Lompat ke isi

Hyakken Uchida: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Midori (bicara | kontrib)
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 70: Baris 70:
* ''Manuke no Jitsuzai no Kansuru Bunken''
* ''Manuke no Jitsuzai no Kansuru Bunken''


===Kumpulan esai===
=== Kumpulan esai ===
* ''Hyakkien Zuihitsu''
* ''Hyakkien Zuihitsu''
* ''Zoku Hyakkien Zuihitsu''
* ''Zoku Hyakkien Zuihitsu''
Baris 82: Baris 82:
* ''Ō-sama no Senaka''
* ''Ō-sama no Senaka''


===Buku harian ===
=== Buku harian ===
* ''Hyakkien Nikkichō'' (Vol. I dan II)
* ''Hyakkien Nikkichō'' (Vol. I dan II)
* ''Tokyo Shōjin''
* ''Tokyo Shōjin''


===Kumpulan puisi===
=== Kumpulan puisi ===
* ''Hyakkien Haikuchō''
* ''Hyakkien Haikuchō''
* ''Hyakkien Haiku''
* ''Hyakkien Haiku''
Baris 105: Baris 105:


{{DEFAULTSORT:Uchida, Hyakken}}
{{DEFAULTSORT:Uchida, Hyakken}}

[[Kategori:Kelahiran 1898]]
[[Kategori:Kelahiran 1898]]
[[Kategori:Kematian 1971]]
[[Kategori:Kematian 1971]]

Revisi per 6 Februari 2008 10.38

Hyakken Uchida
Lahir29 Mei 1889
Okayama, Prefektur Okayama, Jepang
Meninggal20 April 1971
Tokyo
PekerjaanPenulis, dosen

Hyakken Uchida (内田 百間 atau 内田百閒, Uchida Hyakken) (29 Mei 1889 - 20 April 1971) adalah seorang novelis sekaligus penulis esai asal Jepang. Sejak tahun 1911 menjadi murid Natsume Sōseki, dan nantinya menjadi teman akrab Shinroku Natsume (putra kedua Sōseki). Ciri khasnya adalah pada sosok kengerian yang misterius dan semakin menghampiri, serta esai yang penuh humor.

Dilahirkan di Prefektur Okayama sebagai putra tunggal pembuat sake, nama aslinya adalah Uchida Eizō. Nama pena Hyakken diambilnya dari nama Sungai Hyakken di Okayama yang merupakan tempat bermainnya sewaktu kecil. Nama penanya yang lain adalah Hyakkien (百鬼園) dan kabarnya berasal dari kata "shakkin" (utang), tapi penjelasan ini pernah dibantahnya.

Biografi

Hyakken dilahirkan sebagai anak keluarga berada, tapi pabrik sake yang dimiliki keluarganya bangkrut setelah ayahnya meninggal dunia pada tahun 1905. Sejak itu pula Hyakken sepanjang hidupnya tidak lagi pernah hidup berkecukupan. Sewaktu di Sekolah Lanjutan Atas VI (sistem lama, sekarang Universitas Okayama), ia tidak bisa tinggal di asrama karena tidak punya uang. Hyakken mendapat kelonggaran untuk tepat tinggal di rumah orang tuanya, walaupun semua murid di sekolahnya wajib tinggal di asrama. Dalam karyanya, Hyakken sering mengangkat tema orang yang berutang, namun latar belakang tokoh utama memiliki utang yang sangat besar tidak pernah diceritakannya.

Pada tahun 1912, Hyakken menikah dengan Kiyoko Horino, adik perempuan dari sahabat lamanya di bangku sekolah menengah pertama. Dua tahun berikutnya (1914), Hyakken lulus dari Jurusan Bahasa Jerman Universitas Kekaisaran Tokyo. Pada tahun yang sama, Hyakken semakin akrab dengan adik tingkatnya, Ryūnosuke Akutagawa setelah keduanya bertemu di vila milik Sōseki.

