Tuanku Nan Renceh: Perbedaan antara revisi
Jayrangkoto (bicara | kontrib) |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k Robot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
'''Tuanku Nan Renceh''' adalah salah seorang [[ulama]], pemimpin dan pejuang yang berperang melawan penjajahan [[Belanda]] dalam peperangan yang dikenal dengan nama [[Perang Padri]] dari tahun [[1803]]-[[1838]]. Tidak banyak diketahui data mengenai tokoh ini, selain seorang figur karismatik, ia juga dikenal keras dalam menegakkan syariat [[Islam]]. Sedangkan dari catatan [[Belanda]], tokoh ini merupakan sosok antagonis, dan dianggap bertanggung jawab atas adanya tindakan kekerasan di [[Dataran Tinggi Padang]]. |
'''Tuanku Nan Renceh''' adalah salah seorang [[ulama]], pemimpin dan pejuang yang berperang melawan penjajahan [[Belanda]] dalam peperangan yang dikenal dengan nama [[Perang Padri]] dari tahun [[1803]]-[[1838]]. Tidak banyak diketahui data mengenai tokoh ini, selain seorang figur karismatik, ia juga dikenal keras dalam menegakkan syariat [[Islam]]. Sedangkan dari catatan [[Belanda]], tokoh ini merupakan sosok antagonis, dan dianggap bertanggung jawab atas adanya tindakan kekerasan di [[Dataran Tinggi Padang]]. |
||
Nama asli dari Tuanku Nan Renceh adalah '''Abdullah'''. Ia lahir di Nagari Kamang pada tahun [[1780]] dan meninggal dunia dalam [[perang Padri]]. Ia merupakan murid dari [[Tuanku Nan Tuo]].<ref name="Azra">Azra, A., (2004), ''The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern 'Ulamā' in the Seventeenth and Eighteenth Centuries'', University of Hawaii Press, ISBN |
Nama asli dari Tuanku Nan Renceh adalah '''Abdullah'''. Ia lahir di Nagari Kamang pada tahun [[1780]] dan meninggal dunia dalam [[perang Padri]]. Ia merupakan murid dari [[Tuanku Nan Tuo]].<ref name="Azra">Azra, A., (2004), ''The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern 'Ulamā' in the Seventeenth and Eighteenth Centuries'', University of Hawaii Press, ISBN 0-8248-2848-8.</ref> Ia kemudian menjadi [[guru]] yang banyak melahirkan pejuang perang Padri. |
||
Kedatangan tiga orang [[haji]] dari [[Mekah]] tahun 1803 telah mengilhami Tuanku Nan Renceh, dan kemudian mulai mengumandangan [[jihad]] atas segala [[bid'ah]] di [[Minangkabau]].<ref name="Azra"/> Ide-ide pembaharuan yang diterapkan Tuanku Nan Renceh terhadap perubahan kebiasaan masyarakat termasuk model sistem adat [[matrilineal]] mendapat tantangan dari para [[penghulu]] pada beberapa [[nagari]] di Minangkabau sehingga kemudian melahirkan gerakan Paderi dengan pendekatan konflik.<ref name="Susanto">Susanto, B., ''Ge(mer)lap Nasionalitas Postkolonial'', Kanisius, ISBN |
Kedatangan tiga orang [[haji]] dari [[Mekah]] tahun 1803 telah mengilhami Tuanku Nan Renceh, dan kemudian mulai mengumandangan [[jihad]] atas segala [[bid'ah]] di [[Minangkabau]].<ref name="Azra"/> Ide-ide pembaharuan yang diterapkan Tuanku Nan Renceh terhadap perubahan kebiasaan masyarakat termasuk model sistem adat [[matrilineal]] mendapat tantangan dari para [[penghulu]] pada beberapa [[nagari]] di Minangkabau sehingga kemudian melahirkan gerakan Paderi dengan pendekatan konflik.<ref name="Susanto">Susanto, B., ''Ge(mer)lap Nasionalitas Postkolonial'', Kanisius, ISBN 979-21-1981-7.</ref> |
||
== Rujukan == |
== Rujukan == |
Revisi per 13 Januari 2016 12.09
Tuanku Nan Renceh adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan penjajahan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri dari tahun 1803-1838. Tidak banyak diketahui data mengenai tokoh ini, selain seorang figur karismatik, ia juga dikenal keras dalam menegakkan syariat Islam. Sedangkan dari catatan Belanda, tokoh ini merupakan sosok antagonis, dan dianggap bertanggung jawab atas adanya tindakan kekerasan di Dataran Tinggi Padang.
Nama asli dari Tuanku Nan Renceh adalah Abdullah. Ia lahir di Nagari Kamang pada tahun 1780 dan meninggal dunia dalam perang Padri. Ia merupakan murid dari Tuanku Nan Tuo.[1] Ia kemudian menjadi guru yang banyak melahirkan pejuang perang Padri.
Kedatangan tiga orang haji dari Mekah tahun 1803 telah mengilhami Tuanku Nan Renceh, dan kemudian mulai mengumandangan jihad atas segala bid'ah di Minangkabau.[1] Ide-ide pembaharuan yang diterapkan Tuanku Nan Renceh terhadap perubahan kebiasaan masyarakat termasuk model sistem adat matrilineal mendapat tantangan dari para penghulu pada beberapa nagari di Minangkabau sehingga kemudian melahirkan gerakan Paderi dengan pendekatan konflik.[2]
Rujukan
- ^ a b Azra, A., (2004), The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern 'Ulamā' in the Seventeenth and Eighteenth Centuries, University of Hawaii Press, ISBN 0-8248-2848-8.
- ^ Susanto, B., Ge(mer)lap Nasionalitas Postkolonial, Kanisius, ISBN 979-21-1981-7.