Lompat ke isi

Lintah Darat: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Farras (bicara | kontrib)
.
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k top: minor cosmetic change
Baris 1: Baris 1:
{{untuk|pemberi pinjaman|Tengkulak}}
{{untuk|pemberi pinjaman|Tengkulak}}
{{Infobox film
{{Infobox film
| name = Lintah Darat
|name = Lintah Darat
| image = Poster lintah darat.jpg
|image = Poster lintah darat.jpg
| image size =
|image size =
| border =
|border =
| alt =
|alt =
| caption = Poster bioskop
|caption = Poster bioskop
| director = Wu Tsun
|director = Wu Tsun
| producer =Jo Eng Sek
|producer =Jo Eng Sek
| writer = [[Saeroen]]
|writer = [[Saeroen]]
| starring = {{plain list|
|starring = {{plain list|
*Elly Joenara
*Elly Joenara
*Satijem
*Satijem
Baris 17: Baris 17:
*S. Waldy
*S. Waldy
}}
}}
| music =
|music =
| cinematography =
|cinematography =
| editing =
|editing =
| studio = Java Industrial Film
|studio = Java Industrial Film
| distributor =
|distributor =
| released = {{Film date|1941|08|28|Hindia Belanda|df=yes}}
|released = {{Film date|1941|08|28|Hindia Belanda|df=yes}}
| runtime =
|runtime =
| country = [[Hindia Belanda]]
|country = [[Hindia Belanda]]
| language = [[bahasa Melayu|Melayu]]
|language = [[bahasa Melayu|Melayu]]
| budget =
|budget =
| gross =
|gross =
}}
}}
'''''Lintah Darat''''' adalah film [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia) tahun 1941 yang disutradarai Wu Tsun dan diproduseri Jo Eng Sek.
'''''Lintah Darat''''' adalah film [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia) tahun 1941 yang disutradarai Wu Tsun dan diproduseri Jo Eng Sek.

Revisi per 10 Maret 2016 15.27

Lintah Darat
Poster bioskop
SutradaraWu Tsun
ProduserJo Eng Sek
Ditulis olehSaeroen
Pemeran
  • Elly Joenara
  • Satijem
  • M. Arief
  • Aboebakar Djoenaedi
  • S. Waldy
Perusahaan
produksi
Java Industrial Film
Tanggal rilis
  • 28 Agustus 1941 (1941-08-28) (Hindia Belanda)
NegaraHindia Belanda
BahasaMelayu

Lintah Darat adalah film Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tahun 1941 yang disutradarai Wu Tsun dan diproduseri Jo Eng Sek.

Alur

Asnah dan Kumala adalah kakak adik yang kelakuannya berbanding terbalik: Asnah agak kasar dan keras, sedangkan Kumala sopan dan lembut. Setelah dikecewakan karena lelaki impiannya, Safi'i, lebih tertarik dengan adiknya, Asnah memutuskan pergi ke Batavia (sekarang Jakarta) untuk menjadi seorang penyanyi. Meski sudah kaya, Asnah tidak mau berbagi harta dengan keluarganya.

Ibu mereka jatuh sakit. Karena Asnah tidak menyisihkan harta untuk keluarganya, Kumala harus mencari pinjaman dari lintah darat bernama Karim. Tanpa sepengetahuan Kumala, Karim ternyata merupakan suami Asnah. Perawatan yang didanai utang ini tidak berhasil dan ibunya pun meninggal. Seluruh harta keluarga disita untuk melunasi utang.

Kumala mengeluh ke Safi'i yang sudah lama berusaha mengusir para lintah darat dari daerahnya. Ia pun menyusun serangan terhadap lintah darat yang baru saja menceraikan Asnah. Setelah mereka disingkirkan, Kumala dan Safi'i hidup bahagia selamanya.[1]

Produksi

Lintah Darat diproduseri Jo Eng Sek untuk Star Film dan disutradarai Wu Tsun (film perdananya) dan ditulis oleh Saeroen. Saeroen baru saja bergabung dengan perusahaan ini setelah keluar dari Tan's Film. Sinematografi film hitam putih ini ditangani oleh Chok Chin Hsien. Film ini dibintangi Elly Joenara, Satijem, M. Arief, Aboebakar Djoenaedi, dan S. Waldy. Joenara pernah membintangi sejumlah film buatan Star, termasuk Tjioeng Wanara.[1][2]

Pengaruh

Uji tayang Lintah Darat, yang ditargetkan pada penonton di atas usia 17 tahun,[3] diadakan di Batavia pada tanggal 28 Agustus 1941. Uji tayang ini dipadati penonton dan mendapat tanggapan bagus dari De Indische Courant.[4] Ulasan untuk Soerabaijasch Handelsblad dari Surabaya menyebut bahwa film ini menarik dan alurnya mudah diikuti. Ulasan tersebut juga memuji kutukan terhadap praktik lintah darat.[5] Pada akhir September 1941, film ini ditayangkan di Medan.[6]

Iklan Lintah Darat disebar sampai Desember 1948 di Hindia Belanda[7] dan November 1949 di Singapura. Film ini dipasarkan sebagai "salah satu film Melayu terbaik" di Singapura.[8] Film ini bisa jadi tergolong film hilang. Antropolog visual Amerika Serikat Karl G. Heider menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.[9] Akan tetapi, Katalog Film Indonesia yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di Sinematek Indonesia dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di Dinas Informasi Pemerintah Belanda.[10]

Referensi

Sumber