Lompat ke isi

Suku Gorontalo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
Penambahan rujukan dan pranala luar
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
Baris 1: Baris 1:
{{ethnic group
{{ethnic group
| group = Hulontalo
| group = Hulondalo
| image =
| image =
| caption =
| caption =
Baris 16: Baris 16:
| regions = '''[[Indonesia]]'''<br>[[Gorontalo]]: 934.731<br>[[Sulawesi Tengah]]: 474.016<br>[[Sulawesi Utara]]: 168.025
| regions = '''[[Indonesia]]'''<br>[[Gorontalo]]: 934.731<br>[[Sulawesi Tengah]]: 474.016<br>[[Sulawesi Utara]]: 168.025
| langs = [[Bahasa Gorontalo|Gorontalo]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| langs = [[Bahasa Gorontalo|Gorontalo]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| rels = [[Islam]],[[Kristen]]
| rels = [[Islam]] (mayoritas)<br>[[Kristen Protestan]]<br>[[Kristen Katolik]]
| related = [[Suku Buol|Buol]], [[Suku Mongondow|Mongondow]]
| related = [[Suku Buol|Buol]], [[Suku Mongondow|Mongondow]], [[Orang Bisaya|Bisaya]], [[Suku Suluk|Tausug]], [[Suku Minahasa|Minahasa]]
}}
}}


'''Suku Gorontalo''' atau '''Hulondalo''' adalah suku bangsa yang merupakan penduduk asli provinsi [[Gorontalo]] di bagian utara pulau [[Sulawesi]]. Bahasa mereka adalah [[bahasa Gorontalo]]. Suku Gorontalo juga dapat ditemukan di provinsi [[Sulawesi Utara]] dan [[Sulawesi Tengah|Tengah]]. Populasi suku Gorontalo diperkirakan mencapai lebih dari 1,2 juta orang menurut Sensus Penduduk tahun 2010.<ref>{{cite book|url=http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html|title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia - Hasil Sensus Penduduk 2010|last=|first=|date=|publisher=Badan Pusat Statistik|year=2011|isbn=9789790644175|accessdate=}}</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Besnijdenisfeest te Gorontalo Manado Noord-Celebes TMnr 10002921.jpg|thumb|200px|Pesta khitanan orang Gorontalo pada masa [[Hindia Belanda]]]]


== Istilah ==
'''Suku Gorontalo''' atau '''Hulontalo''' adalah penduduk asli provinsi [[Gorontalo]] di bagian utara pulau [[Sulawesi]]. Bahasa mereka adalah [[bahasa Gorontalo]].
Nama ''Gorontalo'' kemungkinan berasal dari beberapa istilah setempat, yaitu:
* ''Hulontalangio'', nama kerajaan terdahulu yang berada di wilayah Gorontalo
* ''Hua Lolontalango'', yang berarti orang penghuni gua yang berjalan lalu-lalang;
* ''Hulutalangi'', yang berarti lebih mulia;
* ''Huluo Lo Tola'', yang berarti tempat di mana [[Ikan gabus]] berkembang biak;
* ''Pongolatalo'' atau ''Pohulatalo'', yang berarti tempat untuk menunggu;
* ''Gunung Telu'', yang berarti tiga gunung;
* ''Hunto'', yang berarti tempat yang selalu dialiri air;<ref>http://www.gorontalofamily.org/sejarah.html</ref>
Orang Gorontalo sendiri kadang menyebut diri mereka sebagai ''Hulondalo''. Istilah Hulondalo sendiri sudah terkenal di wilayah Gorontalo dan Sulawesi Utara, yang biasanya digunakan untuk menyebut wilayah Gorontalo atau orang Gorontalo.


