Lompat ke isi

Wonosido, Pituruh, Purworejo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12: Baris 12:
|kepadatan =... jiwa/km²
|kepadatan =... jiwa/km²
}}
}}
'''Wonosido''' adalah sebuah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Pituruh, Purworejo|Pituruh]], [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Terletak ± 12 km dari kota kecamatan dan berada 350-700 mdpl.
'''Wonosido''' adalah sebuah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Pituruh, Purworejo|Pituruh]], [[Kabupaten Purworejo|Purworejo]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Terletak ± 12 km dari kota kecamatan.




Baris 127: Baris 127:


12. Bp. SUTOPO (2012-sekarang)
12. Bp. SUTOPO (2012-sekarang)


== Geografi ==
Desa Wonosido merupakan salah satu desa di sebelah utara Kecamatan Pituruh yang wilayahnya berupa perbukitan. Dengan ketinggian antara 350-700 mdpl.


== Penduduk ==
Penduduk Desa Wonosido umumnya berprofesi sebagai petani, buruh tani, wiraswasta dan PNS. Umumnya penduduk usia produktif pergi merantaau atau bersekolah.Mayoritas penduduk Desa Wonosido beragama Islam.





Revisi per 6 Februari 2017 10.16

Wonosido
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPurworejo
KecamatanPituruh
Kode pos
54263
Kode Kemendagri33.06.11.2048 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Wonosido adalah sebuah desa di kecamatan Pituruh, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia. Terletak ± 12 km dari kota kecamatan.


Sejarah

Asal Mula Terjadinya Desa Wonosido


Sekitar abad 17 kerajaan Pajang runtuh. Berdirilah kerajaan Mataram di daerah hutan Mentaok yang rajanya pada waktu itu Danang Sutowijoyo dengan gelar Panembahan Senopati.


Penduduk asli daerah hutan Mentaok yang pada waktu itu masih beraliran Animisme dan Dinamisme merasa terdesak oleh kebudayaan Islam yang pada waktu itu dibawa masuk oleh Panembahan Senopati beserta pengikutnya-pengikutnya.


Alkisah dengan terdesaknya penduduk asli daerah Mentaok itu, pergilah sekelompok penduduk yang dipimpin oleh Raja Jenggi (Paok) nama aslinya, bersama dengan Godheg putranya, Kontheng keponakannya, beserta Samparangin, dan Mranggi sebagai pengikutnya.


Mereka pertama kali datang di daerah hutan tepi sungai, tempatnya sangat subur dan di daerah tersebut banyak tumbuh tanaman jahe. Dengan tanaman jahe itulah mereka bisa hidup untuk ditukar dengan bahan makanan ke daerah lain, maka daerah yang pertama kali mereka datangi tersebut diberi nama Bejahen.


Setelah bertahun-bertahun tinggal di daerah Bejahen, mereka pindah ke sebelah baratnya. Di daerah tersebut sudah ada penduduk aslinya, diantaranya beberapa wanitanya berparas cantik seperti putri-putri kerajaan. Dengan alasan tersebut tempat itu diberi nama Tamansari.


Dari Tamansari mereka naik ke sebelah utara, yaitu daerah perbukitan yang tinggi dan banyak ditumbuhi pohon gedoya yang besar-besar, maka daerah tersebut diberi nama Gedoya, ke sebelah utara sedikit diberi nama daerah Ngaglik, karena keadaan tempatnya yang agak tinggi.


Dari perbukitan Ngaglik itulah mereka melihat di sebelah utaranya berupa hutan agak datar dan subur. Tetapi hutan tersebut banyak ditumbuhi tumbuhan menjalar berduri tajam, tumbuhan tersebut namanya duriwana (rihwana). Dengan kerja keras membuka hutan tersebut, maka lama-kelamaan didirikanlah suatu desa di daerah tersebut, dengan sulitnya membuka hutan duriwana dan banyak rintangan yang mereka hadapi, maka daerah tersebut diberi nama Wonosido. Wonosido yang artinya berawal dari hutan duriwana setelah dibuka dengan kerja keras dan banyaknya rintangan yang mereka hadapi alhasil bisa terwujud menjadi desa.


Di bumi Wonosido lah Raja Jenggi (Paok) bersama putra dan pengikutnya mulai hidup makmur dan sejahtera. Dengan alasan kemakmuran dan kesejahteraan tersebut maka daerah hutan duriwana juga disebut Bumireja.


