Lompat ke isi

Sinto Gendeng: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ontamusafir (bicara | kontrib)
→‎Pranala Luar: Memperbaiki sumber terpercaya dan menambahkan kategori.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ontamusafir (bicara | kontrib)
Penambahan pranala
Tag: Suntingan aplikasi seluler
Baris 1: Baris 1:
{{tidak memenuhi kriteria kelayakan|d=19|m=09|y=2016|i=14|ket=|kat=Y}}

''Sinto Gendeng'' alias ''Sinto Gila'' adalah karakter fiksi ciptaan [[Bastian Tito]] yang muncul di serial novel [[Wiro Sableng]].
''Sinto Gendeng'' alias ''Sinto Gila'' adalah karakter fiksi ciptaan [[Bastian Tito]] yang muncul di serial novel [[Wiro Sableng]].


Di ceritakan, Sinto Gendeng yang bernama asli ''Sinto Weni'' adalah tokoh silat golongan putih yang mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Dia adalah guru utama dari pendekar muda Wiro Sableng. Dia juga yang mewariskan ''Kapak Naga Geni 212'' kepada Wiro Sableng.
Di ceritakan, Sinto Gendeng yang bernama asli ''Sinto Weni'' adalah tokoh silat golongan putih yang mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Dia adalah guru utama dari pendekar muda Wiro Sableng. Dia juga yang mewariskan ''Kapak Naga Geni 212'' kepada Wiro Sableng.



== Masa muda ==
Semasa muda nya, Sinto menjadi salah satu murid ''Kiai Gede Tapa Pamungkas'' dan menjalani hubungan asmara dengan saudara seperguruannya, yaitu ''Sukat Tandika.'' Sinto Weni dan Sukat Tandika mewarisi banyak kesaktian luar biasa dari guru mereka, termasuk di antaranya jurus dahsyat ''Pukulan Sinar Matahari.''
Semasa muda nya, Sinto menjadi salah satu murid ''Kiai Gede Tapa Pamungkas'' dan menjalani hubungan asmara dengan saudara seperguruannya, yaitu ''Sukat Tandika.'' Sinto Weni dan Sukat Tandika mewarisi banyak kesaktian luar biasa dari guru mereka, termasuk di antaranya jurus dahsyat ''Pukulan Sinar Matahari.''


Setelah mereka selesai berguru dan diberi ijin untuk turun gunung, Kiai Gede Tapa Pamungkas mewariskan dua buah pusaka kepada mereka. Kedua pusaka itu adalah ''Kapak Naga Geni 212'' yang berwujud asli seekor [[Naga]] jantan, dan ''Pedang Naga Suci 212'' yang berwujud asli [[Naga]] betina. ''Kapak Naga Geni'' adalah pusaka yang sejatinya untuk di wariskan kepada pendekar laki-laki, dan sebaliknya ''Pedang Naga Suci'' adalah pusaka yang harus di wariskan kepada pendekar wanita yang masih suci. Kiai Gede Tapa Pamungkas awalnya berencana untuk memberikan ''Pedang Naga Suci'' kepada Sinto Weni dan ''Kapak Naga Geni'' kepada Sukat Tandika sesuai jenis kelamin mereka, tapi kondisi Sinto yang tidak suci lagi membuat tangannya terbakar saat memegang ''Pedang Naga Suci.'' Akhirnya Kiai Gede Tapa Pamungkas memutuskan untuk sekedar menitipkan ''Kapak Naga Geni'' kepada Sinto Weni dan ''Pedang Naga Suci'' kepada Sukat Tandika untuk nantinya di wariskan kembali kepada murid mereka yang berjenis kelamin tepat.
Setelah mereka selesai berguru dan diberi ijin untuk turun gunung, Kiai Gede Tapa Pamungkas mewariskan dua buah pusaka kepada mereka. Kedua pusaka itu adalah ''Kapak Naga Geni 212'' yang berwujud asli seekor [[Naga]] jantan, dan ''Pedang Naga Suci 212'' yang berwujud asli [[Naga]] betina. ''Kapak Naga Geni'' adalah pusaka yang sejatinya untuk di wariskan kepada pendekar laki-laki, dan sebaliknya ''Pedang Naga Suci'' adalah pusaka yang harus di wariskan kepada pendekar wanita yang masih suci. Kiai Gede Tapa Pamungkas awalnya berencana untuk memberikan ''Pedang Naga Suci'' kepada Sinto Weni dan ''Kapak Naga Geni'' kepada Sukat Tandika sesuai jenis kelamin mereka, tapi sebuah pertikaian membuat Sinto mencurangi Sukat Tandika dan melarikan dua senjata itu. Sinto kemudian menyembunyikan ''Pedang Naga Suci'' di dasar telaga Gajah Mungkur, sementara ''Kapak Naga Geni'' di bawa berpetualang.



