidak dianggap lagi. Fenotipe seseorang ditentukan oleh hanya sejumlah kecil gen. Secara biologis, hanya ada satu ras manusia, yaitu Homo sapiens sapiens.

Dengan bukti-bukti ilmiah baru yang ditonjolkan HUGO (Human Genome Organization) melalui penelitian genetik atas sejulah bangsa Asia, kenyataan menunjuk bahwa yang pernah terjadi adalah satu migrasi tunggal Asia Tenggara (yang kebanyakan dihuni oleh penutur bahasa Austronesia) ke arah utara, dengan secara berangsur menduduki Asia Timur (Cina, Korea dan Jepang), bukannya sebaliknya seperti biasanya digambarkan.[4]

Etimologi

Nama Melayu atau Malayu ditemukan dalam sejumlah catatan Cina, dan menyebut satu kerajaan yang mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 645 untuk pertama kali, berita tentang keberadaan kerajaan ini didapat dari buku T'ang-Hui-Yao yang disusun oleh Wang p'u pada tahun 961 masa Dinasti Tang[5]. Selanjutnya masih dari catatan Cina, berita tentang adanya Kerajaan Melayu antara lain diketahui dari dua buah buku karya Pendeta I-tsing atau I Ching (義淨; pinyin Yì Jìng) (634-713)[6], dimana dalam pelayarannya dari Cina ke India tahun 671, kisah pelayaran I-tsing ini diceritakannya sendiri, dengan terjemahan sebagai berikut:

Sehubungan dengan itu, perkataan "Melayu" dapat berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Malaya yang bermaksud bukit ataupun "tanah tinggi"[7]. Dari sumber lain, perkataan bhumi malayu juga telah dipahatkan pada Prasasti Padang Roco yang bertarikh 1286 di Dharmasraya, dan kemudian pada tahun 1347, Adityawarman mengeluarkan sendiri piagam yang dipahatkan pada arca Amoghapasa, yang menyatakan bahwa dia mendirikan suatu kerajaan di Malayapura[8]. Dan kemudian dari catatan Kerajaan Majapahit, Nagarakretagama bertarikh 1365 M, disebutkan "negeri-negeri Melayu yang menjadi taklukan Majapahit"[9].

Pengaruh kolonial

Pandangan mengenai Bangsa Melayu, dikemukakan oleh Thomas Stamford Raffles yang karyanya hingga sekarang memiliki pengaruh signifikan di antara para penutur bahasa Inggris. Raffles mungkin orang paling penting yang mempromosikan ide mengenai Bangsa Melayu, yang tidak terbatas hanya pada kelompok etnis Melayu saja. Menurutnya Bangsa Melayu juga merangkul sebagian besar rakyat di kepulauan Asia Tenggara. Raffles membentuk visi Melayu sebagai "bangsa", sejalan dengan pandangan gerakan Romantik Inggris pada waktu itu. Setelah ekspedisinya ke pedalaman Minangkabau, tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, ia menyatakan bahwa Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur. Dalam tulisannya kemudian ia mengkategorikan Melayu dari sebuah etnis menjadi bangsa.[10]

Di Malaysia

Di Malaysia, sensus awal kolonial mengelompokan beberapa etnis seperti "Melayu, Boyan, Aceh, Bugis, Manilamen dan Siam". Sensus 1891 hanya mengelompokan etnis ke dalam tiga "ras", di mana pengelompokan tersebut masih digunakan oleh Malaysia hingga saat ini, yaitu: Cina, 'Tamil dan pribumi lain India', dan 'Melayu dan pribumi lainnya di Nusantara'. Hal ini berdasarkan pandangan Eropa pada saat itu bahwa ras adalah kategori ilmiah biologis. Untuk sensus tahun 1901, pemerintah menyarankan agar kata "ras" diganti dengan "kebangsaan".[10]

Setelah beberapa periode, identitas individu dibentuk berdasarkan konsep Bangsa Melayu (ras Melayu). Pada generasi muda, konsep ini dilihat sebagai sarana persatuan dan solidaritas terhadap kekuasaan kolonial dan para imigran non-Melayu. Bangsa Malaysia, kemudian dibentuk dari Bangsa Melayu yang memiliki posisi sentral dan menentukan di dalam negeri.[10]

Di Filipina

Di Filipina, banyak orang menganggap istilah "Melayu" untuk merujuk kepada penduduk pribumi negara, serta penduduk negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Namun H. Otley Beyer, antropolog Amerika, mengusulkan bahwa Filipina sebenarnya adalah Melayu yang bermigrasi dari Malaysia dan Indonesia. Ide ini pada gilirannya disebarkan oleh sejarawan Filipina dan masih diajarkan di banyak sekolah. Namun, konsensus umum di kalangan ahli antropologi kontemporer, arkeolog, dan ahli bahasa mengusulkan hal sebaliknya, yaitu bahwa selama periode prasejarah, nenek moyang bangsa Austronesia yang berasal dari Taiwan, bermigrasi ke Malaysia dan Indonesia melalui Filipina.

