Lompat ke isi

Konkupisensi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
k +templat
Baris 1: Baris 1:
'''Konkupisensi''' ({{lang-en|concupiscence}}, {{lang-la|concupiscentia}}) adalah suatu hasrat atau nafsu yang biasanya dihubungkan dengan sensual, atau hasrat seksual; seringkali "hawa nafsu" ({{lang-en|lust}}) digunakan sebagai [[sinonim]].<ref name="dictionary">{{en}} {{cite web |url=http://dictionary.reference.com/browse/Concupiscence |title=concupiscence |publisher=Dictionary.com}}</ref> Namun dalam [[teologi Katolik]], [[Katekismus Gereja Katolik]] #1264 menuliskan bahwa konkupisensi adalah suatu kecenderungan untuk berbuat [[dosa (kristen)|dosa]]; kecondongan jahat ini juga dikiaskan sebagai ''fomes peccati'' (pemicu dosa).<ref name="ccc2211">{{en}} {{cite web |url=http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p2s2c1a1.htm#VII |title=Catechism of the Catholic Church - The Sacrament of Baptism |publisher=Holy See}}</ref> Beberapa referensi menyatakannya sebagai nafsu atau keinginan yang tidak teratur, namun tidaklah sama dengan keinginan untuk berbuat dosa (Lihat: [[Dosa_(Kristen)#Kronologi_berkembangnya_dosa|Kronologi berkembangnya dosa]]).
'''Konkupisensi''' ({{lang-en|concupiscence}}, {{lang-la|concupiscentia}}) adalah suatu hasrat atau nafsu yang biasanya dihubungkan dengan sensual, atau hasrat [[seksual]]; seringkali "hawa nafsu" ({{lang-en|lust}}) digunakan sebagai [[sinonim]].<ref name="dictionary">{{en}} {{cite web |url=http://dictionary.reference.com/browse/Concupiscence |title=concupiscence |publisher=Dictionary.com}}</ref> Namun dalam [[teologi Katolik]], [[Katekismus Gereja Katolik]] #1264 menuliskan bahwa konkupisensi adalah suatu kecenderungan untuk berbuat [[dosa (kristen)|dosa]]; kecondongan jahat ini juga dikiaskan sebagai ''fomes peccati'' (pemicu dosa).<ref name="ccc2211">{{en}} {{cite web |url=http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p2s2c1a1.htm#VII |title=Catechism of the Catholic Church - The Sacrament of Baptism |publisher=Holy See}}</ref> Beberapa referensi menyatakannya sebagai nafsu atau keinginan yang tidak teratur, namun tidaklah sama dengan keinginan untuk berbuat dosa (Lihat: [[Dosa_(Kristen)#Kronologi_berkembangnya_dosa|Kronologi berkembangnya dosa]]).




== Pandangan Gereja Katolik ==
== Pandangan Gereja Katolik ==
Pada awal mula diciptakan, manusia bebas dari kecenderungan jahat yang membuatnya terikat pada kenikmatan [[inderawi]] (KGK #377); seluruh kodratnya utuh dan teratur.<ref name="ccc12116">{{cite web |url=http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p1s2c1p6.htm#IV |title=Catechism of the Catholic Church - Man |publisher=Holy See}}</ref> Namun manusia pertama, [[Adam]] dan [[Hawa]], oleh karena dosa mereka menurunkan kodrat manusiawi yang terluka -- yang mengalami kekurangan keadilan dan kekudusan asal yang diterima dari [[Tuhan]] -- kepada semua manusia keturunan mereka. Kekurangan tersebut dinamakan [[dosa asal]] (KGK #416-417).<ref name="ccc12117">{{cite web |url=http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p1s2c1p7.htm |title=Catechism of the Catholic Church - The Fall |publisher=Holy See}}</ref> Dosa asal tersebut mengakibatkan kodrat manusia menjadi lemah dan dilukai kekuatan alaminya, tidak sepenuhnya rusak; kodratnya menjadi takluk pada ketidaktahuan (pengetahuan akan Tuhan), penderitaan, kuasa maut (kematian), dan kecenderungan berdosa. Kecondongan untuk berbuat dosa tersebut dinamakan "konkupisensi" (KGK #405,418)<ref name="ccc12117"/>, membuat manusia harus berjuang terus menerus selama hidupnya di dunia untuk menundukkan kedagingannya. [[Santo]] [[Paulus dari Tarsus|Paulus]] mengatakan bahwa keinginan daging berlawanan dengan keinginan [[Roh Kudus|Roh]] ([[Galatia 5]]:16-17,24; [[Efesus 2]]:3).
Pada awal mula diciptakan, manusia bebas dari kecenderungan jahat yang membuatnya terikat pada kenikmatan [[inderawi]] (KGK #377); seluruh kodratnya utuh dan teratur.<ref name="ccc12116">{{en}} {{cite web |url=http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p1s2c1p6.htm#IV |title=Catechism of the Catholic Church - Man |publisher=Holy See}}</ref> Namun manusia pertama, [[Adam]] dan [[Hawa]], oleh karena dosa mereka menurunkan kodrat manusiawi yang terluka -- yang mengalami kekurangan keadilan dan kekudusan asal yang diterima dari [[Tuhan]] -- kepada semua manusia keturunan mereka. Kekurangan tersebut dinamakan [[dosa asal]] (KGK #416-417).<ref name="ccc12117">{{en}} {{cite web |url=http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p1s2c1p7.htm |title=Catechism of the Catholic Church - The Fall |publisher=Holy See}}</ref> Dosa asal tersebut mengakibatkan kodrat manusia menjadi lemah dan dilukai kekuatan alaminya, tidak sepenuhnya rusak; kodratnya menjadi takluk pada ketidaktahuan (pengetahuan akan Tuhan), penderitaan, kuasa maut (kematian), dan kecenderungan berdosa. Kecondongan untuk berbuat dosa tersebut dinamakan "konkupisensi" (KGK #405,418)<ref name="ccc12117"/>, membuat manusia harus berjuang terus menerus selama hidupnya di dunia untuk menundukkan kedagingannya. [[Santo]] [[Paulus dari Tarsus|Paulus]] mengatakan bahwa keinginan daging berlawanan dengan keinginan [[Roh Kudus|Roh]] ([[Galatia 5]]:16-17,24; [[Efesus 2]]:3).