Pada tahun 1916, Akademi Militer Angkatan Darat Jepang menerimanya sebagai dosen bahasa Jerman. Berkat rekomendasi Akutagawa yang lebih dulu bekerja sebagai dosen bahasa Inggris, Hyakken juga bekerja menjadi dosen bahasa Jerman di Akademi Militer Angkatan Laut Jepang sejak tahun 1918. Karier sebagai dosen dilanjutkannya di Universitas Hosei pada tahun 1920. Karya perdana yang berjudul Meido terbit pada tahun 1922.

Pada tahun 1923, Akademi Artileri dan Zeni Angkatan Darat mengangkatnya sebagai dosen paruh waktu. Dalam peristiwa kebakaran besar yang menyertai Gempa bumi besar Kanto, plat kertas untuk mencetak novel Meido ikut musnah terbakar. Akademi tempatnya mengajar ikut musnah terbakar yang membuatnya kehilangan pekerjaan. Hyakken mengundurkan diri dari Akademi Militer Angkatan Darat pada tahun 1925, dan hidup terpisah dari istri dan keluarga. Dua tahun selanjutnya (1927), Hyakken juga mengundurkan diri dari Akademi Artileri dan Zeni Angkatan Darat.

Pada tahun 1929, Hyakken pindah ke rumah wanita bernama Satō Kohi dan tinggal bersama dengannya. Pada tahun yang sama, Hyakken mendapat pekerjaan sebagai Kepala Bagian Penelitian Penerbangan Universitas Hosei. Mahasiswa yang dipimpinnya mewujudkan proyek terbang sampai ke Eropa. Pesawat bersayap ganda, Seinen Nihon Go (Penerbangan Pemuda Jepang) berangkat dari Bandar Udara Haneda pada 29 Mei 1931 (hari ulang tahun Hyakken) dan tiba di Roma, Italia pada tanggal 31 Agustus.[1]

Pada tahun 1933, kumpulan esai Hyakkien Zuihitsu (Esai Hyakkien) yang diterbitkannya menjadi buku laris. Masih di tahun yang sama, Hyakken mengundurkan diri saat terjadi kericuhan di Universitas Hosei. Peneliti Jerman Tsugio Sekiguchi dan penulis Sōhei Morita termasuk di antara anggota kubu yang mengusir Hyakken. Setelah tidak lagi mengajar, Hyakken mulai menekuni bidang tulis menulis.

Pada tahun 1939, perusahaan perkapalan Nippon Yusen menerimanya sebagai pegawai paruh waktu. Masih di tahun yang sama, cerita karya Hyakken diangkat sebagai film Roppa no Hoojiro Sensei yang dibintangi pelawak Roppa Furukawa.

Dalam serangan udara terhadap Tokyo menjelang akhir Perang Dunia II, rumah yang ditinggalinya habis terbakar. Sampai tahun 1948, tempat tinggalnya berupa gubuk sementara yang dibangun di halaman rumah tetangga. Pengalaman tersebut nantinya diterbitkan sebagai buku harian berjudul Tokyo Shōjin.

Kisah perjalanannya selama 2 hari 1 malam ke Osaka dituangkan dalam novel Tokubetsu Ahō Ressha (1950). Novel tersebut merupakan awal dari seri tulisan berjudul Ahō Ressha yang terus berlanjut hingga tahun 1955.

Di usia lanjutnya, Hyakken sangat menyayangi Nora, kucing peliharaan yang dipungutnya dari halaman rumah. Ketika Nora hilang, Hyakken berusaha keras mencarinya, namun tidak pernah ditemukan kembali. Setelah kehilangan Nora, Hyakken mendapat pengganti seekor kucing bernama Kurutsu. Kesedihan ditinggal kucing kesayangan diangkatnya dalam esai berjudul Nora ya dan Kuru ya Omae ka. Keduanya terbit tahun 1957, dan menjadi adikarya Hyakken di kemudian hari.