Di Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, klasifikasi "ras Melayu" diperkenalkan pada awal abad ke dua puluh ke dalam undang-undang anti-perkawinan antar suku bangsa di sejumlah negara bagian barat AS. Undang-undang anti-perkawinan antar suku bangsa adalah hukum negara yang melarang perkawinan antara kulit putih dengan Afro-Amerika, dan di beberapa negara juga dengan non-kulit putih. Setelah masuknya imigran Filipina di beberapa negara bagian barat, undang-undang yang ada diubah dan melarang perkawinan antara kulit putih dengan Filipina, yang diklasifikasikan sebagai anggota dari Bangsa Melayu. Sejumlah negara bagian selatan berkomitmen untuk mengikuti segregasi rasial. Dimana sembilan negara (Arizona, California, Georgia, Maryland, Nevada, South Dakota, Utah, Virginia, dan Wyoming) secara jelas melarang perkawinan antara kulit putih dan Asia.[11]

Banyak undang-undang anti-perkawinan antara suku bangsa secara bertahap dicabut setelah Perang Dunia Kedua, dimulai dengan California pada tahun 1948. Pada tahun 1967, semua larangan terhadap perkawinan antar-ras yang tersisa dinilai tidak konstitusional oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat dan karena itu kemudian dicabut.

Di Indonesia

Di Indonesia, istilah "Melayu" lebih diasosiasikan ke sukubangsa Melayu daripada 'Ras Melayu'. Hal ini dikarenakan Indonesia telah memiliki sukubangsa pribumi lain yang telah memiliki serta membangun kebudayaan dan identitas mereka yang dipercaya bahwa mereka mempunyai tradisi dan bahasa yang sangat berbeda dengan orang-orang Melayu pesisir. Terutama orang Minang dan orang Jawa yang tidak merasa sebagai Melayu. Melayu tidak lebih dari salah satu banyak sukubangsa di Indonesia yang mempunyai kedudukan yang sama dengan Jawa (termasuk sub-etnis mereka seperti Osing, Tengger, & Cirebon), Sunda (termasuk sub-etnis mereka seperti Baduy), Minangkabau, suku-suku Batak, Bugis, suku-suku Dayak, Aceh, Bali, Toraja, dll. Istilah yang lebih diterima untuk menyebut komunitas ini adalah Austronesia, dan juga prespektif dari negara Indonesia, sebagai Pribumi. .

Istilah 'Ras Melayu' pertama kali dipakai oleh ilmuwan asing pada masa penjajahan. Pada masa Hindia-Belanda, pribumi digolongkan sebagai inlanders atau pribumi untuk membedakan penduduk asli Indonesia dari penduduk Eropa dan pendatang dari Asia (Tiongkok, Arab, dan India). Konsep ras Melayu digunakan di Malaysia dan juga Filipina, serta digunakan di sebagian Indonesia di pesisir timur Sumatera dan pesisir barat Kalimantan, pada umumnya disebut sebagai puak Melayu atau rumpun Melayu. Namun, pemikiran dan kedudukan 'kemelayuan' juga berbeda-beda di Indonesia, dari mencakup wilayah besar orang Austronesia untuk membatasi hanya dalam wilayah Jambi di mana nama 'Melayu' pertama kali tercatat.

Saat ini, identitas bersama yang mengikat orang Melayu adalah kesamaan bahasa (dengan varian dialek yang ada di antara mereka), Islam dan budaya mereka.[12]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ University of Pennsylvania
  2. ^ Rand McNally’s World Atlas International Edition Chicago:1944 Rand McNally Peta: "Races of Mankind" Halaman 278–279--Di peta, kelompok yang disebut Malayan race ditunjukkan sebagai penghuni kawasan yang meliputi pulau-pulau yang saat itu merupakan Hindia Belanda, Filipina, Madagaskar dan pulau-pulau Pasifik, dan Semenanjung Melayu. Kawasan tersebut sama dengan yang dihuni penuturbahasa Austronesia.
  3. ^ Rand McNally’s World Atlas International Edition Chicago:1944 Rand McNally Peta: "Races of Mankind" Halaman 278–279--Dalam penjelasan di bawah peta, dikatakan bahwa "Malayan race" dan "American Indian race" adalah cabang dari "Mongolian race".
  4. ^ "Genetic 'map' of Asia's diversity". BBC News. December 11, 2009. 
  5. ^ Muljana, Slamet , (2006), Sriwijaya, Yogyakarta: LKIS, ISBN 979-8451-62-7.
  6. ^ Junjiro Takakusu, 1896, A record of the Buddhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago AD 671-695, by I-tsing, Oxford, London.
  7. ^ Harun Aminurrrashid, 1966. Kajian Sejarah Perkembangan Bahasa Melayu, Singapura: Pustaka Melayu, hlm. 4-5
  8. ^ Muljana, Slamet , (2005), Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Yogyakarta: LKIS, ISBN 979-98451-16-3.
  9. ^ Brandes, J.L.A., (1902), Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, naar het eenige daarvan bekende handschrift, aangetroffen in de puri te Tjakranagara op Lombok.
  10. ^ a b c Reid, Anthony (2001). "Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities". Journal of Southeast Asian Studies. 32 (3): 295–313. doi:10.1017/S0022463401000157. 
  11. ^ Pascoe, Peggy, "Miscegenation Law, Court Cases, and Ideologies of "Race" in Twentieth Century America, The Journal of American History, Vol. 83, June 1996, p. 49
  12. ^ http://melayuonline.com/eng/about/dig/2 Melayu Online: Theoretical Framework

Pranala luar