Lompat ke isi

Ja'far ash-Shadiq: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 3: Baris 3:
|name = Ja'far ash-Shadiq
|name = Ja'far ash-Shadiq
|given name = Ja'far bin [[Muhammad al-Baqir|Muhammad]] bin [[Ali bin Husain|Ali]]
|given name = Ja'far bin [[Muhammad al-Baqir|Muhammad]] bin [[Ali bin Husain|Ali]]
|rank = <small>Imam Keenam</small><br />
|rank = <small></small><br />
|subtitle = Abu Abdullah
|subtitle = Abu Abdullah
|birth = 17 [[Rabiul awal]] [[Kalender Islam|83 H]]<br />[[Approximation|≈]] [[20 April]] [[702]] [[Masehi]]
|birth = 17 [[Rabiul awal]] [[Kalender Islam|83 H]]<br />[[Approximation|≈]] [[20 April]] [[702]] [[Masehi]]
Baris 16: Baris 16:
|children = <small>[[Musa al-Kadzim]] ''(pengganti [[Imamiyah]])''<br />[[Isma'il bin Ja'far]] ''(pengganti [[Ismailiyah]])''<br />Abdullah al-Aftah, Ishaq, Ali, al-Abbas, Muhammad, Fatimah, Ummu Farwah, Asmaa</small>
|children = <small>[[Musa al-Kadzim]] ''(pengganti [[Imamiyah]])''<br />[[Isma'il bin Ja'far]] ''(pengganti [[Ismailiyah]])''<br />Abdullah al-Aftah, Ishaq, Ali, al-Abbas, Muhammad, Fatimah, Ummu Farwah, Asmaa</small>
}}
}}
'''Ja'far ash-Shadiq''' ([[Bahasa Arab]]: جعفر الصادق), nama lengkapnya adalah Ja'far bin [[Muhammad al-Baqir|Muhammad]] bin [[Ali bin Husain|Ali]] bin [[Husain bin Ali|Husain]] bin [[Ali bin Abi Thalib|Ali]] bin [[Abu Thalib bin Syaibah|Abu Thalib]], adalah Imam ke-6 dalam tradisi [[Syi'ah]]. Ia lahir di [[Madinah]] pada tanggal 17 [[Rabiul Awwal]] 83 [[Hijriyah]] / [[20 April]] [[702]] [[Masehi]] (M), dan meninggal pada tanggal 25 [[Syawal]] 148 [[Hijriyah]] / [[13 Desember]] [[765]] M. Ja'far yang juga dikenal dengan julukan ''Abu Abdillah'' dimakamkan di [[Jannatul Baqi|Pekuburan Baqi']], [[Madinah]]. Ia merupakan ahli ilmu agama dan ahli hukum syiah (fiqih). Aturan-aturan yang dikeluarkannya menjadi dasar utama bagi [[syiah]] Ja'fari atau [[Dua Belas Imam]]. Perbedaan tentang siapa yang menjadi [[Imamah|Imam]] setelahnya menjadikan syiah [[Ismailiyah]] berbeda pandangan dengan syiah [[Dua Belas Imam]].
'''Ja'far ash-Shadiq''' ([[Bahasa Arab]]: جعفر الصادق), nama lengkapnya adalah Ja'far bin [[Muhammad al-Baqir|Muhammad]] bin [[Ali bin Husain|Ali]] bin [[Husain bin Ali|Husain]] bin [[Ali bin Abi Thalib|Ali]] bin [[Abu Thalib bin Syaibah|Abu Thalib]], Ia lahir di [[Madinah]] pada tanggal 17 [[Rabiul Awwal]] 83 [[Hijriyah]] / [[20 April]] [[702]] [[Masehi]] (M), dan meninggal pada tanggal 25 [[Syawal]] 148 [[Hijriyah]] / [[13 Desember]] [[765]] M. Ja'far yang juga dikenal dengan julukan ''Abu Abdillah'' dimakamkan di [[Jannatul Baqi|Pekuburan Baqi']], [[Madinah]]. Ia merupakan ahli ilmu agama dan ahli hukum syiah (fiqih). Aturan-aturan yang dikeluarkannya menjadi dasar utama bagi [[syiah]] Ja'fari atau [[Dua Belas Imam]]. Perbedaan tentang siapa yang menjadi [[Imamah|Imam]] setelahnya menjadikan syiah [[Ismailiyah]] berbeda pandangan dengan syiah [[Dua Belas Imam]].