Orang Gorontalo juga memiliki suatu sistem ikatan keluarga bernama ''Pohala'a''. Sistem ini merupakan warisan dari kerajaan-kerajaan yang sebelumnya pernah berdiri di Gorontalo. Terdapat lima pohala'a di Gorontalo, yaitu Gorontalo, Limboto, Suwawa, Bualemo, dan Atinggola, dimana pohala'a Gorontalo merupakan pohala'a yang paling menonjol.<ref name=":0">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=YAl8aRxhEekC&pg=PA355&lpg=PA355&dq=Lima+Pohala'a&source=bl&ots=wVAoD_Sje5&sig=pGdnBdX-NH0eOHTqkdCMYD_Yae8&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjbmcKSqa_ZAhVFrY8KHULzAJcQ6AEIKDAA#v=onepage&q=Lima%20Pohala'a&f=false|title=Harta bumi Indonesia: biografi J.A. Katili|last=Diponegoro|first=Anna Fauziah|date=2007|publisher=Grasindo|isbn=9789797598150|language=id}}</ref> <ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=f8hEDwAAQBAJ&pg=PA1&dq=Pohala'a+Gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwid6s_3p6_ZAhUXS48KHTOeCvYQ6AEINjAC#v=onepage&q=Pohala'a%20Gorontalo&f=false|title=Potensi Investasi di Provinsi Gorontalo|last=Olilingo|first=Fachrudin Zain|date=2017-04-25|publisher=Deepublish|isbn=9786024535476|language=id}}</ref>
Populasi suku Gorontalo diperkirakan telah mencapai lebih dari 1,2 juta orang menurut Sensus Penduduk tahun 2010


== Sejarah ==
Dahulunya wilayah [[Gorontalo]] ini adalah bagian dari provinsi [[Sulawesi Utara]] dengan status kabupaten, tapi kini wilayah Gorontalo telah  menjadi provinsi sendiri dengan nama provinsi Gorontalo.
Ditetapkannya kabupaten Gorontalo sebagai provinsi Gorontalo secara resmi pada tanggal 16 Februari 2001 oleh Menteri Dalam Negeri yang meresmikan Provinsi Gorontalo sekaligus melantik [[Tursandi Alwi]] sebagai Penjabat Gubernur. Setahun kemudian, Ir. [[Fadel Muhammad]] terpilih menjadi Gubernur Pertama Provinsi Gorontalo.


=== Asal muasal ===
Istilah Gorontalo sendiri, kemungkinan berasal dari beberapa istilah, yaitu:
Asal usul suku Gorontalo, tidak diketahui secara pasti. Apabila dilihat dari struktur fisik orang Gorontalo, suku Gorontalo termasuk ke dalam ras mongoloid, hanya saja mungkin sejak beberapa abad yang lalu telah terjadi percampuran ras dengan bangsa-bangsa lain. Sehingga suku Gorontalo saat ini memiliki postur fisik yang beragam. Warna kulit mulai dari kuning hingga ke coklat gelap. Rambut juga bervariasi, dari rambut lurus, ikal dan keriting. Terdapat dua teori mengenai migrasi penduduk di Asia Tenggara, teori pertama menyebutkan bahwa penduduk Asia Tenggara awalnya berasal dari timur, lalu mendiami Sulawesi. Sementara teori kedua menjelaskan migrasi manusia yang berasal dari [[Taiwan]], menuju [[Filipina]], dan sampai di Sulawesi.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=94HsfRuk2xwC&pg=PA35&dq=migration+theory+sulawesi+philippine&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiw452__67ZAhUcSY8KHTgMA1YQ6AEIKDAA#v=onepage&q=migration%20theory%20sulawesi%20philippine&f=false|title=The Sacred Remains: Myth, History, and Polity in Belau|last=Parmentier|first=Richard J.|date=1987-11-05|publisher=University of Chicago Press|isbn=9780226646954|language=en}}</ref>
Hulontalangio, nama suku yang tinggal di daerah Hua Lolontalango, yang berarti gua yang digunakan untuk berjalan bolak-balik
Hulutalangi, yang berarti mulia
Huluo Lo Tola, yang berarti tempat di mana ikan snakehead berkembang biak
Pongolatalo atau Pohulatalo, yang berarti: tempat menunggu Gunung Telu, yang berarti gunung tiga Hunto, yang berarti tempat yang selalu dialiri air


