Lompat ke isi

Ahli waris tetap: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Hafidh Wahyu P memindahkan halaman Pewaris takhta ke Pewaris tetap
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 18 November 2017 15.53

Templat:Monarkisme

Pewaris takhta adalah seseorang yang berada di urutan pertama dalam garis suksesi dan tidak dapat dipindahkan dari tempat pewarisan karena kelahiran orang lainnya.

Sebaliknya, Pewaris presumtif adalah seseorang yang berada di urutan pertama dalam garis warisan sebuah gelar namun dapat dipindahkan dari tempat pewarisan karena kelahiran pewaris yang lebih layak.

Saat ini, istilah tersebut umumnya ditujukan kepada pewaris gelar warisan, terutama monarki. Istilah tersebut juga digunakan sebagai istilah kiasan untuk mengindikasikan seorang pengganti "memungkinan" pada jabatan kekuasaan manapun, seperti pemimpin perusahaan atau politik.

Mebanyakan penguasa monarki memberikan pewaris tahtanya dengan gelar Pangeran Mahkota atau Putra Mahkota atau gelar yang lewbih spesifik, seperti Pangeran Orange di Belanda, Pangeran Asturias di Spanyol, atau Pangeran Wales di negara-negara Persemakmuran. Di Perancis, gelarnya adalah le Dauphin. Lihat pangeran mahkota untuk contoh selengkapnya.

Artikel ini utamanya mendeskripsikan istilah pewaris takhta dalam sistem warisan yang diatur oleh hukum primogenitur—berlawanan dengan kasus-kasus dimana seorang penguasa monarki menyebut nama pewarisnya.

Pewaris takhta versus pewaris presumtif

Saat-saat sebelum Istana Kekaisaran di Jepang menunggu penampilan Pangeran Mahkota Hirohito untuk proklamasi pengakuan resminya sebagai pewaris tahta untuk Tahta Kekaisaran JepangNew York Times, 1916.

Dalam sistem warisan yang diatur oleh beberapa bentuk primogenitur, seorang pewaris tahta diidentifikasi dengan gampang sebagai orang yang berada pada urutan pertama dalam garis suksesi. Sebaliknya, pewaris presumtif dapat selalu "muncul" dalam suksesi menurut kelahiran seseorang yang lebih dekat dalam esensi hukum (menurut bentuk primogenitur) dengan pemegang gelar saat ini.

Contoh terjelas terjadi dalam kasus seorang pemegang gelar yang tidak memiliki anak. Jika suatu waktu ia menghasikan anak, mereka (penentu pemegang gelar) mengangkat kerabat yang lebih "jauh" (saudara atau mungkin sepupu atau keponakan pemegang gelar) menjadi pewaris presumtif.

Beberapa sistem hukum selalu menggunakan kelahiran ketimbang usia atau kesehatan. Dalam siklus semacam itu, dalam esensi praktik, seseorang dapat menjadi pewaris tahta namun tetap secara hukum terdiri dari pewaris presumtif. Contohnya, saat Ratu Victoria menggantikan pamannya Raja William IV, penulisan proklamasinya ditulis sebagai berikut:

"...menyelamatkan hak-hak masalah manapun dari Yang Mulia Raja William IV, yang lahir dari permaisuri Yang Mulia."[1]

Hal ini menyediakan kemungkinan bahwa istri William, Adelaide dari Saxe-Meiningen, yang sedang hamil pada saat kematian suaminya, saat melahirkan anak anumerta, tanpa memandang jenis kelaminnya, akan menggantikan Victoria dari tahta.[2] Adelaide berusia 44 pada masa itu, sehingga kehamilan nampaknya tidak memungkinkan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ bahasa Inggris: "...saving the rights of any issue of his late Majesty King William IV, which may be born of his late Majesty's consort."
  2. ^ Proclamations of Accessions of British Sovereigns (1547-1952)