Kodeks: Perbedaan antara revisi
Baris 49: | Baris 49: | ||
== Pembuatan kodeks == |
== Pembuatan kodeks == |
||
{{see|Perkamen}} |
{{see|Perkamen}} |
||
Tahap pertama dalam pembuatan kodeks adalah mengolah kulit mentah menjadi helai-helai perkamen siap pakai. Lembaran-lembaran kulit dibasuh satu demi satu dengan air kapur, dan selanjutnya kulit direndam di dalam air kapur selama dua hari.<ref>{{cite web |url=http://www.getty.edu/art/exhibitions/making/ |title=The Making of a Medieval Book |publisher=The J. Paul Getty Trust |accessdate=19 November 2010}}</ref> Selepas proses perendaman, kulit dibersihkan dari bulu-bulu dan dikeringkan dengan cara merentangkannya pada rangka peregang atau simpai.<ref name="Intro">Clemens, Raymond, and Timothy Graham. Introduction to Manuscript Studies. Ithaca: Cornell University Press, 2008.</ref> Pembuat perkamen akan mengikatkan tali pada titik-titik tertentu di sekeliling pinggiran kulit. Tali-tali ini kemudian diikatkan pada simpai. Agar kulit tidak koyak ketika diregangkan, pembuat perkamen akan menaruh kerikil-kerikil bulat pada titik-titik yang akan diikat, kemudian membuat dan mengencangkan ikatan sedemikian rupa sehingga kerikil-kerikil bulat tersebut terbungkus erat oleh kulit di titik-titik yang diikat. Kerikil-kerikil bulat ini disebut ''pippin''.<ref name="Intro" /> Setelah kulit direntangkan pada simpai, sisa-sisa bulu yang masih menempel dibersihkan dengan sebilah pisau berbentuk bulan sabit yang disebut ''lunarium'' atau ''lunellum''. Setelah kulit benar-benar kering, pembuat perkamen akan membersihkannya dan mengolahnya menjadi helai-helai perkamen. Jumlah helai yang dapat dihasilkan dari satu lembaran kulit utuh tergantung pada ukuran bahan baku yang diolah dan ukuran barang jadi yang dikehendaki. Sebagai contoh selembar kulit anak lembu dapat menghasilkan tiga setengah helai perkamen berukuran sedang. Jika dilipat menjadi dua bagian yang sama, satu helai perkamen akan menghasilkan dua lembar halaman bersambung yang disebut ''bifolium'' (dobel folio atau folio ganda). Para sejarawan telah menemukan naskah-naskah berisi petunjuk pembuatan perkamen pada Abad Pertengahan yang kini diikuti oleh para pembuat perkamen modern.<ref name="daniel">Thompson, Daniel. "Medieval Parchment-Making." The Library 16, no. 4 (1935).</ref> Cacat atau kerusakan seringkali didapati pada helai perkamen, baik cacat akibat luka pada tubuh hewan sebelum dikuliti, cacat akibat kecerobohan pengolahan kulit, maupun cacat akibat luka pada pada tubuh hewan ketika disembelih. Cacat dapat saja timbul selama proses penulisan; dan jika tidak dirawat dengan benar, cacat mungkin pula timbul pada naskah-naskah yang sudah jadi. |