Suku Gorontalo memiliki legenda yang menceritakan bahwa leluhur mereka adalah keturunan dari ''Hulontalangi,'' atau orang yang turun dari langit dan awalnya berdiam di [[Gunung Tilongkabila]], [[Kabupaten Bone Bolango|Kab. Bone Bolango]]. Nama Hulontalangi lalu berubah menjadi Hulontalo dan Gorontalo.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=w_FCDAAAQBAJ&pg=PA125&dq=Suku+Gorontalo+Hulantalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwis4-mu-a7ZAhULOI8KHTxVAkwQ6AEILzAB#v=onepage&q=Suku%20Gorontalo%20Hulantalo&f=false|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia|last=Hidayah|first=Dr Zulyani|date=2015|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=9789794619292|language=id}}</ref>
Orang Gorontalo sendiri kadang menyebut diri mereka sebagai Hulondalo. Istilah Hulondalo sendiri sudah terkenal di wilayah Gorontalo dan Sulawesi Utara, yang biasanya untuk menyebut daerah Gorontalo atau orang Gorontalo.


=== Era prasejarah ===
Asal usul suku Gorontalo, tidak diketahui secara pasti. Apabila dilihat dari struktur fisik orang Gorontalo, suku Gorontalo termasuk ke dalam ras mongoloid, hanya saja mungkin sejak beberapa abad yang lalu telah terjadi percampuran ras dengan bangsa-bangsa lain. Sehingga suku Gorontalo saat ini memiliki postur fisik yang beragam. Warna kulit mulai dari kuning hingga ke coklat gelap. Rambut juga bervariasi, dari rambut lurus, ikal dan keriting. Menurut perkiraan suku Gorontalo dahulunya berasal dari daratan Indochina, kemungkinan dari daerah Burma atau Filipina. Dilihat dari bahasa, bahasa Gorontalo memiliki keterkaitan bahasa dengan bahasa-bahasa lain di pulau Sulawesi, seperti dengan bahasa Minahasa-Bugis-Makasar-Toraja, juga dengan bahasa-bahasa di Filipina.
Wilayah Gorontalo diyakini sudah dihuni manusia di masa prasejarah. [[Situs Oluhuta]] yang berada di [[Kabupaten Bone Bolango|Kab. Bone Bolango]] merupakan situs arkeologi yang memberikan informasi mengenai makam-makam masyarakat terdahulu yang diperkirakan hidup sekitar 2000-4000 tahun yang lalu.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=dSFfD0dpdS4C&pg=PA235&lpg=PA235&dq=Oluhuta+site&source=bl&ots=F82ItIsMff&sig=f-sm04YXF7fN0KzILeFmQ6gB51c&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjw5NHkga_ZAhWMu48KHdB9BAAQ6AEIMTAB#v=onepage&q=Oluhuta%20site&f=false|title=Archaeology: Indonesian Perspective : R.P. Soejono's Festschrift|date=2006|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=9789792624991|language=en}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.antaranews.com/berita/382552/balai-cagar-budaya-pamerkan-replika-kerangka-oluhuta|title=Balai Cagar Budaya pamerkan replika kerangka Oluhuta - ANTARA News|last=antaranews.com|newspaper=Antara News|language=id-ID|access-date=2018-02-18}}</ref>


=== Kerajaan-Kerajaan Gorontalo ===
Suku Gorontalo berbicara dalam bahasa Gorontalo. Selain bahasa Gorontalo, terdapat juga beberapa bahasa lain, yang sering dianggap sebagai dialek bahasa Gorontalo yaitu bahasa Suwawa dan bahasa Atinggola. Bahasa Gorontalo sendiri sekarang banyak mengalami asimilasi dengan bahasa Manado (Melayu Manado) yang juga banyak diucapkan oleh masyarakat Gorontalo.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Besnijdenisfeest te Gorontalo Manado Noord-Celebes TMnr 10002921.jpg|thumb|200px|Pesta khitanan orang Gorontalo pada masa [[Hindia Belanda]]]]Wilayah Gorontalo diperkirakan terbentuk 400 tahun yang lalu. Gorontalo merupakan salah-satu tempat penyebaran agama Islam di [[Indonesia Timur]] selain Ternate dan [[Bone (disambiguasi)|Bone]]. Islam diperkirakan masuk ke Gorontalo di tahun 1525, di masa pemerintahan Raja [[Amay]]. Seiring dengan masuknya Islam, Gorontalo berkembang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan di utara Sulawesi. Kota Kerajaan Gorontalo awalnya bermula di Desa [[Hulawa, Telaga, Gorontalo|Hulawa]] di tepi [[Sungai Bolango]]. Sebelum kedatangan bangsa Eropa, kerajaan-kerajaan di Gorontalo sudah menganut sistem ikatan keluarga yaitu pohala'a yang masih ditemukan saat ini.<ref name=":0" />