== Kelahiran dan kehidupan keluarga ==
== Kelahiran dan kehidupan keluarga ==

Revisi per 18 Desember 2017 11.40

Bagian dari seri Dua Belas Imam
Ja'far ash-Shadiq

penggambaran fiksi
Ja'far bin Muhammad bin Ali

KunyahAbu Abdullah
Lahir17 Rabiul awal 83 H
20 April 702 Masehi
Meninggal25 Syawal 148 H
4 Desember 765 Masehi
Tempat lahirMadinah
DikuburkanMadinah
Masa hidupSebelum Imamah: 41 tahun
(83-114 H)
Imamah: 34 tahun
(114-148 H)
Gelarash-Shadiq (Arab: Jujur)
Altinci Ali (Turki: Ali Keenam)
AyahMuhammad al-Baqir
IbuUmmu Farwah (Fatimah binti Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar)
KeturunanMusa al-Kadzim (pengganti Imamiyah)
Isma'il bin Ja'far (pengganti Ismailiyah)
Abdullah al-Aftah, Ishaq, Ali, al-Abbas, Muhammad, Fatimah, Ummu Farwah, Asmaa
Ali · Hasan · Husain

as-Sajjad · al-Baqir · ash-Shadiq
al-Kadzim · ar-Ridha · al-Jawad
al-Hadi · al-Asykari · al-Mahdi

Ja'far ash-Shadiq (Bahasa Arab: جعفر الصادق), nama lengkapnya adalah Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib, Ia lahir di Madinah pada tanggal 17 Rabiul Awwal 83 Hijriyah / 20 April 702 Masehi (M), dan meninggal pada tanggal 25 Syawal 148 Hijriyah / 13 Desember 765 M. Ja'far yang juga dikenal dengan julukan Abu Abdillah dimakamkan di Pekuburan Baqi', Madinah. Ia merupakan ahli ilmu agama dan ahli hukum syiah (fiqih). Aturan-aturan yang dikeluarkannya menjadi dasar utama bagi syiah Ja'fari atau Dua Belas Imam. Perbedaan tentang siapa yang menjadi Imam setelahnya menjadikan syiah Ismailiyah berbeda pandangan dengan syiah Dua Belas Imam.

Kelahiran dan kehidupan keluarga

Kelahiran

Ia dilahirkan di Madinah pada tanggal 17 Rabiul Awwal 83 Hijriyah atau kurang lebih pada tanggal 20 April 702 Masehi. Ia merupakan anak sulung dari Muhammad al-Baqir, sedangkan ibunya bernama Fatimah (beberapa riwayat menyatakan Ummu Farwah) binti al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar. Melalui garis ibu, ia dua kali merupakan keturunan Abu Bakar, karena al-Qasim menikahi putri pamannya, Abdurahman bin Abu Bakar. Ia dilahirkan pada masa pemerintahan Abdul-Malik bin Marwan, dari Bani Umayyah.

Keluarga

Ia memiliki saudara satu ibu yang bernama Abdullah bin Muhammad. Sedangkan saudara lainnya yang berlainan ibu adalah Ibrahim dan Ubaydullah yang beribukan Umm Hakim binti Asid bin al-Mughirah. Ali dan Zaynab beribukan wanita hamba sahaya, dan Umm Salamah yang beribukan wanita hamba pula.

Keturunan

Anak laki-laki

Memiliki keturunan selanjutnya:[1]

  1. Isma'il al-Aaraj (Imam ke-7 menurut Ismailiyah)
  2. Musa al-Kadzim (Imam ke-7 menurut Dua Belas Imam)
  3. Ishaq al-Mu'taman[1]
  4. Muhammad al-Dibaj, yang mendeklarasikan dirinya sebagai Amirul Mukminin setelah Salat Jumat pada tanggal 6 Rabiul akhir 200 Hijriyah, dan kemudian berperang melawan Khalifah Abbasiyah pada saat itu, al-Ma'mun, tetapi dengan cepat ia tertangkap dan dibawa ke Khurasan.[2]
    1. Qasim[3]
      1. Abdullah
      2. Yahya
    2. Ali[4]
  5. Ali al-Uraidhi, menetap di kota Uraidh dekat Madinah.

Tidak memiliki keturunan selanjutnya:[1]

  1. Abdullah al-Afthah
  2. Abbas
  3. Yahya
  4. Muhsin
  5. Ja'far
  6. Hasan
  7. Muhammad al-Ashgar

Anak perempuan

  1. Fatimah binti Ja'far
  2. Asma binti Ja'far
  3. Ummu Farwah binti Ja'far

Kehidupan awal

Sejak kecil hingga berusia sembilan belas tahun, ia dididik langsung oleh ayahnya. Setelah kepergian ayahnya yang syahid pada tahun 114 H, ia menggantikan posisi ayahnya sebagai Imam bagi kalangan Syi'ah.