Tahap pertama dalam proses pembuatan kodeks adalah mengolah kulit mentah menjadi helai-helai perkamen siap pakai. Lembaran-lembaran kulit dibasuh satu demi satu dengan air kapur, dan selanjutnya kulit direndam di dalam air kapur selama dua hari.<ref>{{cite web |url=http://www.getty.edu/art/exhibitions/making/ |title=The Making of a Medieval Book |publisher=The J. Paul Getty Trust |accessdate=19 November 2010}}</ref> Selepas proses perendaman, kulit dibersihkan dari bulu-bulu dan dikeringkan dengan cara merentangkannya pada rangka peregang atau simpai.<ref name="Intro">Clemens, Raymond, and Timothy Graham. Introduction to Manuscript Studies. Ithaca: Cornell University Press, 2008.</ref> Pembuat perkamen akan mengikatkan tali pada titik-titik tertentu di sekeliling pinggiran kulit. Tali-tali ini kemudian diikatkan pada simpai. Agar kulit tidak koyak ketika diregangkan, pembuat perkamen akan menaruh kerikil-kerikil bulat pada titik-titik yang akan diikat, kemudian membuat dan mengencangkan ikatan sedemikian rupa sehingga kerikil-kerikil bulat tersebut terbungkus erat oleh kulit di titik-titik yang diikat. Kerikil-kerikil bulat ini disebut ''pippin''.<ref name="Intro" /> Setelah kulit direntangkan pada simpai, sisa-sisa bulu yang masih menempel dibersihkan dengan sebilah pisau berbentuk bulan sabit yang disebut ''lunarium'' atau ''lunellum''. Setelah kulit benar-benar kering, pembuat perkamen akan membersihkannya dan mengolahnya menjadi helai-helai perkamen. Jumlah helai yang dapat dihasilkan dari satu lembaran kulit utuh tergantung pada ukuran bahan baku yang diolah dan ukuran barang jadi yang dikehendaki. Sebagai contoh selembar kulit anak lembu dapat menghasilkan tiga setengah helai perkamen berukuran sedang. Jika dilipat menjadi dua bagian yang sama, satu helai perkamen akan menghasilkan dua lembar halaman bersambung yang disebut ''bifolium'' (dobel folio atau folio ganda). Para sejarawan telah menemukan naskah-naskah berisi petunjuk pembuatan perkamen pada Abad Pertengahan yang kini diikuti oleh para pembuat perkamen modern.<ref name="daniel">Thompson, Daniel. "Medieval Parchment-Making." The Library 16, no. 4 (1935).</ref> Cacat atau kerusakan seringkali didapati pada helai perkamen, baik cacat akibat luka pada tubuh hewan sebelum dikuliti, cacat akibat kecerobohan pengolahan kulit, maupun cacat akibat luka pada pada tubuh hewan ketika disembelih. Cacat dapat saja timbul selama proses penulisan; dan jika tidak dirawat dengan benar, cacat mungkin pula timbul pada naskah-naskah yang sudah jadi. |
||
=== Penyiapan halaman untuk ditulisi === |
=== Penyiapan halaman untuk ditulisi === |
Revisi per 30 Agustus 2017 15.31
Kodeks (dari bahasa Latin: caudex, yang berarti batang pohon, balok, atau pustaka) adalah buku yang terbuat dari lembaran-lembaran kertas, velum, papirus, atau bahan-bahan serupa, yang isinya ditulis tangan.[1] Kodeks dibuat dengan cara menumpuk seluruh lembaran halaman, menyatukannya dengan jahitan pada salah satu tepi, dan menyampulnya dengan bahan yang lebih tebal daripada lembaran halaman. Beberapa kodeks dibuat membentuk lipatan bersambung seperti sebuah konsertina. Alternatif pengganti format kodeks untuk naskah yang panjang adalah format gulungan bersambung. Contoh dari kodeks lipat adalah kodeks-kodeks Maya. Istilah "kodeks" kadang-kadang digunakan sebagai sebutan bagi format model buku, termasuk buku-buku cetak modern, tetapi tidak termasuk buku-buku lipat.