=== Era Hindia Belanda ===
• Rumah adat - Dulohupa
Sebelum kedatangan bangsa Eropa, kerajaan-kerajaan Gorontalo berada dibawah pengaruh [[Kesultanan Ternate]]. Sejak tahun 1673, Gorontalo masuk dalam wilayah administrasi [[VOC]], ditandai dengan pembentukan [[Kabupaten Gorontalo|Kab. Gorontalo]] sebagai hasil dari perjanjian Gubernur Ternate Robertus Patbrugge dan Raja Gorontalo.<ref name=":0" />
Rumah tradisional adat suku Gorontalo dikenal sebagai Dulohupa. Rumah adat Dulohupa biasanya digunakan untuk mengadakan musyawarah oleh kerabat kerajaan di masa lalu. Rumah Dulohupa terbuat dari papan pilihan serta beratap seperti jerami, dan dibuat dengan bentuk rumah panggung. Rumah adat Dulohupa masih bisa ditemukan di beberapa daerah kecamatan di provinsi Gorontalo.


Di masa [[Hindia Belanda]], orang-orang Gorontalo mulai melakukan emigrasi keluar wilayah Gorontalo tepatnya sejak abad ke-18 M, dimana orang-orang Gorontalo berpindah ke wilayah seperti [[Ternate (disambiguasi)|Ternate]], [[Kota Ambon|Ambon]], [[Buol]], [[Banggai]], dan [[Minahasa]] dikarenakan orang-orang ini ingin menghindari sistem [[kerja paksa]] yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda di Gorontalo saat itu.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=iqfjTFW8sRIC&pg=PA210&dq=Gorontalo+people&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjymYDL9q7ZAhWIu48KHe07Aa8Q6AEISjAG#v=onepage&q=Gorontalo%20people&f=false|title=Fertility, Food and Fever: Population, Economy and Environment in North and Central Sulawesi, 1600-1930|last=Henley|first=David|date=2005|publisher=KITLV Press|isbn=9789067182096|language=en}}</ref>
• Rumah adat - Bandayo Poboide
Selain rumah adat Dulohupa, masih ada satu lagi jenis rumah adat suku Gorontalo ini, yaitu rumah adat Bandayo Poboide. Sayangnya rumah adat Bandayo Poboide ini telah punah di seluruh daerah Gorontalo. Satu-satunya yang masih tersisa adalah rumah adat Bandayo Poboide, berada di depan kantor Bupati Gorontalo di Jalan Jenderal Sudirman, [[Limboto]].


=== Pembentukan Provinsi Gorontalo ===
Masyarakat suku Gorontalo mayoritas adalah pemeluk agama [[Islam]] yang taat. Agama Islam sangat kuat diyakini oleh masyarakat suku Gorontalo ini. Beberapa tradisi adat suku Gorontalo terlihat banyak mengandung unsur Islami. Hanya sebagian kecil saja yang memeluk agama lain di luar agama Islam.
Sebelum menjadi provinsi tersendiri, wilayah [[Gorontalo]] ini merupakan bagian dari provinsi [[Sulawesi Utara]] dengan status kabupaten, namun pada tanggal 5 Desember 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, Kabupaten Gorontalo telah menjadi provinsi sendiri dengan nama provinsi Gorontalo. Menteri Dalam Negeri saat itu [[Soerjadi Soedirdja]] meresmikan Provinsi Gorontalo sekaligus melantik [[Tursandi Alwi]] sebagai Penjabat Gubernur. Setahun kemudian, Ir. [[Fadel Muhammad]] terpilih menjadi Gubernur Pertama Provinsi Gorontalo.<ref>{{Cite news|url=http://wartakota.tribunnews.com/2013/12/09/gorontalo-di-balik-semangat-memisahkan-diri|title=Gorontalo: Di Balik Semangat Memisahkan Diri - Wartakota|newspaper=Wartakota|language=id-ID|access-date=2018-02-18}}</ref>


