Lompat ke isi

Produksi pisang di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
+
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Daftar pustaka: minor cosmetic change
Baris 28: Baris 28:
== Daftar pustaka ==
== Daftar pustaka ==
{{refbegin|30em}}
{{refbegin|30em}}
* {{Cite book |author={{aut|Astawan, Made; Kasih, Andreas Leomitro}} |title=Khasiat Warna-Warni Makanan |url=http://books.google.co.id/books?id=6y2eu0xw7s4C&pg=PA114&dq=produksi+pisang+di+indonesia |publisher=PT Gramedia Pustaka Utama |location=Jakarta |year=2008 |isbn=979-22-3607-4}}
* {{Cite book|author={{aut|Astawan, Made; Kasih, Andreas Leomitro}}|title=Khasiat Warna-Warni Makanan|url=http://books.google.co.id/books?id=6y2eu0xw7s4C&pg=PA114&dq=produksi+pisang+di+indonesia|publisher=PT Gramedia Pustaka Utama|location=Jakarta|year=2008|isbn=979-22-3607-4}}
* {{Cite book |author={{aut|[[Setiawan Dalimartha|Dalimartha, Setiawan]]}} |title=Atlas Tumbuhan Obat Indonesia |volume=3 |year=2007 |isbn=979-3235-73-X |publisher=Puspa Swara |location=[[Jakarta]]}}
* {{Cite book|author={{aut|[[Setiawan Dalimartha|Dalimartha, Setiawan]]}}|title=Atlas Tumbuhan Obat Indonesia|volume=3|year=2007|isbn=979-3235-73-X|publisher=Puspa Swara|location=[[Jakarta]]}}
* {{Cite book |editor={{aut|Frison, E.A.; Gold, C.S.; Karamura, E.B.; Sikora, R.A.}} |title=Mobilizing IPM for Sustainable Banana Production in Africa |year=1998 |publisher=Biodiversity International |url=http://books.google.co.id/books?id=4avq-k8My2MC&pg=PA65&dq=banana+production+in+indonesia}}
* {{Cite book|editor={{aut|Frison, E.A.; Gold, C.S.; Karamura, E.B.; Sikora, R.A.}}|title=Mobilizing IPM for Sustainable Banana Production in Africa|year=1998|publisher=Biodiversity International|url=http://books.google.co.id/books?id=4avq-k8My2MC&pg=PA65&dq=banana+production+in+indonesia}}
* {{Cite book |author={{aut|[[Karel Heyne|Heyne, Karel]]}} |title=De nuttige planten van Nederlandsch-Indië |trans-title=Tumbuhan Berguna dari Hindia-Belanda |url=http://archive.org/stream/denuttigeplanten1922heyn#page/502/mode/2up |volume=1 |publisher=Ruygrok & Co. |location=[[Batavia]] |year=1922}}
* {{Cite book|author={{aut|[[Karel Heyne|Heyne, Karel]]}}|title=De nuttige planten van Nederlandsch-Indië|trans-title=Tumbuhan Berguna dari Hindia-Belanda|url=http://archive.org/stream/denuttigeplanten1922heyn#page/502/mode/2up|volume=1|publisher=Ruygrok & Co.|location=[[Batavia]]|year=1922}}
* {{Cite book |title=Membuat Aneka Olahan Pisang |url=http://books.google.co.id/books?id=EIa7sVVY8qsC&pg=PA5&dq=produksi+pisang+di+indonesia |author={{aut|Mudjajanto, Eddy Setyo; Kustiyah, Lilik}} |publisher=Agro Media |location=Jakarta |year=2006 |isbn=979-006-004-1}}
* {{Cite book|title=Membuat Aneka Olahan Pisang|url=http://books.google.co.id/books?id=EIa7sVVY8qsC&pg=PA5&dq=produksi+pisang+di+indonesia|author={{aut|Mudjajanto, Eddy Setyo; Kustiyah, Lilik}}|publisher=Agro Media|location=Jakarta|year=2006|isbn=979-006-004-1}}
* {{cite book |title=100 Tumbuhan Dilindungi di Gede Pangrango |author={{aut|Sabara, Edith; Sopian}} |year=2011 |location=Jakarta |publisher=[[Green Radio]] - [[TNGGP]] |isbn=978-602-98815-0-9}}
* {{cite book|title=100 Tumbuhan Dilindungi di Gede Pangrango|author={{aut|Sabara, Edith; Sopian}}|year=2011|location=Jakarta|publisher=[[Green Radio]] - [[TNGGP]]|isbn=978-602-98815-0-9}}
* {{Cite book |author={{aut|Sastrapradja, Setijati; Soetisna, Usep; Panggabean, Gillmour; Mogea, Johanis Palar; Soekardjo, Soekristijono; Sunarto, Aloysius Tri}} |year=1981 |title=Buah-Buahan |volume=8 |publisher=[[LBN]]-[[LIPI]] bekerjasama dengan [[Balai Pustaka]] |location=[[Jakarta]]}}
* {{Cite book|author={{aut|Sastrapradja, Setijati; Soetisna, Usep; Panggabean, Gillmour; Mogea, Johanis Palar; Soekardjo, Soekristijono; Sunarto, Aloysius Tri}}|year=1981|title=Buah-Buahan|volume=8|publisher=[[LBN]]-[[LIPI]] bekerjasama dengan [[Balai Pustaka]]|location=[[Jakarta]]}}
{{Refend}}
{{Refend}}