Bentuk kodeks dikembangkan oleh orang-orang Romawi dari loh-loh kayu. Peralihan ke format kodeks dari format gulungan—format pustaka yang lazim di dunia Kuno—disebut-sebut sebagai kemajuan terpenting dalam sejarah pustaka sebelum penemuan mesin cetak.[2] Kodeks mentransformasi bentuk pustaka itu sendiri, dan menghadirkan suatu format yang bertahan selama berabad-abad.[3] Meluasnya penggunaan format kodeks seringkali dikait-kaitkan dengan perkembangan agama Kristen, yang sedari awal telah mengadopsi format kodeks untuk Alkitab.[4] Kodeks pertama kali disebut-sebut oleh penyair Romawi abad ke-1 M, Martialis, yang memuji-muji kemudahan penggunaannya. Kira-kira pada 300 M, jumlah kodeks telah mengimbangi jumlah gulungan;[5] dan pada abad ke-6, kodeks sudah sepenuhnya menggantikan gulungan di seluruh dunia Yunani-Romawi yang kala itu telah dikristenkan.[6]
Asal-usul
Kodeks memiliki sejumlah kelebihan dibanding format-format lain, yakni:
- Lebih padat
- Lebih kokoh
- Lebih irit bahan baku, karena memanfaatkan kedua sisi halaman (rekto dan verso)
- Lebih mudah dirujuk (kodeks mengakomodasi akses acak, berbeda dari gulungan yang menggunakan akses urut.)[7]
Pergeseran dari gulungan ke kodeks kira-kira bersamaan waktunya dengan transisi dari papirus ke perkamen sebagai media tulis yang lebih diminati, namun kedua perubahan itu tidak bersangkut-paut satu sama lain. Sebenarnya, kombinasi-kombinasi antara kodeks dan gulungan dengan papirus dan perkamen secara teknis mungkin saja dilakukan, bahkan umum terjadi dalam sejarah.[8]
Kodeks mulai menggantikan gulungan nyaris sejak pertama kali direka cipta. Pada abad ke-5 di Mesir, jumlah kodeks telah melampaui jumlah gulungan dengan rasio sepuluh banding satu berdasarkan contoh-contoh yang sintas. Pada abad ke-6, gulungan nyaris tidak lagi digunakan sebagai sarana kepustakaan.[9]
Secara teknis, buku-buku jilid lunak juga dapat disebut kodeks, tetapi para penerbit dan para ahli mengkhususkan istilah kodeks bagi buku-buku naskah (tulis tangan) yang dihasilkan sejak penghujung Abad Antik sampai Abad Pertengahan. Kajian ilmiah atas naskah-naskah ini dari segi tata cara penjilidan disebut kodikologi. Kajian mengenai dokumen-dokumen kuno secara umum disebut paleografi.
Sejarah
Orang-orang Romawi menggunakan media tulis berupa loh-loh kayu berlapis lilin yang dapat digunakan berulang-ulang untuk membuat catatan atau tulisan-tulisan informal lainnya. Dua buah poliptik kuno, satu pentatik dan satu oktotik, hasil ekskavasi di Herculaneum, menggunakan sistem sambung unik yang tampak seperti pendahulu dari cara jilid dengan menggunakan pita kulit atau tambang sebagai penyambung bagian-bagian buku.[10] Iulius Caesar boleh jadi adalah orang Romawi pertama yang memangkas gulungan-gulungan menjadi lembaran-lembaran yang dijilid membentuk sebuah buku tulis atau mungkin pula sebuah kodeks papirus.[11] Pada pergantian abad ke-1 M, sejenis buku tulis dalam bentuk lipatan perkamen yang disebut pugillares membranei dalam bahasa Latin mulai lazim digunakan untuk keperluan tulis-menulis di Kekaisaran Romawi.[12] Theodore Cressy Skeat mengemukakan teori bahwa bentuk buku tulis ini diciptakan di Roma dan kemudian tersebar ke Timur Dekat. [13]
Pembuatan kodeks
