Glukosa-6-fosfat dehidrogenase: Perbedaan antara revisi
k Robot: Perubahan kosmetika |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:PDB_1dpg_EBI.jpg| |
[[Berkas:PDB_1dpg_EBI.jpg|jmpl|Glukosa-6-fosfat dehidrogenase ''Leuconostoc'' dengan kode PDB 1dpg ]] |
||
'''Enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase''' merupakan [[enzim]] yang ditemukan pada jalur [[pentosa fosfat]] yang berguna untuk mengoksidasi [[glukosa-6-fosfat]] menjadi [[6-fosfoglukono-D-lakton]] (sebuah [[intramolekuler]] [[ester]]).<ref name="a">{{en}} Nelson DL ''et al''. 2008. ''Lehninger Principles of Biochemistry''. New York: W.H Freeman.</ref> Enzim ini bermanfaat dalam menangkal [[radikal bebas]].<ref name="b">{{en}} Berg, Tymoczko, Stryer. 2010. ''Biochemistry''. New York: W.H. Freeman.</ref> |
'''Enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase''' merupakan [[enzim]] yang ditemukan pada jalur [[pentosa fosfat]] yang berguna untuk mengoksidasi [[glukosa-6-fosfat]] menjadi [[6-fosfoglukono-D-lakton]] (sebuah [[intramolekuler]] [[ester]]).<ref name="a">{{en}} Nelson DL ''et al''. 2008. ''Lehninger Principles of Biochemistry''. New York: W.H Freeman.</ref> Enzim ini bermanfaat dalam menangkal [[radikal bebas]].<ref name="b">{{en}} Berg, Tymoczko, Stryer. 2010. ''Biochemistry''. New York: W.H. Freeman.</ref> |
||
Revisi per 26 November 2017 03.29
Enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase merupakan enzim yang ditemukan pada jalur pentosa fosfat yang berguna untuk mengoksidasi glukosa-6-fosfat menjadi 6-fosfoglukono-D-lakton (sebuah intramolekuler ester).[1] Enzim ini bermanfaat dalam menangkal radikal bebas.[2]
Defisiensi
Ahli matematika Pythagoras dilarang untuk memakan kacang parang karena dapat menyebabkan favaisme yang disebabkan defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase sehingga sel darah merah akan mengalami lisis dalam jangka waktu 24-48 jam setalah mengonsumsi kacang parang.[1] Defisiensi enzim ini dapat berakibat pada reaksi tidak normal terhadap obat-obatan tertentu.[2] Pada tahun 1926, Pamaquine yang merupakan obat anti-malaria pada saat itu, menimbulkan gejala aneh pada beberapa pengidap malaria setelah beberapa hari pengobatan.[2] Ciri yang ditunjukkan adalah air seni menghitam, mengalami sakit kuning, kadar hemoglobin menurun. Pada beberapa kasus, terjadi kerusakan sel darah merah besar-besaran dan dapat menyebabkan kematian.[2] Penyakit ini dapat diturunkan dan terpaut pada kromosom X.[2] Defisiensi enzim ini juga mengakibatkan peroksida merusak membran sel karena tidak adanya NADPH yang diproduksi untuk mengembalikan glutation tereduksi.[2] Glutation tereduksi berguna untuk menjaga bentuk sel darah merah dengan menjaga struktur hemoglobin.[2]