Tuanku Nan Renceh
Tuanku Nan Renceh | |
---|---|
Lahir | Abdullah 1762 Mejan, Jorong Bansa, Nagari Kamang (sekarang Nagari Kamang Mudik, Kamang Magek), Luhak Agam, Minangkabau |
Meninggal | 1832 (umur 72) Mejan, Jorong Bansa, Nagari Kamang, Minangkabau |
Kebangsaan | Minangkabau - ( Indonesia sekarang) |
Pekerjaan | Ulama |
Dikenal atas | - Pejuang anti penjajahan - Pemimpin kaum Padri |
Tuanku Nan Renceh (1762–1832)[1] adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam Perang Padri dari tahun 1803-1838. Tidak banyak diketahui data mengenai tokoh ini, selain seorang figur karismatik, ia juga dikenal komitmen dalam menegakkan syariat Islam. Sedangkan dari catatan Belanda, tokoh ini merupakan sosok antagonis, dan dianggap bertanggung jawab atas adanya tindakan kekerasan di Dataran Tinggi Padang.
Nama asli dari Tuanku Nan Renceh adalah Abdullah. Ia lahir di Nagari Kamang pada tahun 1762 dan meninggal dunia dalam perang Padri. Ia merupakan murid dari Tuanku Nan Tuo.[2] Ia kemudian menjadi guru yang banyak melahirkan pejuang perang Padri. Menurut sebuah laporan Belanda, Tuanku Nan Renceh bertubuh kecil dan agak kurus, namun memiliki pandangan yang luar biasa. Pusat gerakan Tuanku Nan Renceh adalah di desa pegunungan Bukit Batabuah, Agam.[3]
Kedatangan tiga orang haji dari Mekah tahun 1803 telah mengilhami Tuanku Nan Renceh, dan kemudian mulai mengumandangan "jihad" atas segala bid'ah di Minangkabau, yakni dengan menggalakkan dakwah menyebarkan Sunnah.[2] Ide-ide pembaharuan yang diterapkan Tuanku Nan Renceh terhadap perubahan kebiasaan masyarakat termasuk model sistem adat matrilineal mendapat tantangan dari para penghulu pada beberapa nagari di Minangkabau yang bersikeras ingin memperjuangkan tradisi turun temurun Minangkabau, sehingga kemudian melahirkan gerakan Paderi dengan pendekatan konflik.[4]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Setiawan, Irwan (1 Agustus 2018). "TUANKU NAN RENCEH (1762-1832)". Jurnal Diakronika Universitas Negeri Padang. Diakses tanggal 10 Juni 2020.
- ^ a b Azra, A., (2004), The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern 'Ulamā' in the Seventeenth and Eighteenth Centuries, University of Hawaii Press, ISBN 0-8248-2848-8.
- ^ Dobbin, Christine (2008). Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Padri. Depok: Komunitas Bambu. hlm. 208–209. ISBN 979-3731-26-5.
- ^ Susanto, B., Ge(mer)lap Nasionalitas Postkolonial, Kanisius, ISBN 979-21-1981-7.