Tahap pertama dalam proses pembuatan kodeks adalah mengolah kulit mentah menjadi helai-helai perkamen siap pakai. Lembaran-lembaran kulit dibasuh satu demi satu dengan air kapur, dan selanjutnya kulit direndam di dalam air kapur selama dua hari.[14] Selepas proses perendaman, kulit dibersihkan dari bulu-bulu dan dikeringkan dengan cara merentangkannya pada rangka peregang atau simpai.[15] Pembuat perkamen akan mengikatkan tali pada titik-titik tertentu di sekeliling pinggiran kulit. Tali-tali ini kemudian diikatkan pada simpai. Agar kulit tidak koyak ketika diregangkan, pembuat perkamen akan menaruh kerikil-kerikil bulat pada titik-titik yang akan diikat, kemudian membuat dan mengencangkan ikatan sedemikian rupa sehingga kerikil-kerikil bulat tersebut terbungkus erat oleh kulit di titik-titik yang diikat. Kerikil-kerikil bulat ini disebut pippin.[15] Setelah kulit direntangkan pada simpai, sisa-sisa bulu yang masih menempel dibersihkan dengan sebilah pisau berbentuk bulan sabit yang disebut lunarium atau lunellum. Setelah kulit benar-benar kering, pembuat perkamen akan membersihkannya dan mengolahnya menjadi helai-helai perkamen. Jumlah helai yang dapat dihasilkan dari satu lembaran kulit utuh tergantung pada ukuran bahan baku yang diolah dan ukuran barang jadi yang dikehendaki. Sebagai contoh selembar kulit anak lembu dapat menghasilkan tiga setengah helai perkamen berukuran sedang. Jika dilipat menjadi dua bagian yang sama, satu helai perkamen akan menghasilkan dua lembar halaman bersambung yang disebut bifolium (dobel folio atau folio ganda). Para sejarawan telah menemukan naskah-naskah berisi petunjuk pembuatan perkamen pada Abad Pertengahan yang kini diikuti oleh para pembuat perkamen modern.[16] Cacat atau kerusakan seringkali didapati pada helai perkamen, baik cacat akibat luka pada tubuh hewan sebelum dikuliti, cacat akibat kecerobohan pengolahan kulit, maupun cacat akibat luka pada pada tubuh hewan ketika disembelih. Cacat dapat saja timbul selama proses penulisan; dan jika tidak dirawat dengan benar, cacat mungkin pula timbul pada naskah-naskah yang sudah jadi.
Penyiapan halaman untuk ditulisi
Mula-mula lembaran kulit harus disiapkan. Tahap pertama adalah menyiapkan kuras. Kuras adalah gabungan beberapa helai utuh yang telah dilipat menjadi dua bagian. Dalam "Introduction to Manuscript Studies", Raymond Clemens dan Timothy Graham menjelaskan bahwa “kuras adalah satuan dasar penulisan bagi para juru tulis Abad Pertengahan”.[15] Mereka menjelaskan pula bahwa “Menembuk adalah proses melubangi helai perkamen (atau lembaran kulit) sebagai persiapan untuk menggarisinya. Garis-garis kemudian digoreskan dari satu tembuk ke tembuk lain...Proses menggoreskan garis-garis pada halaman ini berguna sebagai tuntunan dalam menempatkan tulisan. Sebagian besar naskah diberi garis-garis melintang sebagai penanda baris teks, dan garis-garis bujur sebagai penanda batas kolom.”[15]
Pembuatan kuras
Sejak periode Karoling sampai pada Abad Pertengahan, telah muncul bermacam-macam cara melipat kuras. Sebagai contoh, selama Abad Pertengahan di daratan Eropa, kuras dibuat dengan cara melipat semua lembaran kulit ke salah satu sisi yang sama. Sisi bulu bertemu sisi bulu dan sisi daging bertemu sisi daging. Cara ini berbeda dari cara melipat kuras di Kepulauan Britania, tempat helai-helai kulit dilipat sedemikian rupa sehingga membentuk kuras delapan lembar, dengan lembar-lembar tunggal pada posisi ketiga dan keenam.[15] Tahap berikutnya adalah mengikat kuras, yaitu menyatukan lembar-lembar kuras dengan ikatan benang. Setelah kuras-kuras digabung dengan ikatan benang, juru tulis akan menjahitkan sejalur pita perkamen pada “punggung” naskah, guna memperkokoh ikatan.
