Lompat ke isi

Daftar sultan Utsmaniyah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:
| royal_title = [[Sultan]]
| royal_title = [[Sultan]]
| border = imperial
| border = imperial
| realm = [[Kesultanan Utsmaniyah]]
| realm = [[Kesultanan Utsmaniyah|Utsmaniyah]]
| coatofarms = Osmanli-nisani.svg
| coatofarms = Osmanli-nisani.svg
| coatofarmssize =
| coatofarmssize =
Baris 9: Baris 9:
| caption = [[Suleiman I]] (1520–1566)
| caption = [[Suleiman I]] (1520–1566)
| first_monarch = [[Osman I|Osman Gazi]]
| first_monarch = [[Osman I|Osman Gazi]]
| first_monarch-type= Pemimpin pertama
| last_monarch = [[Mehmed VI]]
| last_monarch = [[Mehmed VI]]
| last_monarch-type = Penguasa terakhir
| style = '''Sapaan''':<br>''Hünkarım'' (Baginda)<br>''Padişah efendim'' (Tuanku Kaisar)<br>''Sultanım'' (Sultanku)
| style = '''Sapaan''':<br>''Hünkarım'' (Baginda)<br>''Padişah efendim'' (Tuanku Kaisar)<br>''Sultanım'' (Sultanku)
| residence = *[[Istana Topkapı]] (1460an–1853)<br>*[[Istana Dolmabahçe]] (1853–1889; 1909-1922)<br>*[[Istana Yıldız]] <br>(1889–1909)
| residence = *[[Istana Topkapı]] (1460an–1853)<br>*[[Istana Dolmabahçe]] (1853–1889; 1909-1922)<br>*[[Istana Yıldız]] <br>(1889–1909)
| appointer = [[Garis suksesi tahta Utsmaniyah|Turun-temurun]]
| appointer =
| began = 27 Juli 1299
| began = 27 Juli 1299
| ended = 1 November 1922
| ended = 1 November 1922
Baris 18: Baris 20:
Para sultan [[Wangsa Utsmaniyah]] menguasai wilayah kekuasaan transkontinental yang sangat luas mulai dari tahun 1299 hingga 1922. Pada puncak kejayaannya, [[Kesultanan Utsmaniyah]] berkuasa mulai dari [[Hongaria]] hingga ke bagian utara [[Somalia]] di sebelah selatan, dan dari [[Aljazair]] di sebelah barat hingga [[Irak]] di sebelah timur. Ibukotanya mula-mula adalah [[Bursa]] di [[Anatolia]], kemudian dipindahkan ke [[Edirne]] pada tahun 1366 dan ke [[Konstantinopel]] atau [[Istanbul]] pada tahun 1453 setelah [[Kejatuhan Konstantinopel]] [[Kekaisaran Bizantium]]<ref>[[#Sta01|Stavrides 2001]], p. 21</ref>
Para sultan [[Wangsa Utsmaniyah]] menguasai wilayah kekuasaan transkontinental yang sangat luas mulai dari tahun 1299 hingga 1922. Pada puncak kejayaannya, [[Kesultanan Utsmaniyah]] berkuasa mulai dari [[Hongaria]] hingga ke bagian utara [[Somalia]] di sebelah selatan, dan dari [[Aljazair]] di sebelah barat hingga [[Irak]] di sebelah timur. Ibukotanya mula-mula adalah [[Bursa]] di [[Anatolia]], kemudian dipindahkan ke [[Edirne]] pada tahun 1366 dan ke [[Konstantinopel]] atau [[Istanbul]] pada tahun 1453 setelah [[Kejatuhan Konstantinopel]] [[Kekaisaran Bizantium]]<ref>[[#Sta01|Stavrides 2001]], p. 21</ref>
<!--The Ottoman Empire's [[Rise of the Ottoman Empire|early years]] have been the subject of varying narratives due to the difficulty of discerning fact from legend; nevertheless, most modern scholars agree that the empire came into existence around 1299 and that its first ruler was [[Osman I]] [[Khan (title)|Khan]] (leader) of the [[Kayı tribe]] of the [[Oghuz Turks]].<ref>[[#Gla96|Glazer 1996]], "The Ottoman Empire"</ref> The Ottoman Dynasty he founded was to endure for six centuries through the reigns of 36 sultans. The Ottoman Empire disappeared as a result of the defeat of the [[Central Powers]] with whom it had allied itself during [[World War I]]. The [[Partitioning of the Ottoman Empire|partitioning of the empire]] by the victorious [[Allies of World War I|Allies]] and the ensuing [[Turkish War of Independence]] led to the birth of the modern [[Turkey|Republic of Turkey]].<ref>[[#Gla96|Glazer 1996]], "War of Independence"</ref>--><ref>[[#Qua05|Quataert 2005]], p. 91</ref> Pada tahun 1617, hukum pergantian keturunan dalam Kesultanan ini diubah dari "siapa yang kuat akan menang" menjadi suatu sistem yang didasarkan atas tingkat senioritas ''agnatik'' (''ekberiyet''), yaitu tahta akan diteruskan oleh laki-laki tertua dalam keluarga. Ini menyebabkan sejak abad ke-17 sultan yang meninggal jarang digantikan oleh putranya, tetapi biasanya oleh seorang paman atau saudara laki-laki.<ref>[[#Qua05|Quataert 2005]], p. 92</ref> Sistem "senioritas agnatik" (''agnatic seniority'') dipertahankan sampai pembubaran kesultanan, meskipun pada abad ke-19 ada usaha yang gagal untuk mengganti dengan sistem "primogeniture" (keturunan tertua).<ref>[[#Kar05|Karateke 2005]], pp. 37–54</ref>
<!--The Ottoman Empire's [[Rise of the Ottoman Empire|early years]] have been the subject of varying narratives due to the difficulty of discerning fact from legend; nevertheless, most modern scholars agree that the empire came into existence around 1299 and that its first ruler was [[Osman I]] [[Khan (title)|Khan]] (leader) of the [[Kayı tribe]] of the [[Oghuz Turks]].<ref>[[#Gla96|Glazer 1996]], "The Ottoman Empire"</ref> The Ottoman Dynasty he founded was to endure for six centuries through the reigns of 36 sultans. The Ottoman Empire disappeared as a result of the defeat of the [[Central Powers]] with whom it had allied itself during [[World War I]]. The [[Partitioning of the Ottoman Empire|partitioning of the empire]] by the victorious [[Allies of World War I|Allies]] and the ensuing [[Turkish War of Independence]] led to the birth of the modern [[Turkey|Republic of Turkey]].<ref>[[#Gla96|Glazer 1996]], "War of Independence"</ref>--><ref>[[#Qua05|Quataert 2005]], p. 91</ref> Pada tahun 1617, hukum pergantian keturunan dalam Kesultanan ini diubah dari "siapa yang kuat akan menang" menjadi suatu sistem yang didasarkan atas tingkat senioritas ''agnatik'' (''ekberiyet''), yaitu tahta akan diteruskan oleh laki-laki tertua dalam keluarga. Ini menyebabkan sejak abad ke-17 sultan yang meninggal jarang digantikan oleh putranya, tetapi biasanya oleh seorang paman atau saudara laki-laki.<ref>[[#Qua05|Quataert 2005]], p. 92</ref> Sistem "senioritas agnatik" (''agnatic seniority'') dipertahankan sampai pembubaran kesultanan, meskipun pada abad ke-19 ada usaha yang gagal untuk mengganti dengan sistem "primogeniture" (keturunan tertua).<ref>[[#Kar05|Karateke 2005]], pp. 37–54</ref>

== Status ==
[[Kesultanan Utsmaniyah]] adalah monarki mutlak pada hampir sepanjang sejarahnya. Pemimpin Utsmaniyah berada di puncak hierarki dan sebagai pemimpin politik, militer, kehakiman, sosial, dan keagamaan yang tercermin dalam berbagai gelar yang disandangnya. Secara teori, pemimpin Utsmaniyah hanya bertanggung jawab kepada Allah dan syariat-Nya yang mana dia adalah pelaksana dari syariat tersebut.

