Lompat ke isi

Lobi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Najjarullah (bicara | kontrib)
k Pentingnya Lobi bagi Individu dan Organisasi
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q187117
Baris 150: Baris 150:


[[Kategori:Istilah politik]]
[[Kategori:Istilah politik]]

[[pl:Lobby]]

Revisi per 29 Agustus 2016 14.34

Untuk arti lainnya dari lobi, lihat Lobi (disambiguasi)

Pentingnya Lobi bagi Individu dan Organisasi

Lobi sangat penting untuk diterapkan karena:

  • Lobi diartikan sebagai rangkaian upaya untuk mendapatkan kepercayaan dari seluruh mitra bisnis.
  • Keterampilan melobi semakin dirasakan penting mengingat tantangan organisasi

Dewasa ini yang semakin berat. Tantangan yang Dihadapi Organisasi (Soemirat & Elvinaro, 2003)

i.           Dinamika organisasi atau perusahaan semakin besar dan berkembang.

ii.           Persaingan organisasi/perusahaan semakin ketat.

iii.           Tuntutan, keinginan, dan harapan publik/masyarakat terhadap pelayanan pemenuhan kebutuhan informasi semakin tinggi.

iv.           Publik/masyarakat semakin kritis dan tidak mau kepentingannya terganggu.

v.           Perkembangan teknologi komunikasi sangat luar biasa.

vi.           Besarnya pengaruh opini publik, citra, sikap terhadap keadaan sosial ekonomi, keberadaan, dan stabilitas suatu perusahaan semakin besar.

vii.           Media massa berpengaruh terhadap pembentukan opini publik/citra masyarakat terhadap suatu organisasi

viii.           Organisasi/perusahaan tidak mungkin berdiri sendiri tanpa dukungan dan citra publik yang berkaitan dengan aktivitas dan perkembangan organisasi perusahaan tersebut. 

Pihak-pihak yang terlibat dalam lobi

Pelobi

  • Pelobi melakukan kegiatan lobi dengan tujuan memengaruhi mereka yang menjadi sasaran lobi. Dalam melakukan kegiatannya pelobi bisa dilakukan oleh individual atau kelompok.
  • Pelobi biasanya melakukan tekanan pada saat kegiatan lobi tengah berlangsung, kepada sasaran lobi, untuk memperoleh hal-hal yang diinginkan secara halus.

Pihak yang dilobi

  • Pihak yang dilobi, atau sering juga disebut sebagai sasaran lobi, biasanya merupakan individu berpengaruh, kelompok, lembaga pemerintahan, maupun lembaga/ organisasi pemerintah, ataupun pihak swasta.
  • Pihak yang dilobi juga bisa jadi merupakan bagian dari usaha untuk memperoleh teman yang berguna, bagi pelobi, maupun organisasi/ perusahaan tempat pelobi bergabung/ bekerja.

Contoh

  • Golongan masyarakat yang memiliki wawasan dan pengetahuan cukup luas dengan reputasi baik pada kecakapannya di bidang tersebut.
  • Anggota organisasi yang memiliki kontak yang paling penting dengan pihak-pihak legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
  • Tokoh masyarakat/ LSM yang sudah dikenal.
  • Kalangan jurnalis (wartawan, reporter, redaktur) yang berpengaruh dan memiliki kekuatan untuk membentuk opini
  • Pembuat undang-undang, pejabat pemerintahan, pimpinan partai politik, dan lain sebagainya.

Kegiatan-kegiatan dalam melobi

  • Melakukan pertemuan-pertemuan guna menggalang koalisi dengan organisasi-organisasi lain, dimana koalisi ini membawa berbagai kepentingan dan tujuan-tujuan dalam mengintegrasikan langkah menghadap wakil-wakil legislatif.
  • Mengumpulkan informasi dan mempersiapkan laporan untuk legislator yang mewakili posisi organisasi dalam isu-isu kunci.
  • Melakukan kontak dengan individu-individu yang berpengaruh dan wakil-wakil dari badan-badan yang menyatu.
  • Mempersiapkan pengamat dan pembicara ahli untuk mewakili posisi organisasi terhadap legislator.
  • Memusatkan debat pada isi kunci, fakta, dan bukti-bukti yang mendukung organisasi.

