Lompat ke isi

Kota Bitung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Reindra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9: Baris 9:


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Menurut cerita sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi.Penduduk yang pertama yang memberikan nama "Bitung" adalah Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan "Tundu'an" atau pemimpin. Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan Dotu Rotti, Dotu Wullur, Dotu Ganda, Dotu Katuuk, Dotu Lengkong ( pengertian kata "Dotu" adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata "Datuk" bagi orang kepulauan Sumatra.) mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu "Tumani Bitung" mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari suku minahasa etnis Tonsea. Makam dan Prasasti dari Dotu Hermanus Sompotan dapat kita temui di Pusat Kota Bitung yang merupakan bagian dari peninggalan sejarah berdirinya Kota Bitung yang tidak dapat dilupakan sepanjang masa.seiring sejalan kini para anak dan keturunannya banyak berdomisili di daerah yang disebut "aertembaga".
Menurut cerita sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Penduduk yang pertama yang memberikan nama '''Bitung''' adalah [[Dotu Hermanus Sompotan]] yang dalam bahasa daerah disebut dengan '''Tundu'an''' atau pemimpin. [[Dotu Hermanus Sompotan]] tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan [[Dotu Rotti]], [[Dotu Wullur]], [[Dotu Ganda]], [[Dotu Katuuk]], [[Dotu Lengkong]]. Pengertian kata '''Dotu''' adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata [[Datuk]] bagi orang kepulauan [[Sumatera]]. Mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu '''Tumani Bitung''', mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari [[Suku Minahasa]], etnis [[Tonsea]]. Makam dan Prasasti dari [[Dotu Hermanus Sompotan]] dapat kita temui di pusat Kota Bitung yang merupakan bagian dari peninggalan sejarah berdirinya Kota Bitung yang tidak dapat dilupakan sepanjang masa. Seiring sejalan, kini para anak dan keturunannya banyak berdomisili di daerah yang disebut [[Aer Tembaga]].

Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh Arklaus Sompotan sebagai Hukum Tua (Lurah)pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa. Arklaus Sompotan sendiri dimakamkan di desa Karegesan minawerot kecamatan Kauditan .Seiring sejalan dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya maka pada kepemimpinan Gubernur H.V Worang sekitar akhir tahun 1970-an Bitung dijadikan Kota Administratif yang kemudian diangkatlah Walikota Pertama yaitu Wempie Worang Yang merupakan adik Dari Gubernur H.V Worang. Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha Jepang yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan Kema (di Wilayah Kabupaten Minahasa) karena menurut pandangan mereka Bitung bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema. Salah satu pengusaha Jepang yang mendirikan Perusahaan Ikan di Bitung adalah Tuan Sakamoto yang beristrikan Lintje Worang Yang merupakan anak dari Walikota Pertama Bitung Wempie Worang, begitu besar kecintaannya pada Kota Bitung sehingga pada akhir hayatnya ia ingin agar dimakamkan di Kecamatan Kauditan Minahasa Utara yang merupakan tanah kelahiran dari sang istri tercinta (sekitar 5 menit dari arah Kota Bitung) . Bitung juga memiliki [[Pulau Lembeh]] yang merupakan salah satu Pulau terbesar di Sulawesi Utara yang merupakan milik dari Dotu Xavier Dotulong, yang pada perkembangannya bisa dijadikan sebagai penahan ombak alamiah yang dapat melindungi Pelabuhan Bitung sepanjang tahun dari terpaan angin dan gelombang yang besar.
Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh [[Arklaus Sompotan]] sebagai [[Hukum Tua]] (Lurah) pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan [[Kauditan, Minahasa|Kauditan]]. [[Arklaus Sompotan]] sendiri dimakamkan di desa Karegesan Minawerot, Kecamatan [[Kauditan, Minahasa|Kauditan]].

Seiring sejalan dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya maka pada kepemimpinan Gubernur [[H. V. Worang]] sekitar akhir tahun 1970-an Bitung dijadikan [[Kota Administratif]] yang kemudian diangkatlah [[Walikota]] Pertama yaitu [[Wempie Worang Yang]] merupakan adik dari [[Gubernur]] [[H. V. Worang]].

Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha [[Jepang]] yang mengusahakan [[Laut Sulawesi]] tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan [[Kema]] (di wilayah Kabupaten Minahasa) karena menurut pandangan mereka Bitung bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema.