Meski pemimpin Utsmaniyah secara teori adalah pemimpin absolut, pada kenyataannya, pengaruhnya terbatas pada beberapa hal. Keputusannya sangat dipengaruhi oleh [[Wangsa Utsmaniyah|anggota penting dinasti]], para pejabat, pihak militer, dan pemuka agama.<ref name="Ottoman Institutions">[[#Gla96|Glazer 1996]], "Ottoman Institutions"</ref> Mulai akhir abad keenam belas, sebagian besar kewenangan pemimpin Utsmaniyah dalam pemerintahan mulai dialihkan kepada wazir agung (setara perdana menteri). Para wanita dalam harem istana, biasanya ibu suri ([[valide sultan]]) atau permaisuri ([[haseki sultan]]) juga menjadi salah satu pihak paling berpengaruh dalam memandu kebijakan pemimpin Utsmaniyah. Pada masa yang disebut sebagai [[Kesultanan Wanita]], para wanita harem bahkan memiliki pengaruh sangat besar dalam pemerintahan dan menjadi penguasa dari balik tirai.<ref>{{cite web | first = Leslie | last = Peirce | authorlink = Leslie P. Peirce | title = The sultanate of women | url = http://www.channel4.com/history/microsites/H/history/e-h/harem.html | archiveurl = https://web.archive.org/web/20071203045546/http://www.channel4.com/history/microsites/H/history/e-h/harem.html | publisher = [[Channel 4]] | archivedate = 2007-12-03 | accessdate = 2009-04-18}}</ref>


== Gelar ==
== Gelar ==
Para pemimpin Utsmaniyah menyandang berbagai gelar yang tiap-tiap gelar memiliki makna tersendiri. Beberapa gelar tersebut antara lain 'sultan', 'khan', 'padişah', dan 'khalifah'.


=== Sebagai kepala negara ===
=== Sebagai kepala negara ===
[[Berkas:Imperial_standard_of_the_Ottoman_Sultan.svg|kiri|jmpl|240x240px|Standard Kesultanan Utsmaniyah]]
Meskipun daftar Sultan Utsmaniyah selalu dimulai dari Osman I yang merupakan bapak dari [[Wangsa Utsmaniyah]], gelar sultan baru secara resmi disandang pada masa Murad I, cucu Osman, yang berkuasa 1362 sampai 1389. Dua pemimpin Utsmaniyah sebelumnya, Osman dan Orhan, menggunakan gelar ''bey'', gelar Turki yang dapat disejajarkan dengan adipati.
Meskipun daftar Sultan Utsmaniyah selalu dimulai dari Osman I yang merupakan bapak dari [[Wangsa Utsmaniyah]], gelar sultan baru secara resmi digunakan pada masa Murad I, cucu Osman, yang berkuasa 1362 sampai 1389. Dua pemimpin Utsmaniyah sebelumnya, Osman dan Orhan, menggunakan gelar ''bey'', gelar Turki yang dapat disejajarkan dengan adipati.


Di Indonesia dan Barat, pemimpin Utsmaniyah lebih dikenal dengan 'sultan'. Sultan adalah gelar pemimpin Islam yang berasal dari bahasa Arab yang bermakna "kewenangan" atau "kekuatan". Gelar ini mulai digunakan pada masa [[Kekhalifahan Abbasiyah]] dan perlahan digunakan untuk berbagai pemimpin Muslim berdaulat.Kedudukan gelar sultan lebih tinggi dari 'amir' dan tidak dapat dibandingkan dengan 'malik', gelar bahasa Arab untuk [[Raja (gelar)|raja]].
Di Indonesia dan Barat, pemimpin Utsmaniyah lebih dikenal dengan 'sultan'. Sultan adalah gelar pemimpin Islam yang berasal dari bahasa Arab yang bermakna "kewenangan" atau "kekuatan". Gelar ini mulai digunakan pada masa [[Kekhalifahan Abbasiyah]] dan perlahan digunakan untuk berbagai pemimpin Muslim berdaulat.Kedudukan gelar sultan lebih tinggi dari 'amir' dan tidak dapat dibandingkan dengan 'malik', gelar bahasa Arab untuk [[Raja (gelar)|raja]]. Sejak abad keenam belas, gelar sultan tidak hanya digunakan oleh pemimpin Kesultanan Utsmaniyah, tetapi juga semua anggota [[Wangsa Utsmaniyah]], juga permaisuri dan ibu suri, dengan laki-laki menggunakan gelar sultan di depan namanya, sedangkan wanita di belakang namanya. Misalnya, Şehzade Sultan Mehmed dan Mihrimah Sultan, putra dan putri Sultan Suleiman Al Qanuni. Penggunaan ini menegaskan konsep Utsmani terkait kekuasaan sebagai kewenangan keluarga.<ref name=":0">{{Cite book|title = The Imperial Harem: Women and Sovereignty in the Ottoman Empire|last = Peirce|first = Leslie P.|publisher = Oxford University Press, Inc.|year = 1993|isbn = 0-19-507673-7|location = New York|pages = }}</ref>


Bersama sultan, para pemimpin Utsmaniyah juga menggunakan gelar khan di belakang namanya (misal, Sultan Suleiman Khan). Khan adalah gelar bagi pemimpin bangsa Turki yang berasal dari Asia Tengah. Salah satu tokoh terkenal yang juga menggunakan gelar ini adalah [[Jengis Khan]]. Penggunaan gelar ini menunjukkan keterikatan Utsmaniyah dengan para pendahulu mereka yang berasal dari Asia Tengah.<ref name=":0"></ref>
Gelar yang sering digunakan di kalangan masyarakat Utsmaniyah sendiri adalah ''padişah'' (پادشاه) yang berarti '[[kaisar]]'. Hal ini sebagai pernyataan bahwa status Utsmaniyah berada di atas kerajaan sebagaimana status kaisar berada di atas raja. Gelar ini diadopsi dari bahasa Persia. Gelar ini mulai digunakan oleh Sultan [[Mehmed II]].

Gelar yang sering digunakan di kalangan masyarakat Utsmaniyah sendiri untuk merujuk pemimpin mereka adalah ''padişah'' (پادشاه)<ref>{{cite magazine | last = M'Gregor | first = J. |date=July 1854 | title = The Race, Religions, and Government of the Ottoman Empire |magazine=The Eclectic Magazine of Foreign Literature, Science, and Art | volume = 32 |page=376 | publisher = Leavitt, Trow, & Co. | location = New York | oclc = 6298914 | url = https://books.google.com/?id=1MYRAAAAYAAJ&printsec=toc#PPA376,M1 | accessdate = 2009-04-25}}</ref> yang berarti '[[kaisar]]'. Hal ini sebagai pernyataan bahwa status Utsmaniyah berada di atas kerajaan sebagaimana status kaisar berada di atas raja. Gelar ini diadopsi dari bahasa Persia dan mulai digunakan pada masa Sultan [[Mehmed II]].


Setelah penaklukan Konstantinopel pada 1453, Sultan Mehmed II juga menyandang gelar ''Kaysar-i-Rûm'' atau 'Kaisar Romawi'. Gelar ini menyatakan bahwa para pemimpin Utsmaniyah adalah pewaris dari Kekaisaran Romawi. Sultan Mehmed II juga menyatakan dirinya sebagai pelindung bagi Gereja Ortodoks.
Setelah penaklukan Konstantinopel pada 1453, Sultan Mehmed II juga menyandang gelar ''Kaysar-i-Rûm'' atau 'Kaisar Romawi'. Gelar ini menyatakan bahwa para pemimpin Utsmaniyah adalah pewaris dari Kekaisaran Romawi. Sultan Mehmed II juga menyatakan dirinya sebagai pelindung bagi Gereja Ortodoks.