== Menjadi guru Wiro Sableng ==
Pada saat ''Mahesa Birawa'' membakar rumah pasangan ''Ranaweleng'' dan ''Suci'' di novel [[Empat Brewok dari Goa Sanggreng]], Sinto Weni menerobos ke dalam rumah yang terbakar dan menyelamatkan bayi mereka. Sinto kemudian membesarkan anak itu dan memberinya nama ''Wiro Saksana.'' Sinto juga mengajari Wiro banyak ilmu bela diri untuk membalaskan kematian kedua orang tuanya yang mati di bunuh oleh Mahesa Birawa. Wiro ini yang akhirnya mewarisi pusaka ''Kapak Naga Geni'' dan mendapat julukan ''Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.''
Pada saat ''Mahesa Birawa'' membakar rumah pasangan ''Ranaweleng'' dan ''Suci'' di novel [[Empat Brewok dari Goa Sanggreng]], Sinto Weni menerobos ke dalam rumah yang terbakar dan menyelamatkan bayi mereka. Sinto kemudian membesarkan anak itu dan memberinya nama ''Wiro Saksana.'' Sinto juga mengajari Wiro banyak ilmu bela diri untuk membalaskan kematian kedua orang tuanya yang mati di bunuh oleh Mahesa Birawa. Wiro ini yang akhirnya mewarisi pusaka ''Kapak Naga Geni'' dan mendapat julukan ''Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.''

== Senjata ==
==== Kapak Naga Geni 212 ====
Senjata mustika ini di dapatkannya dari Kiai Gede Tapa Pamungkas.Kapa
Kesaktian : tak ada satu pun tenaga dalam sanggup memapaki serangan tusuk kundai ini. Berjumlah 5 buah tusuk kundai. Tusuk kundai ini diletakkan Sinto Gendeng diatas kepalanya dan langsung menancap di batok kepala.
Sejarah : tidak ada data akurat. Dalam beberapa cerita, Tusuk kundai ini beberapa kali pernah hilang dan Wiro Sableng selalu ditugaskan untuk mendapatkan kembali tusuk kundai tersebut.


== Pranala Luar ==
== Pranala Luar ==

Revisi per 19 September 2016 05.33

Sinto Gendeng alias Sinto Gila adalah karakter fiksi ciptaan Bastian Tito yang muncul di serial novel Wiro Sableng.

Di ceritakan, Sinto Gendeng yang bernama asli Sinto Weni adalah tokoh silat golongan putih yang mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Dia adalah guru utama dari pendekar muda Wiro Sableng. Dia juga yang mewariskan Kapak Naga Geni 212 kepada Wiro Sableng.


Masa muda

Semasa muda nya, Sinto menjadi salah satu murid Kiai Gede Tapa Pamungkas dan menjalani hubungan asmara dengan saudara seperguruannya, yaitu Sukat Tandika. Sinto Weni dan Sukat Tandika mewarisi banyak kesaktian luar biasa dari guru mereka, termasuk di antaranya jurus dahsyat Pukulan Sinar Matahari.

Setelah mereka selesai berguru dan diberi ijin untuk turun gunung, Kiai Gede Tapa Pamungkas mewariskan dua buah pusaka kepada mereka. Kedua pusaka itu adalah Kapak Naga Geni 212 yang berwujud asli seekor Naga jantan, dan Pedang Naga Suci 212 yang berwujud asli Naga betina. Kapak Naga Geni adalah pusaka yang sejatinya untuk di wariskan kepada pendekar laki-laki, dan sebaliknya Pedang Naga Suci adalah pusaka yang harus di wariskan kepada pendekar wanita yang masih suci. Kiai Gede Tapa Pamungkas awalnya berencana untuk memberikan Pedang Naga Suci kepada Sinto Weni dan Kapak Naga Geni kepada Sukat Tandika sesuai jenis kelamin mereka, tapi sebuah pertikaian membuat Sinto mencurangi Sukat Tandika dan melarikan dua senjata itu. Sinto kemudian menyembunyikan Pedang Naga Suci di dasar telaga Gajah Mungkur, sementara Kapak Naga Geni di bawa berpetualang.


Menjadi guru Wiro Sableng

Pada saat Mahesa Birawa membakar rumah pasangan Ranaweleng dan Suci di novel Empat Brewok dari Goa Sanggreng, Sinto Weni menerobos ke dalam rumah yang terbakar dan menyelamatkan bayi mereka. Sinto kemudian membesarkan anak itu dan memberinya nama Wiro Saksana. Sinto juga mengajari Wiro banyak ilmu bela diri untuk membalaskan kematian kedua orang tuanya yang mati di bunuh oleh Mahesa Birawa. Wiro ini yang akhirnya mewarisi pusaka Kapak Naga Geni dan mendapat julukan Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.

Senjata

Kapak Naga Geni 212

Senjata mustika ini di dapatkannya dari Kiai Gede Tapa Pamungkas.Kapa Kesaktian : tak ada satu pun tenaga dalam sanggup memapaki serangan tusuk kundai ini. Berjumlah 5 buah tusuk kundai. Tusuk kundai ini diletakkan Sinto Gendeng diatas kepalanya dan langsung menancap di batok kepala. Sejarah : tidak ada data akurat. Dalam beberapa cerita, Tusuk kundai ini beberapa kali pernah hilang dan Wiro Sableng selalu ditugaskan untuk mendapatkan kembali tusuk kundai tersebut.

Pranala Luar