Pada tahun 1959, seri esai Hyakkien Zuihitsu mulai dimuat secara bersambung di majalah Shōsetsu Shinchō, dan terus berlanjut hingga tahun 1970. Pada tahun 1964, istrinya meninggal dunia pada usia 72 tahun. Tahun berikutnya, Hyakken menikahi Satō Kohi, wanita sudah dikenalnya sejak tahun 1929.

Pada tahun 1970, Neko ga Kuchi o Kiita merupakan tulisan terakhirnya dalam seri esai Hyakkien Zuihitsu, dan sekaligus merupakan karya terakhirnya. Kondisi fisiknya sudah tidak lagi memungkinkan dirinya untuk menulis. Hyakken, 81 tahun, meninggal dunia pada tanggal 20 April 1971 di rumah kediamannya di Tokyo. Esai Nichibotsu Heimon baru diterbitkan kemudian setelah Hyakken meninggal dunia.

Kepribadian

Hyakken dikenal keras kepala dan tidak simpatik. Hal ini mungkin disebabkan dirinya dibesarkan dengan cara dimanja oleh neneknya. Hyakken sendiri mengakuinya, dan sering mengangkat topik tersebut dalam karyanya. Ia sering mengaku bahwa dirinya "penggemar birokrasi", menyukai penghormatan dan pangkat, serta peraturan dan disiplin. Sewaktu menjadi pengajar di Akademi Militer Angkatan Darat, dirinya pernah menerima gelar Ju-go-i. Sebagai pecinta ketertiban, Hyakken pernah menulis dirinya sangat membenci 47 ronin yang melanggar disiplin karena membalas dendam. Penulis Saiichi Maruya memperkirakan, "Hyakken mungkin merasakan dirinya sebagai Kira Kōzuke no Suke" (tokoh antagonis dalam cerita 47 ronin).

Di sisi lain, Hyakken dikenal sebagai sosok humoris, dan sangat disukai mahasiswa yang menjadi muridnya di Universitas Hosei. Sejak ulang tahunnya yang ke-61, ulang tahun Hyakken selalu dipestakan oleh kelompok mahasiswa yang menjadi muridnya, dokter keluarga, dan mantan rekan sekantor. Mereka menyebut pesta ulang tahun Hyakken sebagai Maadakai (摩阿陀会). Alasannya, Hyakken masih sehat dan mungkin belum (bahasa Jepang: mada) waktunya mati.

Sutradara Akira Kurosawa mengangkat kisah masa tua Hyakken ke layar perak dengan judul Madadayo. Judulnya berasal dari kata "māda dayo" ("belum") yang diucapkan anak yang belum selesai bersembunyi sewaktu bermain Petak Umpet. Sebagai balas budi atas pesta ulang tahun yang diadakan baginya, Hyakken mengadakan pesta tahun baru setiap tanggal 3 Januari dengan biaya pribadi. Pesta selamatan tersebut diberi nama Gyokeikai (御慶の会) dan diadakan di Hotel Tokyo Station.

Natsume Sōseki adalah dosen yang dikaguminya. Selain itu, Hyakken menyenangi makan enak, koto, sake, rokok, burung kecil, kereta api, kucing, dan kue khas Okayama bernama Ōtemanjū. Semuanya sering diangkat sebagai topik dalam tulisannya. Sewaktu masih tinggal di Okayama, ia sering bermain alat musik koto. Setelah bermukim di Tokyo, Hyakken menjadi murid pemain koto tunanetra sekaligus pencipta lagu Michio Miyagi yang terkenal dengan lagu Haru No Umi. Hubungan antara Hyakken dan Miyagi mulanya tidak lebih dari hubungan antara murid dan guru, namun berlanjut menjadi sahabat. Miyagi sering diceritakannya dalam esai yang ditulisnya. Selain itu, Hyakken sering membimbing Miyagi sewaktu menulis buku. Setelah Miyagi tewas misterius pada dini hari 25 Juni 1956 akibat terjatuh dari KA Malam Ekspres Ginga tujuan Osaka, Hyakken berkabung dengan mengunjungi lokasi kecelakaan di Stasiun Kariya di Kariya, Prefektur Aichi, dan menulis cerita Tōkaidō Kariya Eki (Stasiun Kariya Tōkaidō).