Semua gelar kepala negara ini terus dipegang pemimpin Wangsa Utsmaniyah sampai dibubarkannya [[Kesultanan Utsmaniyah]] pada tahun 1922.

=== Sebagai pemimpin dunia Islam ===
Pemimpin Utsmaniyah juga menyandang gelar [[khalifah]] yang merupakan gelar bagi pemimpin dunia Islam. Gelar ini mulai diklaim oleh Murad I, meski pada saat itu Wangsa Abbasiyah yang berada dalam perlindungan Kesultanan Mamluk Mesir masih menyandang gelar khalifah secara resmi. Setelah penaklukan Kesultanan Mamluk oleh Utsmaniyah pada tahun 1517 di masa Sultan Selim I, Wangsa Abbasiyah menyerahkan gelar khalifah kepada pemimpin Utsmaniyah. Dengan ini, pemimpin Utsmaniyah secara simbolis berperan sebagai pemimpin dunia Islam, meski bukan pemimpin dalam artian kepala negara seluruh dunia Islam karena semua negara Islam memiliki pemimpin berdaulatnya sendiri.

Pada keberjalanannya, gelar khalifah tidak digunakan oleh pemimpin Utsmaniyah hampir selama dua abad sampai Utsmaniyah kalah perang dengan [[Kekaisaran Rusia]] yang saat itu dipimpin oleh [[Yekaterina II dari Rusia|Maharani Yekaterina II]]. Dalam Perjanjian Küçük Kaynarca (1774) antara Utsmaniyah dengan Rusia, pemimpin Utsmaniyah kemudian menggunakan statusnya sebagai khalifah (bukan sebagai sultan) untuk menegaskan kepemimpinan relijiusnya atas umat Muslim di Rusia.<ref>{{cite encyclopedia | editor = Glassé, Cyril | encyclopedia = The New Encyclopedia of Islam | title = Ottomans | url = https://books.google.com/books?id=focLrox-frUC&printsec=frontcover#PPA349,M1 | accessdate = 2009-05-02 | year = 2003 | publisher = AltaMira Press | location = Walnut Creek, CA | isbn = 978-0-7591-0190-6 | oclc = 52611080 | pages = 349–351}}</ref> Ini adalah pertama kalinya di masa Utsmaniyah, gelar khalifah digunakan di luar batas Kesultanan Utsmaniyah dan diakui oleh pihak Eropa.<ref name="Cambridge">{{cite book |title=The Cambridge History of Islam I: The Central Islamic Lands |year=1970 |publisher=Cambridge University Press |language=tr}}</ref> Gelar ini lebih sering digunakan dan lebih nyata pengaruhnya pada masa Sultan Abdul Hamid II yang berusaha menyatukan dunia Islam untuk melawan pengaruh Barat yang semakin menguat. Dengan statusnya sebagai khalifah, Abdul Hamid II meminta pihak [[Kesultanan Sulu]] untuk tunduk dengan kekuasaan Amerika demi menghindari konflik yang lebih besar antara Barat dan Islam.<ref name="Akyol2011">{{cite book|author=Mustafa Akyol|title=Islam without Extremes: A Muslim Case for Liberty|url=https://books.google.com/books?id=2mRXt7NtFhEC&pg=PA159&dq=Straus+Sulu+Ottoman&hl=en&sa=X&ei=cmQZU8hTpvDRAebrgJgM&ved=0CEQQ6AEwAw#v=onepage&q=Straus%20Sulu%20Ottoman&f=false|date=18 July 2011|publisher=W. W. Norton|isbn=978-0-393-07086-6|pages=159–}}</ref> Kerjasama yang tercipta antara angkatan bersenjata Amerika dan Kesultanan Sulu tidak lain adalah bujukan Khalifah Utsmaniyah kepada pihak Kesultanan Sulu.<ref name="Moskin2013">{{cite book|author=J. Robert Moskin|title=American Statecraft: The Story of the U.S. Foreign Service|url=https://books.google.com/books?id=pc5FAQAAQBAJ&pg=PA204&dq=Straus+Sulu+Ottoman&hl=en&sa=X&ei=cmQZU8hTpvDRAebrgJgM&ved=0CEoQ6AEwBA#v=onepage&q=Straus%20Sulu%20Ottoman&f=false|date=19 November 2013|publisher=St. Martin's Press|isbn=978-1-250-03745-9|pages=204–}}</ref>

Setelah Kesultanan Utsmaniyah dibubarkan pada 1922, pemimpin [[Wangsa Utsmaniyah]] masih mempertahankan gelar khalifahnya selama dua tahun sampai kemudian lembaga kekhalifahan juga dibubarkan pada 1924. Dengan ini, Wangsa Utsmaniyah adalah keluarga besar terakhir yang menyandang gelar khalifah.


== Daftar sultan ==
== Daftar sultan ==
[[Berkas:Imperial_standard_of_the_Ottoman_Sultan.svg|kiri|jmpl|240x240px|Bendera Kesultanan Utsmaniyah]]
Tabel di bawah ini berisi informasi para sultan Utsmaniyah, juga kalifah Utsmaniyah, diurutkan berdasarkan kronologi. [[Tughra]] adalah lambang atau tanda kaligrafi yang digunakan oleh para sultan Utsmaniyah yang dituliskan pada semua dokumen resmi dan uang koin, dan lebih melambangkan sang sultan daripada portret sang sultan. Kolom "Catatan" berisi informasi mengenai orangtua dan nasib tiap sultan. Bila pemerintahan seorang sultan tidak berakhir dengan kematian wajar, alasannya ditandai dengan cetak tebal.<!--For earlier rulers, there is usually a time gap between the moment a sultan's reign ended and the moment his successor was enthroned. This is because the Ottomans in that era practiced what historian Quataert has described as "[[survival of the fittest]], not eldest, son": when a sultan died, his sons had to fight each other for the throne until a victor emerged. Because of the infighting and numerous [[Fratricide|fratricides]] that occurred, a sultan's death date therefore did not always coincide with the accession date of his successor.-->
Tabel di bawah ini berisi informasi para sultan Utsmaniyah, juga kalifah Utsmaniyah, diurutkan berdasarkan kronologi. [[Tughra]] adalah lambang atau tanda kaligrafi yang digunakan oleh para sultan Utsmaniyah yang dituliskan pada semua dokumen resmi dan uang koin, dan lebih melambangkan sang sultan daripada portret sang sultan. Kolom "Catatan" berisi informasi mengenai orangtua dan nasib tiap sultan. Bila pemerintahan seorang sultan tidak berakhir dengan kematian wajar, alasannya ditandai dengan cetak tebal.<!--For earlier rulers, there is usually a time gap between the moment a sultan's reign ended and the moment his successor was enthroned. This is because the Ottomans in that era practiced what historian Quataert has described as "[[survival of the fittest]], not eldest, son": when a sultan died, his sons had to fight each other for the throne until a victor emerged. Because of the infighting and numerous [[Fratricide|fratricides]] that occurred, a sultan's death date therefore did not always coincide with the accession date of his successor.-->
{| class="wikitable" style="width:100%; text-align:center;" border="1"
{| class="wikitable" style="width:100%; text-align:center;" border="1"
Baris 536: Baris 555:
atau
atau
''Kesatuan [[Islam]])''</small>
''Kesatuan [[Islam]])''</small>
| [[Berkas:Sultan Mehmed VI of the Ottoman Empire.jpg|80px|Potret Mehmed VI]]
|
| 4 Juli 1918
| 4 Juli 1918
| 1 November 1922
| 1 November 1922
Baris 551: Baris 570:
| [[Abd-ul-Mejid II]]<br /><small>''HALİFE''
| [[Abd-ul-Mejid II]]<br /><small>''HALİFE''
''[[Kekhalifahan Utsmaniyah|(Khalifah Islam Utsmaniyah Terakhir)]]''</small>
''[[Kekhalifahan Utsmaniyah|(Khalifah Islam Utsmaniyah Terakhir)]]''</small>
| [[Berkas:Portrait of Abdülmecid II in Topkapı Saray Museum.jpg|80px|Potret Abd-ul-Mejid II]]
| [[Berkas:Portrait Caliph Abdulmecid II.jpg|80px|Potret Abd-ul-Mejid II]]
| 18 November 1922
| 18 November 1922
| 3 Maret 1924
| 3 Maret 1924
Baris 564: Baris 583:
== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Kesultanan Utsmaniyah]]
* [[Kesultanan Utsmaniyah]]
* [[Dinasti Utsmaniyah]] <!--
* [[Wangsa Utsmaniyah]]
* [[Valide Sultan]]
*[[Line of succession to the Ottoman throne]]
*[[Ottoman Emperors family tree]]
*[[Ottoman family tree]] (more detailed)
*[[Tughra|Tuğra-Sultan's Signature]]
*[[List of Valide Sultans]]
*[[List of Ottoman Grand Viziers]]
*[[List of admirals in the Ottoman Empire]]
*[[List of Ottoman Kaptan Pashas]]

