Pertempuran Timor: Perbedaan antara revisi
Tampilan
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{Infobox Military Conflict |conflict=Pertempuran Timor |image=310px |caption=Pasukan Australia di pulau Timor. |partof=Perang Dunia II, [[Peran...' |
k bot Mengubah: en:Battle of Timor (1942–43) |
||
Baris 47: | Baris 47: | ||
[[de:Schlacht um Timor]] |
[[de:Schlacht um Timor]] |
||
[[en:Battle of Timor ( |
[[en:Battle of Timor (1942–43)]] |
||
[[ro:Bătălia Timorului (1942-1943)]] |
[[ro:Bătălia Timorului (1942-1943)]] |
Revisi per 1 Januari 2008 02.19
Pertempuran Timor | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Dunia II, Perang Pasifik | |||||||
Pasukan Australia di pulau Timor. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Australia | Jepang | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
William Leggatt; William Veale; Alexander Spence; Bernard Callinan |
Sadashichi Doi Yuitsu Tsuchihashi | ||||||
Kekuatan | |||||||
2.050 | 12.000 | ||||||
Korban | |||||||
Timor Portugis: 40.000–70.000 penduduk tewas;[1] Belanda: sekitar 100; Australia: 151 tewas; Britania Raya: 5. | 2.000 tewas. |
Pertempuran Timor (1942–43) adalah pertempuran yang terjadi di pulau Timor selama Perang Dunia II. Pertempuran ini terjadi antara Australia, Belanda, Britania Raya dan Amerika Serikat melawan Kekaisaran Jepang yang menyerang pada tanggal 20 Februari 1942. Banyak penduduk Timor dan beberapa kolonis Portugal pertempur bersama Sekutu sebagai criados (gerilyawan), atau menyediakan makanan, perlindungan, dan bantuan lainnya.
Referensi
- ^ Department of Defence (Australia), 2002, "A Short History of East Timor" Access date: January 3, 2007.
Pranala luar
- Australian War Memorial, 2005, "Fighting in Timor 1942"
- Australian Department of Veterans Affairs, 2005, "Fall of Timor"
- L. Klemen, 1999-2000, "The fightings on the Portuguese East Timor Island, 1942"
- L. Klemen, 1999-2000, "The East Timor Island, March 1942-December 1942"
- L. Klemen, 1999-2000, "Dutch West Timor Island in 1942"
- The Japan Times, 28.04.2007, East Timor former sex slaves start speaking out