Hyakken juga penggemar berat kereta api. Ditemani penulis Saburō Hirayama yang disamarkannya dengan nama julukan Himaraya-sankei (Pegunungan Himalaya), Hyakken sering naik kereta api tanpa tujuan yang jelas. Kisah perjalanan tersebut dijadikan seri tulisan berjudul Ahō Ressha. Seri pertama yang berjudul Dai Ichi Ahō Ressha merupakan adikarya Hyakken sesudah Perang Dunia II. Penulis Hiroyuki Agawa dan penulis spesialis kereta api, Shunzō Miyawaki bahkan mengakui Hyakken sebagai perintis cerita perjalanan dengan kereta api. Ditemani Hirayama, Hyakken berkali-kali pergi ke Yatsushiro, Prefektur Kumamoto untuk menginap di sebuah ryōkan di sana. Hyakken seorang peminum sake yang kuat. Sepanjang perjalanan dengan kereta api, Hyakken terus menerus minum sake ditemani Hirayama.

Dalam sejumlah karyanya, Hyakken bernostalgia tentang masa kecilnya di kampung halamannya Okayama. Setiap kali kereta api yang dinaikinya singgah di Stasiun Okayama, Hyakken tidak lupa turun menginjakkan kaki di peron stasiun, atau duduk termenung memandangi pemandangan dari jendela kereta. Berkat tulisan Hyakken, Ōtemanjū menjadi terkenal sebagai kue khas Okayama. Selain pulang ke Okayama untuk menghadiri pemakaman guru sekolahnya di masa kecil, Hyakken semasa hidupnya tidak pernah lagi pulang ke kampung halamannya. Alasan yang diutarakannya antara lain, "tidak ingin melihat pemandangan Okayama yang sudah berubah," atau "tidak ingin mengotorkan ingatan masa lalu yang indah". Setelah Hyakken meninggal dunia, sesuai pesan terakhirnya, sebagian dari abunya dimakamkan di makam keluarga di kampung halamannya.

Bibliografi

Karya terpilih:

  • Meidō (antologi cerpen, terjemahan bahasa Inggris: Realm of the Dead)
  • Ryojun Nyujōshiki (antologi cerpen)
  • Tokyo Nikki (diterbitkan dalam Oka no Hashi)
  • Yanagi Kenkō no Shōkan (dalam Fune no Yume)
  • Nanzanju (dalam Kiku no Ame)
  • Sarasāte no ban (dalam Jissetsu Kusahira Ki
  • Gansaku Wagahai wa Neko de Aru (novel)
  • Ahō Ressha (menurut Hyakken, cerita bersambung ini adalah fiksi dan bukan esai atau kisah perjalanan)
  • Manuke no Jitsuzai no Kansuru Bunken

Kumpulan esai

  • Hyakkien Zuihitsu
  • Zoku Hyakkien Zuihitsu
  • Daihinchō
  • Gochisōchō (antologi tulisan)
  • Nora ya (antologi tulisan)
  • Jisetsu Sōheiki
  • Nichibotsu Heimon

Cerita anak

  • Ō-sama no Senaka

Buku harian

  • Hyakkien Nikkichō (Vol. I dan II)
  • Tokyo Shōjin

Kumpulan puisi

  • Hyakkien Haikuchō
  • Hyakkien Haiku

Film

Berikut ini adalah film yang ceritanya ditulis oleh Uchida Hyakken:

Referensi

  1. ^ "Hosei daigaku ni tsuite". Hosei University. Diakses tanggal 21 September. 
  • Uchida Hyakken. Watashi no "Sōseki" to "Akutagawa". Chikuma bunko. Tokyo: Chikuma Shobo, 1993.

Pranala luar