Perpustakaan Nasional Republik Indonesia: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Pemutakhiran informasi terkait perubahan lokasi dan pembangunan gedung baru. |
||
Baris 2: | Baris 2: | ||
|nama = Perpustakaan Nasional </br> Republik Indonesia |
|nama = Perpustakaan Nasional </br> Republik Indonesia |
||
|singkatan = Perpusnas |
|singkatan = Perpusnas |
||
|gambar = [[Berkas:Perpus Nasional RI (2014).png|180px]] </br> |
|gambar = [[Berkas:Perpus Nasional RI (2014).png|180px]] </br> |
||
|didirikan = {{Start date and age|1980|5|17}} |
|didirikan = {{Start date and age|1980|5|17}} |
||
|dasar = |
|dasar = |
||
Baris 35: | Baris 35: | ||
|inspektur = |
|inspektur = |
||
|nama_inspektur = |
|nama_inspektur = |
||
|alamat = Jl. |
|alamat = Jl. Medan Merdeka Selatan 11 |
||
|situs web = {{URL|http://www.perpusnas.go.id/}} |
|situs web = {{URL|http://www.perpusnas.go.id/}} |
||
|catatan = |
|catatan = |
||
Baris 41: | Baris 41: | ||
'''Perpustakaan Nasional Republik Indonesia''' (Perpusnas) adalah [[Lembaga Pemerintah Nonkementerian]] yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara. [[Perpustakaan Nasional]] berada di [[Jakarta]] dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada [[Presiden Republik Indonesia|Presiden]]. |
'''Perpustakaan Nasional Republik Indonesia''' (Perpusnas) adalah [[Lembaga Pemerintah Nonkementerian]] yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara. [[Perpustakaan Nasional]] berada di Jalan Medan Merdeka Selatan 11, [[Jakarta]] dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada [[Presiden Republik Indonesia|Presiden]]. Pada tanggal [[14 September]] [[2017]], Presiden [[Joko Widodo]] meresmikan Perpusnas baru yang merupakan perpustakaan nasional tertinggi di dunia (126,3 [[meter]]) dengan 27 lantai, termasuk tiga lantai parkir bawah tanah ''(basement)''.<ref>{{Cite news|url=http://nasional.kompas.com/read/2017/09/14/11221951/jokowi-resmikan-gedung-perpustakaan-nasional-tertinggi-di-dunia|title=Jokowi Resmikan Gedung Perpustakaan Nasional Tertinggi di Dunia - Kompas.com|last=Media|first=Kompas Cyber|newspaper=KOMPAS.com|language=en|access-date=2017-09-18}}</ref> |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Baris 69: | Baris 69: | ||
Perpustakaan Nasional RI kini menjadi perpustakaan yang berskala nasional dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebuah lembaga yang tidak hanya melayani anggota suatu perkumpulan ilmu pengetahuan tertentu, tetapi juga melayani anggota masyarakat dari semua lapisan dan golongan. Walau terbuka untuk umum, koleksinya bersifat tertutup dan tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang. Layanan itu tidak terbatas hanya pada layanan untuk upaya pengembangan ilmu pengetahuan saja, melainkan pula dalam memenuhi kebutuhan bahan pustaka, khususnya bidang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, guna mencerdaskan kehidupan bangsa.<ref>[http://kelembagaan.perpusnas.go.id/beranda/sejarah_kajian/ SEJARAH PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Sebuah Kajian]</ref> |
Perpustakaan Nasional RI kini menjadi perpustakaan yang berskala nasional dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebuah lembaga yang tidak hanya melayani anggota suatu perkumpulan ilmu pengetahuan tertentu, tetapi juga melayani anggota masyarakat dari semua lapisan dan golongan. Walau terbuka untuk umum, koleksinya bersifat tertutup dan tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang. Layanan itu tidak terbatas hanya pada layanan untuk upaya pengembangan ilmu pengetahuan saja, melainkan pula dalam memenuhi kebutuhan bahan pustaka, khususnya bidang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, guna mencerdaskan kehidupan bangsa.<ref>[http://kelembagaan.perpusnas.go.id/beranda/sejarah_kajian/ SEJARAH PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Sebuah Kajian]</ref> |
||
== Fasilitas Perpusnas == |
|||
Perpusnas tidak hanya menjadi tempat koleksi buku, tetapi juga memiliki berbagai fasilitas lainnya, seperti ruang teater, layanan audiovisual, area budaya baca, data center, layanan koleksi buku langka, serta menjadi lokasi kantor [[Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia]]. Fasilitas per lantai Perpusnas: |
|||
Lantai 1: Lobi Utama |
|||
Lantai 2: Ruang Layanan Keanggotaan Perpustakaan dan Ruang Teater |
|||
Lantai 3: Zona Promosi Budaya Baca |
|||
Lantai 4: Ruang Pameran Koleksi Perpustakaan |
|||
Lantai 5: Ruang Pustakawan |
|||
Lantai 6: ''[[Pusat data|Data Center]]'' |
|||
Lantai 7: Layanan Anak, Lansia, dan [[Difabel|Disabilitas]] |
|||
Lantai 8: Layanan Audiovisual |