==Catatan penjelas==
<div class="references-small">
:'''a'''{{note label|Titles||1}}{{note label|Titles||2}}: The [[Ottoman titles|full style]] of the Ottoman ruler was complex, as it was composed of several titles and evolved over the centuries. The title of [[sultan]] was used continuously by all rulers almost from the beginning. However, because it was widespread in the Muslim world, the Ottomans quickly adopted variations of it to dissociate themselves from other Muslim rulers of lesser status. [[Murad I]], the third Ottoman monarch, styled himself ''sultan-i azam'' (the most exalted sultan) and ''hüdavendigar'' (emperor), titles used by the Anatolian [[Seljuq dynasty|Seljuqs]] and the Mongol [[Ilkhanate|Ilkhanids]] respectively. His son [[Bayezid I]] adopted the style ''Sultan of Rûm'', [[Rûm]] being an old islamic name for Anatolia. The combining of the Islamic and Central Asian heritages of the Ottomans led to the adoption of the title that became the standard designation of the Ottoman ruler: ''Sultan [Name] Khan''.<ref>[[#Pei93|Peirce 1993]], pp. 158–159</ref> Ironically, although the title of sultan is most often associated in the [[Western world]] with the Ottomans, people within Turkey generally use the title of ''[[padishah]]'' far more frequently when referring to rulers of the Ottoman Dynasty.<ref>{{cite journal | last = M'Gregor | first = J. | year = 1854 | month = July | title = The Race, Religions, and Government of the Ottoman Empire | journal = The Eclectic Magazine of Foreign Literature, Science, and Art | volume = 32 | pages = p. 376 | publisher = Leavitt, Trow, & Co. | location = New York | oclc = 6298914 | url = http://books.google.com/?id=1MYRAAAAYAAJ&printsec=toc#PPA376,M1 | accessdate = 2009-04-25}}</ref> The full style of the Ottoman sultan once the empire's frontiers had stabilized became:<ref>{{cite web | url = http://www.theottomans.org/english/family/index.asp | title = The Ottomans History | accessdate = 2009-02-06 | last = Ozgen | first = Korkut | publisher = TheOttomans.org | archiveurl = http://web.archive.org/web/20080111092617/http://www.theottomans.org/english/family/index.asp | archivedate = 2008-01-11}}</ref><blockquote>"Sovereign of [[Ottoman Dynasty|The Osman Family]], [[Sultan of Sultans|Sultan es Selatin]] (Sultan of Sultans), [[Khagan|Khakhan]] (Khan of the Khans), [[Ottoman Caliphate|Caliph of the Faithful]], Servant of the Cities of [[Mecca]], [[Medina]] and [[Jerusalem#Ottoman rule|Kouds]] (Jerusalem), [[Padishah]] of The Three Cities of [[History of Istanbul#Ottoman Empire|Istanbul]] (Constantinople), [[Edirne]] (Adrianople) and [[Bursa]], and of the Cities of [[Damascus#The Ottoman conquest|Châm]] (Damascus) and [[Egypt Province, Ottoman Empire|Misr]] (Egypt), of all [[Azerbaijan]], of Mägris, of [[Barqah|Barkah]], of [[Kairouan]], of [[Aleppo|Alep]], of [[History of Iraq#Ottoman Iraq and Mamluk rule|Iraq]], of [[Arabian Peninsula|Arabia]] and of [[Ajim]], of [[Basra Vilayet|Basra]], of [[Al-Hasa|El Hasa]], of Dilen, of [[Ar-Raqqah|Raka]], of [[Mosul Vilayet|Mosul]], of [[Parthia]], of [[Diyâr-ı Bekr Vilayet|Diyarbakir]], of [[Cilicia#Ottoman Empire|Cilicia]], of the [[Wilayah|Vilayets]] of [[Erzurum Vilayet|Erzurum]], of [[Sivas Vilayet|Sivas]], of [[Adana Vilayet|Adana]], of [[Karaman Vilayet|Karaman]], of [[Van Vilayet|Van]], of Barbaria, of [[Habesh|Habech]] (Abyssinia), of [[History of Ottoman era Tunisia|Tunisia]], of [[Tripolitania Vilayet|Tyrabolos]] (Tripoli), of [[Ottoman Syria|Châm]] (Syria), of [[Cyprus under the Ottoman Empire|Kybris]] (Cyprus), of [[Rhodes]], of [[History of Crete#Venetian and Ottoman Crete|Candia]] (Crete), of the Vilayet of [[Morea]] (Peloponnese), of [[Mediterranean Sea|Ak Deniz]] (Mediterranean Sea), of [[Black Sea|Kara Deniz]] (Black Sea), of [[Anatolia Province, Ottoman Empire|Anatolia]], of [[Rumelia]] (the European part of the Empire), of [[Baghdad Province, Ottoman Empire|Bagdad]], of [[Kurdistan]], of [[Ottoman Greece|Greece]], of [[Turkestan]], of [[Tartary]], of [[Circassia]], of the two regions of [[Kabardino-Balkaria|Kabarda]], of [[History of Georgia (country)#Ottoman and Persian domination|Gorjestan]] (Georgia), of the plain of [[Kipchaks|Kypshak]], of the whole country of the [[Tatars|Tartars]], of [[Feodosiya#Kefe|Kefa]] (Feodosiya) and of all the neighbouring countries, of [[Bosnia Province, Ottoman Empire|Bosnia and dependancies]], of the City of [[Belgrade#Turkish conquest and Austrian invasions|Belgrade]], of the [[History of Ottoman Serbia|Vilayet of Serf]] (Serbia), with [[List of fortresses in Serbia|all the castles]] and [[List of cities in Serbia|cities]], of all the [[History of Ottoman Albania|Arnaut Vilayet]] (Albania), of all [[Wallachia|Iflak]] (Wallachia) and [[Moldavia|Bogdania]] (Moldavia), as well as [[Vassal and tributary states of the Ottoman Empire#List|all the dependancies and borders]], and [[List of Ottoman Empire territories|many others countries and cities]]"</blockquote>
