Lompat ke isi

Sungai Tulangbawang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan
Perbaikan
Baris 81: Baris 81:
| mouth_long_EW = E
| mouth_long_EW = E
<!-- *** Size *** -->
<!-- *** Size *** -->
| length = 136 km
| length = 136
| width =
| width =
| depth =
| depth =
Baris 88: Baris 88:
| watershed_decimals =
| watershed_decimals =
<!-- *** Flow *** -->
<!-- *** Flow *** -->
| discharge = 200 m<sup>3</sup>/s
| discharge = 200<!-- m<sup>3</sup>/s-->
| discharge_max =
| discharge_max =
| discharge_min =
| discharge_min =

Revisi per 5 Oktober 2017 18.24

Way Tulang Bawang
Sungai Tulangbawang, Wai Tulangbawang,
Wai Toelangbawang, Tolangbawang
Sungai
Negara  Indonesia
Provinsi Lampung
Muara Laut Jawa
Panjang 136 km (85 mi)
Debit air
 - rerata 200 m3/s (7.063 cu ft/s)
Zona waktu WIB (UTC+7)

Way Tulangbawang adalah sungai (bahasa Lampung: way) terlebar dan terpanjang keempat di Provinsi Lampung, Indonesia.[1] Dengan luas daerah tangkapan 1.285 km persegi, sungai ini mendominasi bentang alam Kabupaten Tulangbawang dan melintasi ibukota kabupaten, Menggala. Sebagai salah satu sungai terbesar di provinsi ini, alirannya digunakan oleh penduduk setempat terutama sebagai sumber air irigasi, dan sebagai sarana transporasi sungai.[2]

Etimologi

Nama sungai ini diambil dari Kabupaten Tulangbawang, yang dialiri sungai ini sampai bermuara di Laut Jawa, dan Kabupaten Tulangbawang Barat.

Sejarah

Sekitar tahun 1750-an, Perusahaan Hindia-Belanda VOC bersaing dengan Imperium Britania dan Kesultanan Palembang untuk menguasai Lampung, terutama dalam bidang perniagaan rempah-rempah. Awalnya daerah ini dianggap kurang menguntungkan untuk penduduk Tulang Bawang setempat yang cenderung menghindari konflik lokal. Pada tahun 1751 sebuah pos Belanda diserang dan direbut oleh seorang penguasa daerah.[3] Barulah pada pertengahan tahun 1800-an pemerintah Hindia Belanda berhasil menaklukkan para penguasa lokal dan mendirikan administrasi resmi pada kedua tepian sungai. Pada pergantian abad ke-20, tepian sungai Tulangbawang dan anak-anak sungainya dihuni oleh sekitar 30.000 penduduk, dibandingkan dengan daerah-daerah yang jarang dihuni semakin jauh dari sungai. Kebanyakan orang suku Lampung (suku Abung) tinggal di dalma rumah-rumah tradisional mereka.[4]

Hidrologi

Kawasan daerah aliran sungai mencakup sejumlah anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya

  • Way Kanan, panjang 51 km, luas daerah tangkapan (ldt.) 1.197 km persegi
  • Way Rarem, panjang 53,50 km, ldt. 870 km persegi
  • Way Umpu, panjang 100 km, ldt. 1.179 km persegi
  • Way Tahmy, panjang 60 km, ldt. 550 km persegi
  • Way Besay, panjang 113 km, ldt. 879 km persegi
  • Way Giham, panjang 80 km, ldt. 506,25 km persegi.

Selain dapat dijadikan sebagai objek wisata petualangan, berkemah, memancing dan lainnya. Saat ini masyarakat yang mendiami beberapa bagian sungai ini memanfaatkannya sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat mencari nafkah, dengan memancing dan memasang keramba ikan di sekitar sungai ini.

Rawa Tulang Bawang merupakan lahan basah tersisa yang terbaik di Sumatera. Beberapa wilayah rawa alam yang masih banyak menyimpan keaslian lingkungan alam setempat berikut isinya adalah Rawa Pacing dan Rawa Kandis] serta bagian-bagian dari Rawa Bujungtenuk.

Geografi

Sungai ini mengalir di wilayah tenggara pulau Sumatera yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[5] Suhu rata-rata setahun sekitar 25 °C. Bulan terpanas adalah September, dengan suhu rata-rata 28 °C, and terdingin Januari, sekitar 22 °C.[6] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3248 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 547 mm, dan yang terendah September, rata-rata 40 mm.[7]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Wai Tulangbawang - Geonames.org.
  2. ^ Yasland, Mursalin (3 February 2017). "Dua Sungai di Lampung Jadi Transportasi Publik". Republika. Diakses tanggal 5 October 2017. 
  3. ^ Atsushi, Ota (2006). Changes of regime and social dynamics in West Java : society, state, and the outer world of Banten, 1750-1830. Leiden: Brill. hlm. 68; 92. ISBN 9789004150911. 
  4. ^ Kusworo, Ahmad (2014). Pursuing Livelihoods, Imagining Development: Smallholders in Highland Lampung, Indonesia. ANU E Press. hlm. 20. ISBN 9781925021486. Diakses tanggal 5 October 2017. 
  5. ^ Peel, M C; Finlayson, B L; McMahon, T A (2007). "Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification". Hydrology and Earth System Sciences. 11. doi:10.5194/hess-11-1633-2007. 
  6. ^ "NASA Earth Observations Data Set Index". NASA. 30 January 2016. 
  7. ^ "NASA Earth Observations: Rainfall (1 month - TRMM)". NASA/Tropical Rainfall Monitoring Mission. 30 January 2016.