|||
Lantai 9: Layanan Naskah Nusantara |
|||
Lantai 10: Layanan Deposit |
|||
Lantai 11: [[Monograf]] Tertutup |
|||
Lantai 12: Ruang Baca Pemustaka |
|||
Lantai 13-14: Layanan Koleksi Buku Langka |
|||
Lantai 15: Layanan Referensi |
|||
Lantai 16: Layanan Koleksi Foto, Peta, dan Lukisan |
|||
Lantai 17-18: Kantor [[Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia]] |
|||
Lantai 19: Layanan [[Multimedia]] |
|||
Lantai 20: Layanan Koleksi Berkala Mutakjir dan Bidang Ilmu Perpustakaan |
|||
Lantai 21-22: Layanan [[Monograf]] Terbuka |
|||
Lantai 23: Layanan Koleksi Bangsa-bangsa Dunia dan Majalah Terjilid |
|||
Lantai 24: Layanan Koleksi Budaya Nusantara, ''Executive Lounge'' dan Ruang Penerimaan Tamu Mancanegara.<ref>{{Cite web|url=https://kumparan.com/nurul-hidayati/perpustakaan-nasional-setinggi-27-lantai-apa-saja-isinya|title=Perpustakaan Nasional Tertinggi Sedunia di Jakarta, Apa Saja Isinya?|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2017-09-18}}</ref> |
|||
== Galeri logo == |
== Galeri logo == |
Revisi per 18 September 2017 09.19
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Perpusnas | |
---|---|
| |
Gambaran umum | |
Didirikan | 17 Mei 1980 |
Di bawah koordinasi | |
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan | |
Kepala | |
Drs. Muh. Syarief Bando, M.M. | |
Kantor pusat | |
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jl. Medan Merdeka Selatan 11 | |
Situs web | |
www | |
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) adalah Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara. Perpustakaan Nasional berada di Jalan Medan Merdeka Selatan 11, Jakarta dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pada tanggal 14 September 2017, Presiden Joko Widodo meresmikan Perpusnas baru yang merupakan perpustakaan nasional tertinggi di dunia (126,3 meter) dengan 27 lantai, termasuk tiga lantai parkir bawah tanah (basement).[1]
Sejarah
Sejarah Perpusnas bermula dengan didirikannya Bataviaasch Genootschap pada 24 April 1778. Lembaga ini adalah pelopor Perpusnas dan baru dibubarkan pada tahun 1950.
Awalnya, Perpustakaan Nasional RI merupakan salah satu perwujudan dari penerapan dan pengembangan sistem nasional perpustakaan, secara menyeluruh dan terpadu, sejak dicanangkan pendiriannya tanggal 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef. Ketika itu kedudukannya masih berada dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat eselon II di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan badan ini merupakan hasil integrasi dari empat perpustakaan besar di Jakarta.
Keempat perpustakaan tersebut, yang kesemuanya merupakan badan bawahan DitJen Kebudayaan, adalah:
- Perpustakaan Museum Nasional;
- Perpustakaan sejarah, politik dan sosial (SPS);
- Perpustakaan wilayah DKI Jakarta;
- Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan;
Walau secara resmi Perpustakaan Nasional berdiri di pertengahan 1980, namun integrasi keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada Januari 1981. Sampai tahun 1987 Perpusnas masih berlokasi di tiga tempat terpisah, yaitu di Jl. Merdeka Barat 12 (Museum Nasional), Jl. Merdeka Selatan 11 (Perpustakaan SPS) dan Jl. Imam Bonjol 1 (Museum Naskah Proklamasi). Sebagai kepala Perpustakaan Nasional adalah ibu Mastini Hardjoprakoso, MLS, mantan kepala Perpustakaan Museum Nasional.
Atas prakarsa Almarhumah Ibu Tien Suharto, melalui Yayasan Harapan Kita yang dipimpinnya, Perpustakaan Nasional memperoleh sumbangan tanah seluas 16,000 m² lebih berikut gedung baru berlantai sembilan dan sebuah bangunan yang direnovasi. Lahan yang terletak di Jl. Salemba Raya 28A, Jakarta Pusat, merupakan lokasi Koning Willem III School (Kawedri), yakni sekolah HBS pertama di Indonesia ketika zaman kolonial. Bangunan sekolah inilah yang kemudian setelah direnovasi menjadi gedung utama yang digunakan untuk kantor pimpinan dan sekretariat. Gedung di sebelahnya yang berlantai sembilan berfungsi sebagai perpustakaan yang sebenarnya, di mana koleksi bahan pustaka tersimpan dan dilayankan untuk umum.
Dengan selesainya pengerjaan sebagian gedung baru maupun yang direnovasi di Jl. Salemba Raya 28A pada awal 1987, pimpinan dan staf dari tiga bidang (kecuali Bidang Koleksi) pindah ke lokasi tersebut. Gedung baru itu beserta segala perlengkapannya menyatukan semua kegiatan di bawah satu atap yang sebelumnya terpencar di beberapa tempat di Jakarta. Pada usia Perpusnas yang ke-9, secara resmi kompleks itu dibuka yang ditandai dengan penandatanganan sebuah prasasti marmer oleh Presiden dan Ibu Tien Suharto pada tanggal 11 Maret 1989.