Lihat pula
- Daftar kodeks
- Daftar kodeks bunga rampai dan botani
- Daftar Papirus Perjanjian Baru
- Daftar Unksial Perjanjian Baru
- Jilid (kepustakaan)
- Kodeks-kodeks Aztek
- Kodeks-kodeks Maya
- Penjilidan tradisional Tiongkok
- Sejarah buku
Rujukan dan sumber
Rujukan
- ^ Oxford English Dictionary, edisi ke-2: Codex: "a manuscript volume"
- ^ Roberts & Skeat 1983, hlm. 1
- ^ Lyons, M., (2011). Books: A Living History, London: Thames & Hudson, hal. 8
- ^ Roberts & Skeat 1983, hlm. 38−67
- ^ "Codex" in The Oxford Dictionary of Byzantium, Oxford University Press, New York & Oxford, 1991, hlm. 473. ISBN 0195046528
- ^ Roberts & Skeat 1983, hlm. 75
- ^ Roberts & Skeat 1983, hlm. 45−53
- ^ Roberts & Skeat 1983, hlm. 5
- ^ Roberts, Colin H., and Skeat, T.C. (1987), The Birth of the Codex. London: Oxford University Press for the British Academy, hlm. 75.
- ^ Carratelli, Giovanni Pugliese (1950). "L'instrvmentvm Scriptorivm Nei Monumenti Pompeiani Ed Ercolanesi." in Pompeiana. Raccolta di studi per il secondo centenario degli di Pompei. hlm. 166–78.
- ^ Selama Perang Galia; Suet. Jul. 56.6; cf. Roberts, Colin H.; Skeat, Theodore Cressy (1983), The Birth of the Codex, Oxford: Oxford University Press, hlm. 18 sq., ISBN 0-19-726061-6
- ^ Roberts, Colin H; Skeat, TC (1983). The Birth of the Codex. London: British Academy. hlm. 15–22. ISBN 0-19-726061-6.
- ^ Skeat, T.C. (2004). The Collected Biblical Writings of T.C. Skeat. Leiden: E.J. Brill. hlm. 45. ISBN 90-04-13920-6.
- ^ "The Making of a Medieval Book". The J. Paul Getty Trust. Diakses tanggal 19 November 2010.
- ^ a b c d e Clemens, Raymond, and Timothy Graham. Introduction to Manuscript Studies. Ithaca: Cornell University Press, 2008.
- ^ Thompson, Daniel. "Medieval Parchment-Making." The Library 16, no. 4 (1935).
Sumber
- David Diringer, The Book Before Printing: Ancient, Medieval and Oriental, Courier Dover Publications, New York 1982, ISBN 0-486-24243-9
- L. W. Hurtado, The Earliest Christian Artifacts: Manuscripts and Christian Origins, Cambridge 2006.
- Roberts, Colin H.; Skeat, T. C. (1983), The Birth of the Codex, London: Oxford University Press, ISBN 0-19-726024-1
Pranala luar
- Kodeks Georgia
- Pusat Sejarah Pustaka
- The Codex and Canon Consciousness – Konsep makalah oleh Robert Kraft mengenai peralihan dari gulungan ke kodeks
- The Construction of the Codex In Classic- and Postclassic-Period Maya Civilization Pembuatan Kertas dan Kodeks Maya
- Encyclopaedia Romana: "Gulungan dan kodeks"
- K.C. Hanson, Katalog Papirus dan Kodeks Perjanjian Baru Abad Ke-2 Sampai Abad Ke-10
- Naskah-naskah Abad Pertengahan dan Abad Pembaharuan, termasuk naskah-naskah Vulgata, buku-buku brevir, kontrak-kontrak, dan ramuan tumbuh-tumbuhan dari abad ke-12 sampai abad ke-17, Center for Digital Initiatives, Perpustakaan Universitas Vermont