Pada masa remajanya, Ja'far ash-Shadiq, turut menyaksikan kejahatan dinasti Bani Umayyah seperti Al-Walid I (86-89 H) dan Sulaiman (96-99 H). Kedua-dua bersaudara inilah yang terlibat dalam konspirasi untuk meracuni Ali Zainal Abidin, pada tahun 95 Hijriyah. Saat itu Ja'far ash-Shadiq baru berusia kira-kira 12 tahun. Ia juga dapat menyaksikan keadilan Umar II (99-101 H). Pada masa remajanya Ja'far ash-Shadiq menyaksikan puncak kekuasaan dan kejatuhan dari Bani Umayyah.

Meninggalnya

Ia meninggal pada tanggal 25 Syawal 148 Hijriyah atau kurang lebih pada tanggal 4 Desember 765 Masehi di Madinah, menurut riwayat dari kalangan Syi'ah, dengan diracun atas perintah Khalifah Mansur al-Dawaliki dari Bani Abbasiyah.

Mendengar berita meninggalnya Ja'far ash-Shadiq, Al-Mansur menulis surat kepada gubernur Madinah, memerintahkannya untuk pergi ke rumah Imam dengan dalih menyatakan belasungkawa kepada keluarganya, meminta pesan-pesan Imam dan wasiatnya serta membacanya. Siapapun yang dipilih oleh Imam sebagai pewaris dan penerus harus dipenggal kepalanya seketika. Tentunya tujuan Al-Mansur adalah untuk mengakhiri seluruh masalah keimaman dan aspirasi kaum Syi'ah. Ketika gubernur Madinah melaksanakan perintah tersebut dan membacakan pesan terakhir dan wasiatnya, ia mengetahui bahwa Imam telah memilih empat orang dan bukan satu orang untuk melaksanakan amanat dan wasiatnya yang terakhir; yaitu khalifah sendiri, gubernur Madinah, Abdullah Aftah putranya yang sulung, dan Musa al-Kadzim putranya yang bungsu. Dengan demikian rencana Al-Mansur menjadi gagal.

Ia dimakamkan di pekuburan Baqi', Madinah, berdekatan dengan Hasan bin Ali, Ali Zainal Abidin, dan ayahnya Muhammad al-Baqir.

Masa keimaman

Situasi politik pada zaman itu sangat menguntungkannya, sebab di saat itu terjadi pergolakan politik di antara dua kelompok yaitu Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah yang saling berebut kekuasaan. Dalam situasi politik yang labil inilah Ja'far ash-Shadiq mampu menyebarkan dakwah syiah dengan lebih leluasa. Dakwah yang dilakukannya meluas ke segenap penjuru, sehingga digambarkan muridnya berjumlah empat ribu orang, yang terdiri dari para ulama, para ahli hukum dan bidang lainnya seperti, Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, di Eropa dikenal dengan nama Geber, seorang ahli matematika dan kimia, Hisyam bin al-Hakam, Mu'min Thaq seorang ulama yang disegani, al-Qodi As-Sukuni, dan lain-lain.

Di zaman Imam Ja'far, terjadi pergolakan politik dimana rakyat sudah jenuh berada di bawah kekuasaan Bani Umayyah dan muak melihat kekejaman dan penindasan yang mereka lakukan selama ini. Situasi yang kacau dan pemerintahan yang mulai goyah dimanfaatkan oleh Bani Abbasiyah yang juga berambisi kepada kekuasaan. Kemudian mereka berkampanye dengan berkedok sebagai "para penuntut balas dari Bani Hasyim".

Bani Umayyah akhirnya tumbang dan Bani Abbasiyah mulai membuka kedoknya serta merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Kejatuhan Bani Umayyah serta munculnya Bani Abbasiyah membawa babak baru dalam sejarah. Selang beberapa waktu, ternyata Bani Abbasiyah memusuhi syiah dan membunuh pengikutnya. Imam Ja'far juga tidak luput dari sasaran pembunuhan. Pada 25 Syawal 148 H, Al-Mansur membuat Imam meninggal dengan meracunnya.