== Bahasa ==
Pada masyarakat suku Gorontalo, adat dipandang sebagai suatu kehormatan (adab), norma, bahkan pedoman dalam pelaksanaan pemerintahan. Hal ini dinisbatkan dalam suatu ungkapan " Adat Bersendi Sara" dan "Sara Bersendi Kitabullah". Arti dari ungkapan ini adalah bahwa adat dilaksanakan berdasarkan sara (aturan), sedangkan aturan ini harus berdasarkan [[Kitab Suci AI-Quran]]. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sendi-sendi kehidupan masyarakat Gorontalo adalah sangat religius dan penuh tatanan nilai-nilai yang luhur.
Suku Gorontalo berbicara dalam Bahasa Gorontalo. Selain bahasa Gorontalo, terdapat juga beberapa bahasa lain yang mirip, yang dianggap oleh para ahli bahasa sebagai dialek bahasa Gorontalo yaitu bahasa Suwawa, Atinggola, Limboto, Kwandang, Tilamuta, dan Sumawata.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=k-gtAAAAMAAJ&q=pohala'a+gorontalo&dq=pohala'a+gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwihr9uqt6_ZAhUBsI8KHZfLC24Q6AEIPTAD|title=Morfologi bahasa Gorontalo|last=Badudu|first=Yus|date=1982|publisher=Djambatan|language=id}}</ref> Bahasa Gorontalo menjadi bahasa yang paling digunakan dikarenakan pengaruh dari [[Kerajaan Gorontalo]] yang pernah berdiri di wilayah tersebut. Dialek Atinggola digunakan oleh masyarakat Atinggola yang berada di pesisir utara Gorontalo.<ref>{{Cite news|url=http://www.manadotopnews.com/2014/12/mengenal-asal-usul-suku-atinggola.html|title=Mengenal Asal Usul "Suku Atinggola" Gorontalo|last=MTN|access-date=2018-02-18}}</ref>


Bahasa Gorontalo sendiri sekarang banyak mengalami asimilasi dengan bahasa Manado (Melayu Manado) yang juga banyak diucapkan oleh masyarakat Gorontalo. Dilihat dari sisi linguistik, bahasa Gorontalo memiliki keterkaitan bahasa dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Utara dan Filipina.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=k-gtAAAAMAAJ&q=Bahasa+Gorontalo+Filipina&dq=Bahasa+Gorontalo+Filipina&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjSvIWfs6_ZAhXHso8KHTIjBzYQ6AEIKDAA|title=Morfologi bahasa Gorontalo|last=Badudu|first=Yus|date=1982|publisher=Djambatan|language=id}}</ref> Bahasa Gorontalo bersama dengan [[Bahasa Mongondow]] masuk dalam [[Rumpun bahasa Gorontalo-Mongondow]], yang merupakan bagian dari [[Rumpun bahasa Filipina]].<ref>{{cite web|url=https://www.jstor.org/stable/3623084|title=The Greater Central Philippines Hypothesis.|year=1991|publisher=Oceanic Linguistics 30. 73-129|author=Robert Blust}}</ref> Bahasa Gorontalo memiliki kedekatan linguistik dengan bahasa-bahasa Filipina khususnya [[Bahasa Tagalog]], [[Bahasa Cebú|Cebú]], [[Bahasa Hiligaynon|Hiligaynon]], [[Rumpun bahasa Bikol|Bikol]], dan [[Bahasa Waray-waray|Waray-waray]].<ref>Zorc, R.D. The genetic relationships of Philippine languages. 1986. In Geraghty, P., Carrington, L. and Wurm, S.A. editors, ''FOCAL II: Papers from the Fourth International Conference on Austronesian Linguistics''. C-94:147-173. Pacific Linguistics, The Australian National University, 1986.</ref><ref>Adelaar & Himmelmann (2005)</ref>
Orang Gorontalo memiliki falsafah hidup, yaitu "batanga pomaya, nyawa podungalo, harata potom bulu", artinya "jasad untuk untuk membela tanah air, setia sampai akhir, harta untuk kemaslahatan masyarakat" dan "lo iya lo ta uwa, ta uwa loloiya, boodila polucia hi lawo", artinya "pemimpin itu penuh kewibawaan, tapi tidak sewenang-wenang".