:'''b'''{{note|Caliphate}}: The [[Ottoman Caliphate]] was one of the most important positions held by rulers of the Ottoman Dynasty. The caliphate symbolized their spiritual power, whereas the sultanate represented their temporal power. According to Ottoman [[historiography]], [[Selim I]] acquired the title of caliph during his conquest of Egypt in 1517, after the last [[Abbasid Caliphate|Abbasid]] in Cairo, [[Al-Mutawakkil III]], relinquished the caliphate to him. However, the general consensus among modern scholars is that this transference of the caliphate was a fabricated myth invented in the 18th century when the idea of an Ottoman Caliphate became useful to bolster waning military power. In fact, Ottoman rulers had used the title of caliph before the conquest of Egypt, as early as [[Murad I]]. It is currently agreed that the caliphate "disappeared" for two-and-a-half centuries, before being revived with the [[Treaty of Küçük Kaynarca]], signed between the Ottoman Empire and [[Catherine II of Russia]] in 1774. The treaty was highly symbolic, since it marked the first international recognition of the Ottomans' claim to the caliphate. Although the treaty officialised the Ottoman Empire's loss of the [[Crimean Khanate]], it acknowledged the Ottoman caliph's continuing religious authority over [[Islam in Russia|Muslims in Russia]].<ref>{{cite encyclopedia | editor = Glassé, Cyril | encyclopedia = The New Encyclopedia of Islam | title = Ottomans | url = http://books.google.com/books?id=focLrox-frUC&printsec=frontcover#PPA349,M1 | accessdate = 2009-05-02 | year = 2003 | publisher = AltaMira Press | location = Walnut Creek, CA | isbn = 9780759101906 | oclc = 52611080 | pages = 349–351}}</ref> From the 18th century onwards, Ottoman sultans increasingly emphasized their status as caliphs in order to stir [[Pan-Islamism|Pan-Islamist]] sentiments among the empire's Muslims in the face of encroaching European imperialism. When [[World War I]] broke out, the sultan/caliph issued a call for ''[[jihad]]'' in 1914 against the Ottoman Empire's [[Allies of World War I|Allied enemies]], vainly inciting the subjects of the [[French colonial empire|French]], [[British Empire|British]] and [[Russian Empire|Russian]] empires to revolt. [[Abd-ul-Hamid II]] was by far the Ottoman sultan who made the most use of his caliphal position, and was recognized as caliph by many Muslim heads of state, even as far away as [[Sumatra]].<ref>[[#Qua05|Quataert 2005]], pp. 83–85</ref> He had his claim to the title inserted into the [[Kanûn-ı Esâsî|1876 Constitution]] (Article 4).<ref name="Toprak">[[#Top81|Toprak 1981]], pp. 44–45</ref>
:'''c'''{{note label|Tughra||1}}{{note label|Tughra||2}}: [[Tughra|Tughras]] were used by 35 out of 36 Ottoman sultans, starting with [[Orhan I|Orhan]] in the 14th century, whose tughra has been found on two different documents. No tughra bearing the name of [[Osman I]], the founder of the empire, has ever been discovered, although a coin with the inscription "Osman bin Ertuğrul bin Gündüz Alp" has been identified.<ref>{{cite web | url = http://www.tugra.org/en/hakkinda.asp | title = About Tugra | accessdate = 2009-02-06 | last = Mensiz | first = Ercan | publisher = Tugra.org | archiveurl = http://web.archive.org/web/20071025010127/http://www.tugra.org/en/hakkinda.asp | archivedate = 2007-10-25}}</ref> [[Abd-ul-Mejid II]], the last Ottoman caliph, also lacked a tughra of his own, since he did not serve as [[head of state]] (that position being held by [[Mustafa Kemal Atatürk|Mustafa Kemal]], President of the newly founded Republic of Turkey) but as a mere religious [[figurehead]].
:'''d'''{{note|Interregnum}}: The [[Ottoman Interregnum]], also known as the Ottoman Triumvirate ({{Lang-tr|Fetret Devri}}), was a period of chaos in the Ottoman Empire which lasted from 1402 to 1413. It started following the defeat and capture of [[Bayezid I]] by the [[Turkic peoples|Turco-]][[Mongols|Mongol]] warlord [[Timur|Tamerlane]] at the [[Battle of Ankara]], which was fought on 20 July 1402. Bayezid's sons fought each other for over a decade, until [[Mehmed I]] emerged as the undisputed victor in 1413.<ref>[[#Sug93|Sugar 1993]], pp. 23–27</ref>
:'''e'''{{note|Dissolution}}: The [[dissolution of the Ottoman Empire]] was a gradual process which started with the abolition of the sultanate and ended with that of the caliphate 16 months later. The sultanate was formally abolished on 1 November 1922. Sultan [[Mehmed VI]] fled to [[Malta]] on 17 November aboard the British warship ''[[HMS Malaya|Malaya]]''.<ref name="Mehmed VI"/> This event marked the end of the Ottoman ''Dynasty'', not of the Ottoman ''State'' nor of the [[Ottoman Caliphate]]. On 18 November, the [[Grand National Assembly of Turkey|Grand National Assembly]] (TBMM) elected Mehmed VI's cousin [[Abd-ul-Mejid II]], the then crown prince, as caliph.<ref>[[#Asi92|As̜iroğlu 1992]], p. 54</ref> The official end of the Ottoman State was declared through the [[Treaty of Lausanne]] (24 July 1923), which recognized the new "[[Ankara]] government," and not the old Istanbul-based Ottoman government, as representing the rightful owner and successor state. The [[Turkey|Republic of Turkey]] was proclaimed by the TBMM on 29 October 1923, with [[Mustafa Kemal Atatürk|Mustafa Kemal]] as its first [[President of Turkey|President]].<ref>[[#Gla96|Glazer 1996]], "Table A. Chronology of Major Kemalist Reforms"</ref> Although Abd-ul-Mejid II was a [[figurehead]] lacking any political power, he remained in his position of caliph until the office of the caliphate was abolished by the TBMM on 3 March 1924.<ref name="Toprak"/> Mehmed VI later tried unsuccessfully to reinstall himself as caliph in the [[Hejaz]].<ref>{{cite encyclopedia | last = Steffen | first = Dirk | editor = Tucker, Spencer | encyclopedia = World War I: Encyclopedia | title = Mehmed VI, Sultan | url = http://books.google.com/books?id=B1cMtKQP3P8C&printsec=frontcover#PRA2-PA779,M1 | accessdate = 2009-05-02 | year = 2005 | series = Volume | publisher = ABC-CLIO | volume = III: M–R | location = Santa Barbara, CA | isbn = 9781851094202 | oclc = 162287003 | page = 779}}</ref>
</div>-->