"Imam Ja'far bin Muhammad, putra Imam kelima, lahir pada tahun 83 H/702 M. Dia wafat pada tahun 148 H/757 M, dan menurut riwayat kalangan Syi'ah diracun dan dibunuh karena intrik Al-Mansur, khalifah Bani Abbasiyah. Setelah ayahnya wafat dia menjadi Imam keenam atas fatwa para pendahulunya." [5]

Perkembangan Mazhab Dua Belas Imam

Perkembangan pesat Mazhab Dua Belas Imam

Selama masa keimaman Ja'far ash-Shadiq inilah, Syi'ah Dua Belas Imam atau dikenal juga Imamiah mengalami kesempatan yang lebih besar dan iklim yang menguntungkan baginya untuk mengembangkan ajaran-ajaran agama. Ini dimungkinkan akibat pergolakan di berbagai negeri, terutama bangkitnya kaum Muswaddah untuk menggulingkan kekhalifahan Bani Umayyah, dan perang berdarah yang akhirnya membawa keruntuhan dan kemusnahan Bani Umayyah. Kesempatan yang lebih besar bagi ajaran Syi'ah juga merupakan hasil dari landasan yang menguntungkan, yang diciptakan Imam ke-5 selama 20 tahun masa keimamannya melalui pengembangan ajaran syiah. Sampai sekarang pun agama Syi'ah Imamiah juga dikenal dengan agama Ja'fari.

Murid-murid Ja'far ash-Shadiq

Imam telah memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan berbagai pengetahuan keagamaan sampai saat terakhir dari keimamannya yang bersamaan dengan akhir Bani Umayyah dan awal dari kekhalifahan Bani Abbasiyah. Ia mendidik banyak sarjana dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan aqliah (intelektual) dan naqliah (agama) seperti:

  • Zararah,
  • Muhammad bin Muslim,
  • Mukmin Thaq,
  • Hisyam bin Hakam,
  • Aban bin Taghlib,
  • Hisyam bin Salim,
  • Huraiz,
  • Hisyam Kaibi Nassabah, dan
  • Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, ahli kimia. (di Eropa dikenal dengan nama Geber)

Jumlah hadis yang terkumpul dari Imam ke-5 dan ke-6, lebih banyak dari seluruh hadis yang pernah dicatat dari Imam lainnya.

Sasaran dari khalifah yang berkuasa

Tetapi menjelang akhir hayatnya, ia menjadi sasaran pembatasan-pembatasan yang dibuat atas dirinya oleh Al-Mansur, khalifah Bani Abbasiyah, yang memerintahkan penyiksaan dan pembunuhan yang kejam terhadap pengikut syiah, yang merupakan penganut agama Syi'ah, hingga tindakan-tindakannya bahkan melampaui kekejaman Bani Umayyah. Atas perintahnya mereka ditangkap dalam kelompok-kelompok, beberapa dan mereka dibuang dalam penjara yang gelap dan disiksa sampai mati, sedangkan yang lain dipancung atau dikubur hidup-hidup atau ditempatkan di bawah atau di antara dinding-dinding yang dibangun di atas mereka.

Penangkapannya

Hisyam, khalifah Bani Umayyah, telah memerintahkan untuk menangkap Imam ke-6 dan dibawa ke Damaskus. Belakangan, Imam ditangkap oleh As-Saffah, khalifah Bani Abbasiyah dan dibawa ke Iraq. Akhirnya Al-Mansur menangkapnya lagi dan dibawa ke Samarra, Iraq untuk diawasi dan dengan segala cara mereka melakukan tindakan lalim dan kurang hormat dan berkali-kali merencanakan untuk membunuhnya. Kemudian Imam diizinkan kembali ke Madinah, di mana dia menghabiskan sisa hidupnya di Madinah, sampai dia diracun dan dibunuh melalui upaya rahasia Al-Mansur.

Riwayat mengenai Ja'far ash-Shadiq

Imam Ja'far ash-Shadiq sering berkata

"Hadis-hadis yang aku keluarkan adalah hadis-hadis dari bapakku. Hadis-hadis dari bapakku adalah dari kakekku. Hadis-hadis dari kakekku adalah dari Ali bin Abi Thalib, Amirul Mu'minin. Hadis-hadis dari Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib adalah hadis-hadis dari Rasulullah SAW dan hadis-hadis dari Rasulullah SAW adalah wahyu Allah Azza Wa Jalla." [6]

Referensi

  1. ^ a b c Nasab Ahlul-Bait Nabi dari Keluarga Alawiyyin
  2. ^ http://www.ansar.org/english/alkatib/6.htm
  3. ^ Muqarnas: An Annual on Islamic Art and Architecture Halaman 43
  4. ^ Biography Sayyid al-Dibaji
  5. ^ Thabathaba'i dalam "Syiah (Asal-Usul dan Perkembangannya), hal. 233-234-235
  6. ^ Al-Kulaini,al-Kafi, Juzuk I, hadith 154-14

Pranala luar

Anekdot

Seseorang pernah sekali meminta Ja'far untuk memperlihatkan Tuhan kepadanya. Imam berkata, "Lihat ke Matahari!" Orang itu berkata bahwa ia tidak dapat melihat matahari karena terlalu terang. Ja'far berkata, "Kalau kamu tidak dapat melihat yang diciptakan, bagaimana kamu merasa dapat melihat Pencipta?"