Salah satu pengusaha Jepang yang mendirikan Perusahaan Ikan di Bitung adalah Tuan Sakamoto yang beristrikan Lintje Worang yang merupakan anak dari Walikota Pertama Bitung [[Wempie Worang]], begitu besar kecintaannya pada Kota Bitung sehingga pada akhir hayatnya ia ingin agar dimakamkan di Kecamatan [[Kauditan, Minahasa|Kauditan]] yang merupakan tanah kelahiran dari sang istri tercinta (sekitar 5 menit dari arah Kota Bitung). Bitung juga memiliki [[Pulau Lembeh]] yang merupakan salah satu pulau terbesar di [[Sulawesi Utara]] yang merupakan milik dari [[Dotu Xavier Dotulong]], yang pada perkembangannya bisa dijadikan sebagai penahan ombak alamiah yang dapat melindungi [[Pelabuhan Bitung]] sepanjang tahun dari terpaan angin dan gelombang yang besar.





Revisi per 13 Desember 2007 13.59

Kota Bitung
Daerah tingkat II
Motto: 
-
Berkas:Peta manado.jpg
Peta
Kota Bitung di Sulawesi
Kota Bitung
Kota Bitung
Peta
Kota Bitung di Indonesia
Kota Bitung
Kota Bitung
Kota Bitung (Indonesia)
Koordinat: 1°26′50″N 125°11′52″E / 1.4472222°N 125.1977778°E / 1.4472222; 125.1977778
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Utara
Tanggal berdiri15 Agustus 1990
Dasar hukumUndang-undang Nomor 7 Tahun 1990
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 5
  • Kelurahan: -
Pemerintahan
 • BupatiHanny Sondakh
Luas
 • Total1,583 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 • Total147,680 jiwa
Demografi
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
7172 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0438
Kode Kemendagri71.72 Edit nilai pada Wikidata
DAU-

Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong percepatan pembangunan.

Sejarah

Menurut cerita sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Penduduk yang pertama yang memberikan nama Bitung adalah Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan Tundu'an atau pemimpin. Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan Dotu Rotti, Dotu Wullur, Dotu Ganda, Dotu Katuuk, Dotu Lengkong. Pengertian kata Dotu adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata Datuk bagi orang kepulauan Sumatera. Mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu Tumani Bitung, mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari Suku Minahasa, etnis Tonsea. Makam dan Prasasti dari Dotu Hermanus Sompotan dapat kita temui di pusat Kota Bitung yang merupakan bagian dari peninggalan sejarah berdirinya Kota Bitung yang tidak dapat dilupakan sepanjang masa. Seiring sejalan, kini para anak dan keturunannya banyak berdomisili di daerah yang disebut Aer Tembaga.

Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh Arklaus Sompotan sebagai Hukum Tua (Lurah) pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan. Arklaus Sompotan sendiri dimakamkan di desa Karegesan Minawerot, Kecamatan Kauditan.

Seiring sejalan dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya maka pada kepemimpinan Gubernur H. V. Worang sekitar akhir tahun 1970-an Bitung dijadikan Kota Administratif yang kemudian diangkatlah Walikota Pertama yaitu Wempie Worang Yang merupakan adik dari Gubernur H. V. Worang.

Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha Jepang yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan Kema (di wilayah Kabupaten Minahasa) karena menurut pandangan mereka Bitung bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema.

Salah satu pengusaha Jepang yang mendirikan Perusahaan Ikan di Bitung adalah Tuan Sakamoto yang beristrikan Lintje Worang yang merupakan anak dari Walikota Pertama Bitung Wempie Worang, begitu besar kecintaannya pada Kota Bitung sehingga pada akhir hayatnya ia ingin agar dimakamkan di Kecamatan Kauditan yang merupakan tanah kelahiran dari sang istri tercinta (sekitar 5 menit dari arah Kota Bitung). Bitung juga memiliki Pulau Lembeh yang merupakan salah satu pulau terbesar di Sulawesi Utara yang merupakan milik dari Dotu Xavier Dotulong, yang pada perkembangannya bisa dijadikan sebagai penahan ombak alamiah yang dapat melindungi Pelabuhan Bitung sepanjang tahun dari terpaan angin dan gelombang yang besar.