== Referensi ==
== Rujukan ==
{{Reflist|2}}
{{Reflist|2}}



Revisi per 1 Januari 2018 07.40

Sultan Utsmaniyah
Bekas Kerajaan
Imperial
Lambang Kesultanan
Suleiman I (1520–1566)
Penguasa pertama Osman Gazi
Penguasa terakhir Mehmed VI
Gelar Sapaan:
Hünkarım (Baginda)
Padişah efendim (Tuanku Kaisar)
Sultanım (Sultanku)
Kediaman resmi *Istana Topkapı (1460an–1853)
*Istana Dolmabahçe (1853–1889; 1909-1922)
*Istana Yıldız
(1889–1909)
Pendirian 27 Juli 1299
Pembubaran 1 November 1922

Para sultan Wangsa Utsmaniyah menguasai wilayah kekuasaan transkontinental yang sangat luas mulai dari tahun 1299 hingga 1922. Pada puncak kejayaannya, Kesultanan Utsmaniyah berkuasa mulai dari Hongaria hingga ke bagian utara Somalia di sebelah selatan, dan dari Aljazair di sebelah barat hingga Irak di sebelah timur. Ibukotanya mula-mula adalah Bursa di Anatolia, kemudian dipindahkan ke Edirne pada tahun 1366 dan ke Konstantinopel atau Istanbul pada tahun 1453 setelah Kejatuhan Konstantinopel Kekaisaran Bizantium[1] [2] Pada tahun 1617, hukum pergantian keturunan dalam Kesultanan ini diubah dari "siapa yang kuat akan menang" menjadi suatu sistem yang didasarkan atas tingkat senioritas agnatik (ekberiyet), yaitu tahta akan diteruskan oleh laki-laki tertua dalam keluarga. Ini menyebabkan sejak abad ke-17 sultan yang meninggal jarang digantikan oleh putranya, tetapi biasanya oleh seorang paman atau saudara laki-laki.[3] Sistem "senioritas agnatik" (agnatic seniority) dipertahankan sampai pembubaran kesultanan, meskipun pada abad ke-19 ada usaha yang gagal untuk mengganti dengan sistem "primogeniture" (keturunan tertua).[4]

Status

Kesultanan Utsmaniyah adalah monarki mutlak pada hampir sepanjang sejarahnya. Pemimpin Utsmaniyah berada di puncak hierarki dan sebagai pemimpin politik, militer, kehakiman, sosial, dan keagamaan yang tercermin dalam berbagai gelar yang disandangnya. Secara teori, pemimpin Utsmaniyah hanya bertanggung jawab kepada Allah dan syariat-Nya yang mana dia adalah pelaksana dari syariat tersebut.

Meski pemimpin Utsmaniyah secara teori adalah pemimpin absolut, pada kenyataannya, pengaruhnya terbatas pada beberapa hal. Keputusannya sangat dipengaruhi oleh anggota penting dinasti, para pejabat, pihak militer, dan pemuka agama.[5] Mulai akhir abad keenam belas, sebagian besar kewenangan pemimpin Utsmaniyah dalam pemerintahan mulai dialihkan kepada wazir agung (setara perdana menteri). Para wanita dalam harem istana, biasanya ibu suri (valide sultan) atau permaisuri (haseki sultan) juga menjadi salah satu pihak paling berpengaruh dalam memandu kebijakan pemimpin Utsmaniyah. Pada masa yang disebut sebagai Kesultanan Wanita, para wanita harem bahkan memiliki pengaruh sangat besar dalam pemerintahan dan menjadi penguasa dari balik tirai.[6]

Gelar

Para pemimpin Utsmaniyah menyandang berbagai gelar yang tiap-tiap gelar memiliki makna tersendiri. Beberapa gelar tersebut antara lain 'sultan', 'khan', 'padişah', dan 'khalifah'.

Sebagai kepala negara

Standard Kesultanan Utsmaniyah

Meskipun daftar Sultan Utsmaniyah selalu dimulai dari Osman I yang merupakan bapak dari Wangsa Utsmaniyah, gelar sultan baru secara resmi digunakan pada masa Murad I, cucu Osman, yang berkuasa 1362 sampai 1389. Dua pemimpin Utsmaniyah sebelumnya, Osman dan Orhan, menggunakan gelar bey, gelar Turki yang dapat disejajarkan dengan adipati.

Di Indonesia dan Barat, pemimpin Utsmaniyah lebih dikenal dengan 'sultan'. Sultan adalah gelar pemimpin Islam yang berasal dari bahasa Arab yang bermakna "kewenangan" atau "kekuatan". Gelar ini mulai digunakan pada masa Kekhalifahan Abbasiyah dan perlahan digunakan untuk berbagai pemimpin Muslim berdaulat.Kedudukan gelar sultan lebih tinggi dari 'amir' dan tidak dapat dibandingkan dengan 'malik', gelar bahasa Arab untuk raja. Sejak abad keenam belas, gelar sultan tidak hanya digunakan oleh pemimpin Kesultanan Utsmaniyah, tetapi juga semua anggota Wangsa Utsmaniyah, juga permaisuri dan ibu suri, dengan laki-laki menggunakan gelar sultan di depan namanya, sedangkan wanita di belakang namanya. Misalnya, Şehzade Sultan Mehmed dan Mihrimah Sultan, putra dan putri Sultan Suleiman Al Qanuni. Penggunaan ini menegaskan konsep Utsmani terkait kekuasaan sebagai kewenangan keluarga.[7]

Bersama sultan, para pemimpin Utsmaniyah juga menggunakan gelar khan di belakang namanya (misal, Sultan Suleiman Khan). Khan adalah gelar bagi pemimpin bangsa Turki yang berasal dari Asia Tengah. Salah satu tokoh terkenal yang juga menggunakan gelar ini adalah Jengis Khan. Penggunaan gelar ini menunjukkan keterikatan Utsmaniyah dengan para pendahulu mereka yang berasal dari Asia Tengah.[7]

Gelar yang sering digunakan di kalangan masyarakat Utsmaniyah sendiri untuk merujuk pemimpin mereka adalah padişah (پادشاه)[8] yang berarti 'kaisar'. Hal ini sebagai pernyataan bahwa status Utsmaniyah berada di atas kerajaan sebagaimana status kaisar berada di atas raja. Gelar ini diadopsi dari bahasa Persia dan mulai digunakan pada masa Sultan Mehmed II.

Setelah penaklukan Konstantinopel pada 1453, Sultan Mehmed II juga menyandang gelar Kaysar-i-Rûm atau 'Kaisar Romawi'. Gelar ini menyatakan bahwa para pemimpin Utsmaniyah adalah pewaris dari Kekaisaran Romawi. Sultan Mehmed II juga menyatakan dirinya sebagai pelindung bagi Gereja Ortodoks.

Semua gelar kepala negara ini terus dipegang pemimpin Wangsa Utsmaniyah sampai dibubarkannya Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1922.

Sebagai pemimpin dunia Islam

Pemimpin Utsmaniyah juga menyandang gelar khalifah yang merupakan gelar bagi pemimpin dunia Islam. Gelar ini mulai diklaim oleh Murad I, meski pada saat itu Wangsa Abbasiyah yang berada dalam perlindungan Kesultanan Mamluk Mesir masih menyandang gelar khalifah secara resmi. Setelah penaklukan Kesultanan Mamluk oleh Utsmaniyah pada tahun 1517 di masa Sultan Selim I, Wangsa Abbasiyah menyerahkan gelar khalifah kepada pemimpin Utsmaniyah. Dengan ini, pemimpin Utsmaniyah secara simbolis berperan sebagai pemimpin dunia Islam, meski bukan pemimpin dalam artian kepala negara seluruh dunia Islam karena semua negara Islam memiliki pemimpin berdaulatnya sendiri.

Pada keberjalanannya, gelar khalifah tidak digunakan oleh pemimpin Utsmaniyah hampir selama dua abad sampai Utsmaniyah kalah perang dengan Kekaisaran Rusia yang saat itu dipimpin oleh Maharani Yekaterina II. Dalam Perjanjian Küçük Kaynarca (1774) antara Utsmaniyah dengan Rusia, pemimpin Utsmaniyah kemudian menggunakan statusnya sebagai khalifah (bukan sebagai sultan) untuk menegaskan kepemimpinan relijiusnya atas umat Muslim di Rusia.[9] Ini adalah pertama kalinya di masa Utsmaniyah, gelar khalifah digunakan di luar batas Kesultanan Utsmaniyah dan diakui oleh pihak Eropa.[10] Gelar ini lebih sering digunakan dan lebih nyata pengaruhnya pada masa Sultan Abdul Hamid II yang berusaha menyatukan dunia Islam untuk melawan pengaruh Barat yang semakin menguat. Dengan statusnya sebagai khalifah, Abdul Hamid II meminta pihak Kesultanan Sulu untuk tunduk dengan kekuasaan Amerika demi menghindari konflik yang lebih besar antara Barat dan Islam.[11] Kerjasama yang tercipta antara angkatan bersenjata Amerika dan Kesultanan Sulu tidak lain adalah bujukan Khalifah Utsmaniyah kepada pihak Kesultanan Sulu.[12]

Setelah Kesultanan Utsmaniyah dibubarkan pada 1922, pemimpin Wangsa Utsmaniyah masih mempertahankan gelar khalifahnya selama dua tahun sampai kemudian lembaga kekhalifahan juga dibubarkan pada 1924. Dengan ini, Wangsa Utsmaniyah adalah keluarga besar terakhir yang menyandang gelar khalifah.