== Budaya ==
Beberapa tradisi adat pada masyarakat suku Gorontalo adalah:
Masyarakat suku Gorontalo adalah masyarakat yang memiliki rasa sosial yang tinggi, sehingga hampir tidak pernah terjadi konflik di antara mereka sendiri. Sistem kekerabatan yang sangat erat tetap dipelihara oleh masyarakat Gorontalo, seperti dicontohkan dalam sistem ikatan keluarga pohala'a.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=JSFyCwAAQBAJ&pg=PA87&dq=pohala'a+keluarga+gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjb8v6_t6_ZAhUTS48KHa18AB0Q6AEIKDAA#v=onepage&q=pohala'a%20keluarga%20gorontalo&f=false|title=Buku Ajar Budaya Gorontalo, Sebagai Pembentuk Karakter Generasi Penerus|last=Mulyanto|first=Arip|last2=Rohandi|first2=Manda|last3=Latief|first3=Mukhlisulfatih|date=2015-12-16|publisher=Deepublish|isbn=9786024010959|language=id}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/07/15/ot43o6313-gorontalo-dan-asalusul-nama|title=Gorontalo dan Asal-Usul Nama {{!}} Republika Online|newspaper=Republika Online|access-date=2018-02-18}}</ref> Tradisi gotong royong atau ''huyula'' tetap terpelihara dalam kehidupan masyarakat ini, serta setiap ada masalah akan diselesaikan dengan cara [[musyawarah]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=jHCCCgAAQBAJ&pg=PA90&dq=gotong+royong+gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjC3r7ntq_ZAhWKMI8KHQEoCYcQ6AEIMDAB#v=onepage&q&f=false|title=Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi Utara|last=Suwondo|first=Bambang|date=1978|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=JtSAAAAAMAAJ&q=gotong+royong+huyula+gorontalo&dq=gotong+royong+huyula+gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiB6sXytq_ZAhXHQI8KHVYBCU8Q6AEIKDAA|title=Upacara adat Propinsi Gorontalo|date=2005|publisher=Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=zTQvAAAAMAAJ&q=gotong+royong+huyula+gorontalo&dq=gotong+royong+huyula+gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiB6sXytq_ZAhXHQI8KHVYBCU8Q6AEILTAB|title=Monografi daerah Sulawesi Utara|last=Utara|first=Tim monografi daerah Sulawesi|date=1978*|publisher=Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Ditjen. Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|language=id}}</ref>


Orang Gorontalo memiliki falsafah hidup, yaitu ''batanga pomaya, nyawa podungalo, harata potom bulu,'' artinya "jasad untuk untuk membela tanah air, setia sampai akhir, harta untuk kemaslahatan masyarakat" dan ''lo iya lo ta uwa, ta uwa loloiya, boodila polucia hi lawo'', artinya "pemimpin itu penuh kewibawaan, tapi tidak sewenang-wenang".<ref>https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/2015/05/17/didikan-moral-dalam-tujai-gorontalo/</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=fg0cAAAAMAAJ&q=batanga+pomaya+Gorontalo&dq=batanga+pomaya+Gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiojPTluK_ZAhUBvY8KHVPNAQgQ6AEIKDAA|title=Ungkapan tradisional yang berkaitan dengan sila-sila dalam Pancasila daerah Sulawesi Utara|last=Sis-Amali|first=J. Tumenggung|last2=Inkiriwang|first2=Justus|last3=Roring|first3=M.|last4=(Drs.)|first4=Ahmad Yunus|last5=Mintosih|first5=Sri|date=1985|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=UVSBAAAAMAAJ&q=lo+iya+lo+ta+uwa+Gorontalo&dq=lo+iya+lo+ta+uwa+Gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj8w_38ua_ZAhXJqo8KHarQDZEQ6AEINzAC|title=Lahilote: cerita rakyat daerah Gorontalo dalam bahasa daerah Gorontalo|last=Daulima|first=Farha|date=2006|publisher=Forum Suara perempuan LSM "Mbu'i Bungale"|language=en}}</ref>
• Adat Perkawinan, dalam adat perkawinan, ada beberapa aturan dan tata cara yang harus dilakukan oleh sang mempelai. Mereka masih memegang tradisi turun temurun sebagai adat dan kebudayaan suku Gorontalo. Acara diadakan di rumah kedua mempelai secara bergantian. Acara pernikahan bisa berlangsung lebih dari 2 hari. Kerabat bergotong royong dalam mempersiapkan acara pernikahan ini beberapa hari sebelum hari pernikahan. Kedua mempelai menggunakan pakaian adat "Bili’u". Tempat pelaminan yang digunakan pada saat resepsi menggunakan adat Gorontalo.