Revisi per 15 Maret 2016 20.55

Indonesia dikenal sebagai produsen pisang di dunia, walau agak kecil. Indonesia dikenal sebagai produsen pisang nomor 7 di dunia. Pisang merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang.

Sejarah & latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang menanam pisang yang penting pula di Asia. Pusat Ppoduksi pisang terdapat di Sumatera, Jawa, dan Bali. Daerah-daerah ini beriklim hangat dan lembab, mulai dari 27.5°C di dataran rendah, dan 20°C di atas ketinggian 1000 mdpl. Kelembaban relatifnya di daerah ini bervariasi antara 60-95% dengan persebaran hujan tahuan 1200-4250 mm.[1]

Karel Heyne dalam buku De nuttige-nya jilid pertama, menyebut bahwa ada beberapa pisang pada zaman Hindia-Belanda yang diekspor. Misalnya, pisang ambon putih, tumbuhan ini menurut Heyne diekspor hingga ke Australia. Sedangkan di Karesidenan Palembang, pisang ditanam sebagai tanaman ekspor. Heyne mengutip van Setten yang menyebut bahwa, prospek penanaman tumbuhan ini juga berguna untuk pengembangan ekonomi bagi masyarakat pribumi Hindia-Belanda (sekarang Indonesia).[2] Di Palembang dahulu, ada pisang-pisang yang bisa dimanfaatkan sebagai pisang bakar, seperti pisang tembatu (kalau di Jawa, dinamakan gedang sobo gajih), yang diekspor pula ke Singapura. Dahulu, kebun-kebun pisang di sekitar Palembang biasa terletak di tepian sungai. Apalagi di Lematang-Hilir dan Komering Hulu. Setelah 5 tahun ditanam, hendaknya tanaman ini diremajakan, kalau tidak, bisa menyuburkan pertumbuhan gulma.[2] Heyne juga mengutip laporan pertanian di Inggris (1910) bahwa di Inggris, tepung pisang juga diimpor dari Hindia-Barat dan mencapai 50 ton pertahunnya.[3]

Produksi

Indonesia dikenal sebagai kawasan pusat asal usul pisang di dunia. Negara ini juga punya varietas pisang yang lebih banyak daripada negara lain. Tapi, walau demikian, Indonesia hanya bisa masuk peringkat ke tujuh dunia sebagai negara produsen pisang. Di Asia, Indonesia juga menjadi produsen pisang dan memenuhi kebutuhan 50% pisang di Asia. Tapi, walau demikian, menurut James Dale dalam makalahnya, "Banana for the 21st Centuries: Pushing Back the Threat of Extinction", menyebut: produksi pisang Indonesia masih kalah dengan produksi pisang di India yang mencapai 26,2 juta ton pertahun dan Uganda yang mencapai 10,5 juta ton.[4][5] Pada tahun 1995, produksi pisang di negeri kita hanyalah 3,8 juta ton dan pada tahun 2012 telah meningkat hingga 6,1 juta ton.[6] Pisang merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Buah pisang, dari yang mentah, hingga yang telah diolah dapat mempertinggi nilai ekonominya. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian Republik Indonesia, neraca perdagangan pisang di Indonesia mencapai US$10.000 juta, atau kurang lebih 240.000 ton.[7]