Namun, sejalan dengan peresmian kompleks tersebut, sebetulnya ada peristiwa lain yang tidak kalah pentingnya. Sejarah mencatat bahwa lima hari sebelumnya, tepatnya tanggal 6 Maret 1989, telah ditandatangani sebuah keputusan monumental oleh Presiden RI melalui keputusan presiden Nomor 11 Tahun 1989 ini menetapkan Perpustakaan Nasional, setelah digabung dengan Pusat Pembinaan Perpustakaan (pimpinan Drs. Soekarman, MLS) , menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kenaikan status kelembagaan ini juga berarti Perpusnas dilepas dari jurisdiksi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional), badan induknya yang telah membesarkannya sejak 1980. Ibu Mastini Hardjoprakoso masih dipercaya oleh Pemerintah untuk memimpin lembaga baru ini. Kenyataan ini sekaligus membuktikan komitmen Pemerintah di dalam menaikkan derajat perpustakaan (dan pustakawan) yang selama itu dirasakan selalu "dilupakan". Menurut catatan ketika penggabungan, jumlah koleksi berkisar di angka 600 ribu eksemplar, ditangani oleh sekitar 500 orang karyawan yang berlokasi di dua tempat terpisah, Jl. Salemba Raya 28A dan Jl. Merdeka Selatan 11. Saat ini (Desember 1999) jumlah koleksi diperkirakan 1,100,00 eks, dan jumlah karyawan 700 orang.
Dengan semakin bertambahnya beban tugas dan sejalan dengan kiat Perpusnas dalam menerapkan layanan prima kepada masyarakat, maka diterbitkanlah Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1997 tertanggal 29 Desember 1997. Keppres ini menyempurnakan susunan organisasi, tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional guna mengantisipasi era globalisasi informasi yang sudah kian mendekat. Di antara penyempurnaan tersebut adalah menciptakan jabatan deputi setingkat eselon IB dan menaikkan status Perpustakaan Nasional Provinsi (d.h. Perpustakaan Daerah) menjadi eselon II. Melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, Hernandono, MA, MLS, menjadi kepala Perpusnas sejak Oktober 1998.
Perpustakaan Nasional RI kini menjadi perpustakaan yang berskala nasional dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebuah lembaga yang tidak hanya melayani anggota suatu perkumpulan ilmu pengetahuan tertentu, tetapi juga melayani anggota masyarakat dari semua lapisan dan golongan. Walau terbuka untuk umum, koleksinya bersifat tertutup dan tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang. Layanan itu tidak terbatas hanya pada layanan untuk upaya pengembangan ilmu pengetahuan saja, melainkan pula dalam memenuhi kebutuhan bahan pustaka, khususnya bidang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, guna mencerdaskan kehidupan bangsa.[2]
Fasilitas Perpusnas
Perpusnas tidak hanya menjadi tempat koleksi buku, tetapi juga memiliki berbagai fasilitas lainnya, seperti ruang teater, layanan audiovisual, area budaya baca, data center, layanan koleksi buku langka, serta menjadi lokasi kantor Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Fasilitas per lantai Perpusnas:
Lantai 1: Lobi Utama
Lantai 2: Ruang Layanan Keanggotaan Perpustakaan dan Ruang Teater
Lantai 3: Zona Promosi Budaya Baca
Lantai 4: Ruang Pameran Koleksi Perpustakaan
Lantai 5: Ruang Pustakawan
Lantai 6: Data Center
Lantai 7: Layanan Anak, Lansia, dan Disabilitas
Lantai 8: Layanan Audiovisual
Lantai 9: Layanan Naskah Nusantara
Lantai 10: Layanan Deposit
Lantai 11: Monograf Tertutup
Lantai 12: Ruang Baca Pemustaka
Lantai 13-14: Layanan Koleksi Buku Langka
Lantai 15: Layanan Referensi
Lantai 16: Layanan Koleksi Foto, Peta, dan Lukisan
Lantai 17-18: Kantor Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lantai 19: Layanan Multimedia
Lantai 20: Layanan Koleksi Berkala Mutakjir dan Bidang Ilmu Perpustakaan
Lantai 21-22: Layanan Monograf Terbuka
Lantai 23: Layanan Koleksi Bangsa-bangsa Dunia dan Majalah Terjilid
Lantai 24: Layanan Koleksi Budaya Nusantara, Executive Lounge dan Ruang Penerimaan Tamu Mancanegara.[3]
Galeri logo
-
Logo lama Perpustakaan Nasional
-
Logo baru Perpustakaan Nasional (29 Desember 2014-sekarang)
Lihat pula
Pranala luar
- ^ Media, Kompas Cyber. "Jokowi Resmikan Gedung Perpustakaan Nasional Tertinggi di Dunia - Kompas.com". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-09-18.
- ^ SEJARAH PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Sebuah Kajian
- ^ "Perpustakaan Nasional Tertinggi Sedunia di Jakarta, Apa Saja Isinya?". kumparan. Diakses tanggal 2017-09-18.