=== Agama ===
• Tondhalo (Upacara tujuh Bulanan),
Masyarakat suku Gorontalo mayoritas adalah pemeluk agama [[Islam]] yang taat.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=Q526CgAAQBAJ&pg=PA176&dq=Gorontalo+people&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjymYDL9q7ZAhWIu48KHe07Aa8Q6AEIMjAC#v=onepage&q=Gorontalo%20people&f=false|title=Competitiveness Analysis and Development Strategies for 33 Indonesian Provinces|last=Tan|first=Khee Giap|last2=Amri|first2=Mulya|last3=Low|first3=Linda|last4=Tan|first4=Kong Yam|date=2013|publisher=World Scientific|isbn=9789814504867|language=en}}</ref><ref>{{cite book|title=Autonomy and Disintegration in Indonesia|author=Harry Aveling & Damien Kingsbury|publisher=Routledge|year=2014|isbn=1-1364-9809-5}}</ref> Agama Islam sangat kuat diyakini oleh masyarakat suku Gorontalo ini. Beberapa tradisi adat suku Gorontalo terlihat banyak mengandung unsur Islami. Hanya sebagian kecil saja dari suku Gorontalo yang memeluk agama lain di luar agama Islam, seperti [[Kristen Protestan]] dan [[Kristen Katolik]].
adalah suatu acara adat untuk mewujudkan rasa syukur atas kehamilan yang berusia tujuh bulan. Kedua orang tua harus memakai pakaian adat Gorontalo.
Seorang anak perempuan digendong oleh sang ayah mengelilingi rumah, lalu akhirnya masuk ke dalam kamar menemui ibu yang sedang mengandung.
Setelah calon ayah dan anak perempuan yang digendongnya bertemu dengan ibu yang mengandung sang bayi, maka tali yang terbuat dari daun kelapa yang melingkari perut ibu tersebut dipotong atau diputuskan. Dalam acara Tondhalo ini, disediakan 7 jenis makanan yang dihidangkan pada 7 nampan yang berbeda, lalu makanan ini dibagikan kepada seluruh undangan.