Di Pulau Jawa, daerah-daerah yang menghasilkan pisang adalah Jawa Barat. Yaitu, Sukabumi, Cianjur, Bogor, dan lain-lain. Di Jawa Tengah, Demak, dikenal pula sebagai daerah penghasil pisang. Jawa Timur, Sumatera Utara, Selatan dan Barat, serta Lampung dikenal sebagai penghasil pisang di Indonesia.[5] Pasar pisang di dalam negeri sangat baik karena hampir semua masyarakat kita mengonsumsi pisang. Umumnya masyarakat menginginkan pisang yang rasanya manis atau manis sedikit asam, serta beraroma harum. Di pasaran, pisang dijual dengan berbagai tingkatan mutu, dengan harga yang sangat bervariasi satu sama lain.[8]

Di Indonesia, terdapat lebih dari 230 varietas dan kultivar dari pisang-pisang.[5] Pisang dikelompokkan menjadi beberapa jenis:[9][10]

  • Musa sapientum, digunakan sebagai buah meja. Lebih enak dimakan secara langsung, yakni pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang susu, dan pisang barangan.
  • M. paradisiaca, lebih enak diolah dahulu sebelum dimakan. Yakni, pisang oli, nangka, tanduk, kapas, batu, dan kepok.
  • M. brachycarpa, menghasilkan pisang batu atau pisang biji. Pisang biji berikut kulitnya sering dimakan bersama rujak untuk mengobati sakit perut atau mencegahnya.[11] Termasuk pula dalam spesies ini satu keluarga dengan Musa acuminata Colla. Pisang ini memang sulit dimakan karena banyak berbiji, sering juga dinamakan pisang batu. Tapi demikian, daunnya masih bisa digunakan sebagai obat kulit melepuh, akarnya untuk anemia, dan jantung pisangnya untuk melangsingkan badan.[12]
  • M. textilis, yang digunakan adalah serat yang terdapat dari batangnya. Dikenal dengan nama pisang manila. Dipergunakan sebagai pembuatan tekstil.

Pengolahan

Pisang yang telah dipanggang

Karena selalu ada di setiap saat, maka pisang sering dimakan segar, dikolak, dibakar, dikukus, atau dibuat tepung pisang. Buah pisang dapat dimakan dalam berbagai cara, mulai dari dibuat kue, digoreng, dan direbus. Umbut batangnya dimakan pula. Secara tradisional, batang pisang juga dipakai untuk bahan dekorasi, dan membungkus tembakau. Demikian pula daunnya.[13] Pisang selalu melakukan regenerasi badan sebelum mati, oleh karena filosofi itulah, maka penggunaan batang pisang mendasari sebagai simbol luhur pada upacara pernikahan.[11]

Bonggol tanaman pisang (berupa umbi batang) dan batang muda dapat diolah menjadi sayuran. Bunga pisang (dikenal sebagai jantung pisang) dapat digunakan untuk sayur, manisan, acar, maupun lalapan. Daunnya lazim digunakan untuk pembungkus makanan, yang dapat memberikan rasa harum spesifik pada nasi yang dibungkus dalam keadaan panas.[8]

Referensi

  1. ^ Gold (1998) hal.65 – 9.
  2. ^ a b Heyne (1922) hal.504 – 5.
  3. ^ Heyne (1922) hal.508 – 9.
  4. ^ "Indonesia Penghasil Pisang Terbesar 7 Dunia". Vivanews.co.id. 19 Juni 2012. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  5. ^ a b c "Pisang, Buah yang Kaya Manfaat". AnneAhira.com. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  6. ^ "Produksi Buah-buahan di Indonesia, 1995-2012". BPS. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  7. ^ Mudjajanto & Kustiyah (2006) hal.4
  8. ^ a b Astawan, Made (19 Agustus 2008). "Pisang Sebagai Buah Kehidupan". Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - IPB. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  9. ^ Sastrapradja dkk. (1981) hal.104 – 5.
  10. ^ Dalimartha (2007) hal.98 dan 106 – 7
  11. ^ a b Astawan & Kasih (2008) hal.114.
  12. ^ Sabara & Sopian (2011) hal.16
  13. ^ Dalimartha (2007) hal.98; Sastrapradja dkk. (1981) hal.104 – 5.

Daftar pustaka