Dengan selesainya membuka hutan tersebut, juga dibarengi dengan lahirnya putra bungsu Raja Jenggi (Paok) yang diberi nama Wareng(tubuhnya kecil). Setelah Wareng dewasa mulailah mendirikan pemerintahan desa, dan beliau diberi kuasa untuk mengaturnya. Dengan kelebihan dan kebijaksanaannya dalam mengatur desa, maka Wareng dijuluki Kyai Wonosido karena beliau bisa mendidik dan mengatur warganya menjadi damai, aman, dan sejahtera. Dan beliau juga dinobatkan sebagai Lurah Desa Wonosido yang pertama.


Dalam mengatur pemerintahan Kyai Wonosido membawahi empat (4) wilayah, yaitu:

1. Wilayah Bumireja (sekarang Krajan)

2. Wilayah Tamansari

3. Wilayah Jurangcelong

4. Wilayah Kedungwungu


Wilayah Bumireja dikendalikan sendiri oleh Kyai Wonosido, wilayah Tamansari dibantu oleh Bluwok dan Citranala, wilayah Jurangcelong dibantu oleh Bluwok dan Rasawana, dan untuk wilayah Kedungwungu dibantu oleh Bagor dan Bakir. Kontheng dan Samparangin bertugas menjaga desa Wonosido secara keseluruhan, Mranggi bertugas merawat pusaka dan senjata yang pada waktu itu dianggap keramat. Sedangkan Godheg putra tertua Raja Jenggi (Paok), pergi ke sebalah barat mendirikan desa Pamriyan.


Demikian sejarah singkat terjadinya/berdirinya Desa Wonosido, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo yang digali dan diceritakan secara lisan dan turun-temurun oleh tokoh masyarakat/sesepuh Desa Wonosido yang bernama Padmowiryo.


Yang Membuka Sembunggani Desa Wonosido

1. MBAH RAJA JENGGI (PAOK)

2. MBAH KONTHENG

3. MBAH SAMPARANGIN

4. MBAH WARENG (KYAI WONOSIDO)

5. MBAH CITRANALA

6. MBAH BLUWOK

7. MBAH MRANGGI

8. MBAH RASAWANA

9. MBAH BLUWOK

10. MBAH BAGOR

11. MBAH BAKIR


Penjaga Perbatasan Desa Wonosido

1. TUAN BUYUTAN di WATU KUWUK/GROWONG yaitu antara Desa Wonosido (Bumireja) dengan Desa Kemranggen

2. BUYUTAN TUAN di PAGER SENGARA yaitu antara Desa Wonosido (Bumireja) dengan Desa Pamriyan

3. ANTARA LAUTAN di WATU MALANG yaitu antara Desa Wonosido (Jurangcelong) dengan Desa Pamriyan

4. ANTARA DESA di MLIWIS yaitu antara Desa Wonosido (Jurangcelong) dengan Desa Sawangan

5. SITEKEK di WRINGIN yaitu antara Desa Wonosido (Kedungwungu) dengan Desa Kaliglagah


Daftar Kepala Desa Wonosido

1. MBAH KYAI WONOSIDO

2. MBAH NALAWENCANA 1

3. MBAH NALAWENCANA 2

4. MBAH TIRTAYUDA 1 (GAGAK LOANO)

5. MBAH TIRTAYUDA 2

6. MBAH CADURIA

7. MBAH WONOYUDO

8. MBAH WONODIJOYO

9. MBAH TIRTOYUWONO

10. Bp. KASIDI

11. Bp. TUGIMAN

12. Bp. SUTOPO (2012-sekarang)


Geografi

Desa Wonosido merupakan salah satu desa di sebelah utara Kecamatan Pituruh yang wilayahnya berupa perbukitan. Dengan ketinggian antara 350-700 mdpl.


Penduduk

Penduduk Desa Wonosido umumnya berprofesi sebagai petani, buruh tani, wiraswasta dan PNS. Umumnya penduduk usia produktif pergi merantaau atau bersekolah.Mayoritas penduduk Desa Wonosido beragama Islam.


Sekolah

  • Tingkat PAUD
  1. Kelompok Bermain "Kartini"
  • Tingkat SD
  1. SD N Wonosido


Sarana dan Prasarana

  • Jalan desa
  • Balai Desa
  • Masjid
  • Mushalla/Langgar
  • Posyandu


Potensi

  • Gunung Saliala (Watu Gedhe)
  • Gunung Kukusan
  • Tranggulasli
  • Curug Saliala


Kesenian

  • Kuda Kepang
  • Karawitan


Referensi

Arsip Desa Wonosido

(Alm.) Mbah Padmowiryo (Sesepuh Desa Wonosido) dan Arsip Bp. Ngadimin, S.Pd.SD