Daftar sultan

Tabel di bawah ini berisi informasi para sultan Utsmaniyah, juga kalifah Utsmaniyah, diurutkan berdasarkan kronologi. Tughra adalah lambang atau tanda kaligrafi yang digunakan oleh para sultan Utsmaniyah yang dituliskan pada semua dokumen resmi dan uang koin, dan lebih melambangkan sang sultan daripada portret sang sultan. Kolom "Catatan" berisi informasi mengenai orangtua dan nasib tiap sultan. Bila pemerintahan seorang sultan tidak berakhir dengan kematian wajar, alasannya ditandai dengan cetak tebal.

# Sultan Potret Berkuasa sejak Berkuasa hingga Tughra Catatan
Emir Gazi
Ertuğrul Bey

أرطغرل غازی
Amîr Ghazi -
Tuan yang Terhormat
(b. 1191 - d. 1281)
1230 1281
[c]
Emir Gazi
Osman Bey

عثمان بن أرطغرل
Amîr Fakhr ud-din
Othman-Al Ghazi - The Esquire
(b. 1258 - d. 1324)
Potret Osman I by John Young 1281 1299
[c]
Pendirian Kesultanan Utsmaniyah
(27 Juli 129920 Juli 1402)
1 Osman I
GHAZI (Pejuang)
BEY (Tuan Yang Terhormat)
KARA (Tanah atau Hitam) untuk keberaniannya
Potret Osman I by John Young 1299 1324
[c]
2 Orhan I
GHAZI (Pejuang)
BEY (Tuan Yang Terhormat)
Potret Orhan 1324 1362 Tughra of Orhan
3 Murad I
HÜDAVENDİGÂR - Khodāvandgār -

(The God-like One)
(Sultan since 1383)

Portret Murad I 1362 15 Juni 1389 Tughra of Murad I
4 Bayezid I
YILDIRIM (Petir)
Potret Bayezid I by Cristofano dell'Altissimo 15 Juni 1389 20 Juli 1402 Tughra of Bayezid I
Ottoman Interregnum[d]
(20 Juli 14025 Juli 1413)
İsa Çelebi
Co-Sultan Anatolia
1403 1405
Emir (Amir)
Süleyman Çelebi

Sultan Rumelia Pertama
Potret Süleyman Çelebi 20 Juli 1402 17 Februari 1411[18]
Musa Çelebi
Sultan Rumelia Kedua
Potret Musa Çelebi 18 Februari 1411 5 Juli 1413[20]
Mehmed Çelebi
Sultan Anatolia
Potret Mehmed Çelebi 1403 - 1406
(Sultan Teritorial Anatolia Timur)

1406 - 1413
(Sultan Anatolia)
5 Juli 1413
Kebangkitan Kesultanan Utsmaniyah
(5 Juli 141329 Mei 1453)
5 Mehmed I
ÇELEBİ (Ramah)
KİRİŞÇİ (Pembuat Tali Busur) untuk dukungannya
Potret Mehmed I 5 Juli 1413 26 Mei 1421 Tughra of Mehmed I
6 Murad II
KOCA (Agung)
Potret Murad II by John Young 25 Juni 1421 1444 Tughra of Murad II
7 Mehmed II
FATİH (Penakluk)
1444 1446 Tughra of Mehmed II
Murad II
KOCA (Agung)
Potret Murad II by John Young 1446 3 Februari 1451 Tughra of Murad II
  • Masa pemerintahan kedua;
  • Dipaksa kembali bertakhta setelah terjadi pemberontakan Yanisari;[27]
  • Berkuasa sampai wafat.[24]
Perkembangan Kesultanan Utsmaniyah
(29 Mei 145311/12 September 1683)
Mehmed II
FATİH (Penakluk)
3 Februari 1451 3 Mei 1481 Tughra of Mehmed II
8 Bayezid II
VELÎ (Orang Suci)
Potret Bayezid II by John Young 19 Mei 1481 25 April 1512 Tughra of Bayezid II
9 Selim I
YAVUZ (Tegas)
(Khalifah Muslim Sejak 1517)
Potret Selim I by John Young 25 April 1512 21 September 1520 Tughra of Selim I
10 Suleiman I
Muhteşem (Yang Agung)

dan Kanuni (Pemberi Hukum)

Potret Suleiman yang Agung by Nakkaş Osman 30 September 1520 6 or 7 September 1566 Tughra of Suleiman yang Agung
11 Selim II
SARI (Kuning Kepirang-pirangan)
Potret Selim II by John Young 29 September 1566 21 Desember 1574 Tughra of Selim II
12 Murad III Potret Murad III by John Young 22 Desember 1574 16 Januari 1595 Tughra of Murad III
13 Mehmed III
ADLÎ (Adil)
Potret Mehmed III by John Young 27 Januari 1595 20 or 21 Desember 1603 Tughra of Mehmed III
14 Ahmed I
BAKHTÎ (Keberuntungan)
Potret Ahmed I by John Young 21 Desember 1603 22 November 1617 Tughra of Ahmed I
15 Mustafa I
DELİ (Teruji)
Potret Mustafa I by John Young 22 November 1617 26 Februari 1618 Tughra of Mustafa I
16 Osman II
GENÇ (The Young)
Potret Osman II by John Young 26 Februari 1618 19 Mei 1622 Tughra of Osman II
Mustafa I
DELİ (Teruji)
Potret Mustafa I by John Young 20 Mei 1622 10 September 1623 Tughra of Mustafa I
17 Murad IV
GHAZI (Pejuang)
Potret Murad IV by John Young 10 September 1623 8 or 9 Februari 1640 Tughra of Murad IV
18 Ibrahim I
DELİ (Pengatur)
Potret Ibrahim by John Young 9 Februari 1640 8 Agustus 1648 Tughra of Ibrahim
19 Mehmed IV
AVCI (The Hunter)
Potret Mehmed IV by John Young 8 Agustus 1648 8 November 1687 Tughra of Mehmed IV
Stagnasi Kesultanan Utsmaniyah
(11/12 September 168320 Oktober 1827)
20 Suleiman II Potret Suleiman II by John Young 8 November 1687 22 Juni 1691 Tughra of Suleiman II
21 Ahmed II
KHAN GHAZI (Pangeran Pejuang)
Potret Ahmed II by John Young 22 Juni 1691 6 Februari 1695 Tughra of Ahmed II
22 Mustafa II
GHAZI (Pejuang)
Potret Mustafa II by John Young 6 Februari 1695 22 Agustus 1703 Tughra of Mustafa II
23 Ahmed III Potret Ahmed III by John Young 22 Agustus 1703 1 or 2 Oktober 1730 Tughra of Ahmed III
24 Mahmud I
GHAZI (Pejuang)
KAMBUR (Bungkuk)
Potret Mahmud I by John Young 2 Oktober 1730 13 Desember 1754 Tughra of Mahmud I
25 Osman III
SOFU (Saleh)
Potret Osman III by John Young 13 Desember 1754 29 or 30 Oktober 1757 Tughra of Osman III
26 Mustafa III
YENİLİKÇİ (Inovatif Pertama)
Potret Mustafa III by John Young 30 Oktober 1757 21 Januari 1774 Tughra of Mustafa III
27 Abd-ul-Hamid I
Hamba Allah
Potret Abd-ul-Hamid I by John Young 21 Januari 1774 6 or 7 April 1789 Tughra of Abd-ul-Hamid I
28 Selim III
BESTEKÂR (Komposer)
Potret Selim III by Konstantin Kapidagli 7 April 1789 29 Mei 1807 Tughra of Selim III
29 Mustafa IV Potret Mustafa IV by John Young 29 Mei 1807 28 Juli 1808 Tughra of Mustafa IV
30 Mahmud II
ISLAHÂTÇI (Reformator)
Potret Mahmud II by John Young 28 Juli 1808 1 Juli 1839 Tughra of Mahmud II
Kemunduran Kesultanan Utsmaniyah
(20 Oktober 182724 Juli 1908)
31 Abd-ul-Mejid I
TANZİMÂTÇI (Reformis Kuat atau Advokat Reorganisasi)
Potret Abd-ul-Mejid I 1 Juli 1839 25 Juni 1861 Tughra of Abd-ul-Mejid I
32 Abd-ul-Aziz I Potret Abd-ul-Aziz 25 Juni 1861 30 Mei 1876 Tughra of Abd-ul-Aziz
33 Murad V
Potret Murad V 30 Mei 1876 31 Agustus 1876 Tughra of Murad V
34 Abd-ul-Hamid II
ULU HAN