Lobi di kalangan bisnis

Lobi di kalangan bisnis berguna untuk memastikan kelancaran usaha dan dalam mengupayakan tindakan saling menguntungkan. Tujuan lain dari pelobian di dalam bisnis adalah untuk mendapatkan kepercayaan dari berbagai mitra bisnis. Bermitra dilakukan dengan pelanggan, pemsok, distributor ataupun pemegang otoritas kebijakan secara individu/ kelompok/ kelembagaan.

Walaupun begitu lobi dikalangan bisnis tidak saja dilakukan dengan mitra bisnis, tetapi juga dengan kompetitor.

  • Contoh: lobi yang dilakukan Telkom terhadap Indosat dalam menentukan penggunaan frekuensi, penempatan dan pengaturan wilayah BTS (Base Transceiver Station).

Di kalangan bisnis, lobi juga dilakukan dengan orang-orang perbankan, diantaranya untuk pertambahan modal kerja dalam mengembangkan usaha mereka dan untuk mendapatkan kepercayaan sehingga organisasi mendapatkan kucuran kredit.

Masalah lobi

Keberhasilan lobi pada satu pihak sama artinya dengan kerugian pada pihak lain. Pihak lain disini bisa jadi: kompetitor, masyarakat, ataupun mitra bisnis.

Sebagai profesi, pelobi masih dianggap negatif bagi sebagian masyarakat kita karena ada anggapan bahwa fungsi lobi untuk mewujudkan kepentingan pelobi saja dan bukan untuk kepentingan masyarakat banyak. Menurut Tarmudji (1993), karena sasaran pelobi sebagian besar adalah pejabat pemerintah, hal ini membuka peluang pejabat tersebut melakukan penyalahgunan wewenang, dimana satu pihak diuntungkan dan pihak lain dikalahkan dengan mendapatkan imbalan atau kompensasi tertentu berupa fasilitas, kemudahan, dan kemewahan [1].

Asesoris tradisional dengan kecenderungan negatif lobi didalamnya termasuk "uang suap", "uang semir", pertemuan di hotel mewah dengan wanita cantik sebagai pendamping lobi, fasilitas seperti mobil, dan lainnya. Walaupun begitu lobi kini juga sudah bergeser ke dalam wujud yang lebih abstrak seperti "peluang", janji keuntungan, kepercayaan, dan bahkan segala sesuatu yang masih bersifat potensi dan belum nyata.

Lobi kadang-kadang dilakukan oleh organisasi yang juga memberikan sumbangan kampanye. Hal demikian telah menyebabkan kecurigaan atas dugaan korupsi dari pihak yang menentang lobi.

Beberapa politikus sering diketahui menghasilkan keputusan yang buruk. Ada beberapa yang juga diketahui melakukan posisi tawar-menawar karena mereka membutuhkan sokongan dana dari pihak yang melobi. Pengkritik pun menganggap bahwa politikus bertindak atas dasar kepentingan pihak-pihak yang memberikan sumbangan untuk mereka, dan meningkatkan persepsi publik atas kecurigaan tindak korupsi.

Kebanyakan perusahaan besar dan kelompok kepentingan politik mempunyai pelobi atau menyewa pelobi profesional untuk mempromosikan kepentingan-kepentingan mereka. Yang lainnya lagi membentuk kantor-kantor khusus atau kantor hubungan masyarakat untuk tugas tersebut.

Catatan kaki

  1. ^ Tarmudji, tarsis, Drs (1993). Kiat Melobi, Suatu Pendekatan non Formal, Yogya, Libery.


Contoh: American Israel Public Affairs Committee