KGK #1264 menyebutkan bahwa konkupisensi bukanlah dosa, tetapi 'sengaja tertinggal' dalam diri manusia untuk perjuangan di dunia. Konkupisensi tidak merugikan manusia, yang tidak menyerah kepadanya dan yang memohon bantuan rahmat [[Yesus Kristus]] untuk menantangnya dengan sekuat tenaga. Sehingga manusia yang berjuang dengan benar akan memperoleh mahkota kemenangan ([[2 Timotius 2]]:5).<ref name="ccc2211"/> Konkupisensi berubah menjadi dosa jika sudah berbuah menjadi keinginan dalam hati (Lihat: [[Dosa_(Kristen)#Kronologi_berkembangnya_dosa|Kronologi berkembangnya dosa]]).
KGK #1264 menyebutkan bahwa konkupisensi bukanlah dosa, tetapi 'sengaja tertinggal' dalam diri manusia untuk perjuangan di dunia. Konkupisensi tidak merugikan manusia, yang tidak menyerah kepadanya dan yang memohon bantuan rahmat [[Yesus Kristus]] untuk menantangnya dengan sekuat tenaga. Sehingga manusia yang berjuang dengan benar akan memperoleh mahkota kemenangan ([[2 Timotius 2]]:5).<ref name="ccc2211"/> Konkupisensi berubah menjadi dosa jika sudah berbuah menjadi keinginan dalam hati (Lihat: [[Dosa_(Kristen)#Kronologi_berkembangnya_dosa|Kronologi berkembangnya dosa]]).
Baris 15: Baris 15:
== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}

{{Tujuh Dosa Pokok}}


[[Kategori:Doktrin dan teologi Katolik]]
[[Kategori:Doktrin dan teologi Katolik]]

Revisi per 27 Februari 2015 16.08

Konkupisensi (bahasa Inggris: concupiscence, bahasa Latin: concupiscentia) adalah suatu hasrat atau nafsu yang biasanya dihubungkan dengan sensual, atau hasrat seksual; seringkali "hawa nafsu" (bahasa Inggris: lust) digunakan sebagai sinonim.[1] Namun dalam teologi Katolik, Katekismus Gereja Katolik #1264 menuliskan bahwa konkupisensi adalah suatu kecenderungan untuk berbuat dosa; kecondongan jahat ini juga dikiaskan sebagai fomes peccati (pemicu dosa).[2] Beberapa referensi menyatakannya sebagai nafsu atau keinginan yang tidak teratur, namun tidaklah sama dengan keinginan untuk berbuat dosa (Lihat: Kronologi berkembangnya dosa).


Pandangan Gereja Katolik

Pada awal mula diciptakan, manusia bebas dari kecenderungan jahat yang membuatnya terikat pada kenikmatan inderawi (KGK #377); seluruh kodratnya utuh dan teratur.[3] Namun manusia pertama, Adam dan Hawa, oleh karena dosa mereka menurunkan kodrat manusiawi yang terluka -- yang mengalami kekurangan keadilan dan kekudusan asal yang diterima dari Tuhan -- kepada semua manusia keturunan mereka. Kekurangan tersebut dinamakan dosa asal (KGK #416-417).[4] Dosa asal tersebut mengakibatkan kodrat manusia menjadi lemah dan dilukai kekuatan alaminya, tidak sepenuhnya rusak; kodratnya menjadi takluk pada ketidaktahuan (pengetahuan akan Tuhan), penderitaan, kuasa maut (kematian), dan kecenderungan berdosa. Kecondongan untuk berbuat dosa tersebut dinamakan "konkupisensi" (KGK #405,418)[4], membuat manusia harus berjuang terus menerus selama hidupnya di dunia untuk menundukkan kedagingannya. Santo Paulus mengatakan bahwa keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh (Galatia 5:16-17,24; Efesus 2:3).

KGK #1264 menyebutkan bahwa konkupisensi bukanlah dosa, tetapi 'sengaja tertinggal' dalam diri manusia untuk perjuangan di dunia. Konkupisensi tidak merugikan manusia, yang tidak menyerah kepadanya dan yang memohon bantuan rahmat Yesus Kristus untuk menantangnya dengan sekuat tenaga. Sehingga manusia yang berjuang dengan benar akan memperoleh mahkota kemenangan (2 Timotius 2:5).[2] Konkupisensi berubah menjadi dosa jika sudah berbuah menjadi keinginan dalam hati (Lihat: Kronologi berkembangnya dosa).

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Inggris) "concupiscence". Dictionary.com. 
  2. ^ a b (Inggris) "Catechism of the Catholic Church - The Sacrament of Baptism". Holy See. 
  3. ^ (Inggris) "Catechism of the Catholic Church - Man". Holy See. 
  4. ^ a b (Inggris) "Catechism of the Catholic Church - The Fall". Holy See.