(Khan yang Luhur)

Potret Abd-ul-Hamid II 31 Agustus 1876 27 April 1909 Tughra of Abd-ul-Hamid II
Pembubaran Kesultanan Utsmaniyah[e]
(24 Juli 190830 Oktober 1918)
35 Mehmed V
REŞÂD

(Pengikut Jalan Kebenaran)

Potret Mehmed V 27 April 1909 3 Juli 1918 Tughra of Mehmed V
Pembagian Kesultanan Utsmaniyah
(30 Oktober 19181 November 1922)
36 Mehmed VI
VÂHİD-ÜD-DÎN

(Pemersatu Agama (Islam) atau Kesatuan Islam)

Potret Mehmed VI 4 Juli 1918 1 November 1922 Tughra of Mehmed VI
Kekhalifahan Republik
( 18 November 1922 – 3 Maret 1924 )
Abd-ul-Mejid II
HALİFE

(Khalifah Islam Utsmaniyah Terakhir)

Potret Abd-ul-Mejid II 18 November 1922 3 Maret 1924
[c]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ Stavrides 2001, p. 21
  2. ^ Quataert 2005, p. 91
  3. ^ Quataert 2005, p. 92
  4. ^ Karateke 2005, pp. 37–54
  5. ^ Glazer 1996, "Ottoman Institutions"
  6. ^ Peirce, Leslie. "The sultanate of women". Channel 4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-03. Diakses tanggal 2009-04-18. 
  7. ^ a b Peirce, Leslie P. (1993). The Imperial Harem: Women and Sovereignty in the Ottoman Empire. New York: Oxford University Press, Inc. ISBN 0-19-507673-7. 
  8. ^ M'Gregor, J. (July 1854). "The Race, Religions, and Government of the Ottoman Empire". The Eclectic Magazine of Foreign Literature, Science, and Art. Vol. 32. New York: Leavitt, Trow, & Co. hlm. 376. OCLC 6298914. Diakses tanggal 2009-04-25. 
  9. ^ Glassé, Cyril, ed. (2003). "Ottomans". The New Encyclopedia of Islam. Walnut Creek, CA: AltaMira Press. hlm. 349–351. ISBN 978-0-7591-0190-6. OCLC 52611080. Diakses tanggal 2009-05-02. 
  10. ^ The Cambridge History of Islam I: The Central Islamic Lands (dalam bahasa Turki). Cambridge University Press. 1970. 
  11. ^ Mustafa Akyol (18 July 2011). Islam without Extremes: A Muslim Case for Liberty. W. W. Norton. hlm. 159–. ISBN 978-0-393-07086-6. 
  12. ^ J. Robert Moskin (19 November 2013). American Statecraft: The Story of the U.S. Foreign Service. St. Martin's Press. hlm. 204–. ISBN 978-1-250-03745-9. 
  13. ^ "Sultan Osman Gazi". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  14. ^ "Sultan Osman Gazi". Kementerian Budaya dan Pariwisata Republik Turki. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  15. ^ "Sultan Orhan Gazi". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  16. ^ "Sultan Murad Hüdavendigar Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  17. ^ "Sultan Yıldırım Beyezid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  18. ^ Nicholae Jorga: Geschishte des Osmanichen (Trans :Nilüfer Epçeli) Vol 1 Yeditepe yayınları, İstanbul,2009,ISBN 975-6480-17-3 p 314
  19. ^ Nicholae Jorga: Geschishte des Osmanichen (Trans :Nilüfer Epçeli) Vol 1 Yeditepe yayınları, İstanbul, 2009, ISBN 975-6480-17-3 p 314
  20. ^ Joseph von Hammer:Osmanlı Tarihi cilt I (condensation: Abdülkadir Karahan), Milliyet yayınları, İstanbul. p 58-60.
  21. ^ Prof. Yaşar Yüce-Prof. Ali Sevim: Türkiye tarihi Cilt II, AKDTYKTTK Yayınları, İstanbul, 1991 p 74-75
  22. ^ Joseph von Hammer:Osmanlı Tarihi cilt I (condensation: Abdülkadir Karahan), Milliyet yayınları, İstanbul. p. 58-60.
  23. ^ "Sultan Mehmed Çelebi Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  24. ^ a b "Sultan II. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  25. ^ a b "Chronology: Sultan II. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-04-07. 
  26. ^ "Fatih Sultan Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  27. ^ Kafadar 1996, p. xix
  28. ^ "Chronology: Fatih Sultan Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2010-07-15. 
  29. ^ "Sultan II. Bayezid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  30. ^ "Yavuz Sultan Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  31. ^ "Kanuni Sultan Süleyman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  32. ^ "Sultan II. Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  33. ^ "Sultan III. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  34. ^ "Sultan III. Mehmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  35. ^ "Sultan I. Ahmed". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  36. ^ a b "Sultan I. Mustafa". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  37. ^ "Sultan II. Osman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  38. ^ "Sultan IV. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  39. ^ "Sultan İbrahim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  40. ^ "Sultan IV. Mehmed". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  41. ^ "Sultan II. Süleyman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  42. ^ "Sultan II. Ahmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  43. ^ "Sultan II. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  44. ^ "Sultan III. Ahmed Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  45. ^ "Sultan I. Mahmud Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  46. ^ "Sultan III. Osman Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  47. ^ "Sultan III. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  48. ^ "Sultan I. Abdülhamit Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  49. ^ "Sultan III. Selim Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  50. ^ "Sultan IV. Mustafa Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  51. ^ "Sultan II. Mahmud Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  52. ^ "Sultan Abdülmecid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  53. ^ "Sultan Abdülaziz Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  54. ^ "Sultan V. Murad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  55. ^ "Sultan II. Abdülhamid Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  56. ^ "Sultan V. Mehmed Reşad Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  57. ^ "Sultan VI. Mehmed Vahdettin Han". Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism. Diakses tanggal 2009-02-06. 
  58. ^ As̜iroğlu 1992, p. 13
  59. ^ As̜iroğlu 1992, p. 17
  60. ^ As̜iroğlu 1992, p. 14

Bacaan lanjutan

Pranala luar

Ciptaan baru
Penguasa Kesultanan Utsmaniyah
1299–1922
Kesultanan dihapuskan
Kekuasaan dialihkan ke
Presiden Turki
Jabatan Islam Sunni
Didahului oleh:
Dinasti Abbasyid
in Cairo
Kalifah
1517–1924
Penghapusan Kekhalifahan