Pada masyarakat suku Gorontalo, adat dipandang sebagai suatu kehormatan (adab), norma, bahkan pedoman dalam pelaksanaan pemerintahan. Hal ini dinisbatkan dalam suatu ungkapan "Adat Bersendi Sara" dan "Sara Bersendi Kitabullah".<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=cFL6VdHVRU4C&q=pohala'a+gorontalo&dq=pohala'a+gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwihr9uqt6_ZAhUBsI8KHZfLC24Q6AEIVDAG|title=Profil hak asasi manusia Indonesia|date=2006|publisher=Direktorat Sistem Informasi Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Perlindungan Hak Asasi Manusia, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia|language=id}}</ref> Arti dari ungkapan ini adalah bahwa adat dilaksanakan berdasarkan sara (aturan), sedangkan aturan ini harus berdasarkan Kitab Suci [[Al-Qur'an]].<ref name=":0" /><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=r_XrAAAAMAAJ&q=aturan+gorontalo+qur'an&dq=aturan+gorontalo+qur'an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjD8eWeuK_ZAhUIrI8KHVbKAegQ6AEIODAC|title=Profil kependudukan [nama propinsi] tahun 2000: Gorontalo|last=Statistik|first=Indonesia Badan Pusat|date=2002|publisher=Badan Pusat Statistik|isbn=9789795989806|language=id}}</ref> Dengan demikian dapat dipahami bahwa sendi-sendi kehidupan masyarakat Gorontalo adalah penuh dengan nilai-nilai agamais dan tatanan nilai-nilai yang luhur.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=_6MMAQAAMAAJ&q=aturan+gorontalo+qur'an&dq=aturan+gorontalo+qur'an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjD8eWeuK_ZAhUIrI8KHVbKAegQ6AEIPzAD|title=Gorontalo: perubahan nilai-nilai budaya dan pranata sosial|last=Niode|first=Alim S.|date=2007|publisher=Pustaka Indonesia Press|language=id}}</ref>
• Tari Polopalo, Salah satu kesenian budaya suku Gorontalo yang terkenal adalah Tari Polopalo. Tarian ini populer di kalangan masyarakat suku Gorontalo, bahkan sampai ke wilayah [[Sulawesi Utara]].


=== Arsitektur ===
Masyarakat suku Gorontalo adalah masyarakat yang memiliki rasa sosial yang tinggi, sehingga hampir tidak pernah terjadi konflik di antara mereka sendiri. Sistem kekerabatan yang sangat erat tetap dipelihara oleh masyarakat Gorontalo. Tradisi gotong royong tetap terpelihara dalam kehidupan masyarakat ini, serta setiap ada masalah akan diselesaikan dengan cara [[musyawarah]].
* Rumah adat '''Dulohupa'''. Rumah adat tradisional suku Gorontalo dikenal dengan nama Dulohupa. Dulohupa biasanya digunakan untuk mengadakan musyawarah oleh kerabat kerajaan di masa lalu. Rumah Dulohupa terbuat dari papan pilihan serta beratap seperti jerami, dan dibuat dengan bentuk rumah panggung. Rumah adat Dulohupa masih bisa ditemukan di beberapa daerah kecamatan di provinsi Gorontalo.<ref>https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/2017/10/19/mengenal-rumah-adat-dulohupa-di-gorontalo-sulawesi-utara/</ref><ref>{{Cite news|url=http://regional.kompas.com/read/2016/01/21/02080741/Pemangku.Adat.Gorontalo.Satukan.Persepsi.Pemberian.Gelar.Adat|title=Pemangku Adat Gorontalo Satukan Persepsi Pemberian Gelar Adat - Kompas.com|last=Media|first=Kompas Cyber|newspaper=KOMPAS.com|language=en|access-date=2018-02-18}}</ref>
* Rumah adat '''Bandayo Poboide'''. Selain Dulohupa, masih ada satu lagi jenis rumah adat suku Gorontalo, yaitu rumah adat Bandayo Poboide. Namun rumah adat Bandayo Poboide ini keberadaannya hampir punah di seluruh daerah Gorontalo. Satu-satunya rumah adat Bandayo Poboide yang masih tersisa adalah rumah yang berada di depan kantor Bupati Gorontalo di Jl. Jenderal Sudirman, [[Limboto]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=U9zVAAAAMAAJ&q=rumah+Bandayo+Poboide&dq=rumah+Bandayo+Poboide&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiGwobOwK_ZAhUBL48KHd73BO4Q6AEILzAB|title=Arsitektur tradisional daerah Sulawesi Utara|last=Syamsidar|date=1991|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya|language=id}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://www.kamerabudaya.com/2017/09/rumah-dolohupa-dan-bandayo-pomboide-rumah-adat-gorontalo.html|title=Rumah Dolohupa dan Bandayo Pomboide, Rumah Adat Gorontalo|newspaper=Kamera Budaya|access-date=2018-02-18}}</ref>

=== Sastra ===
* [[Lumadu|'''Lumadu''']] merupakan jenis sastra lisan asli Gorontalo berupa teka-teki pengasah otak dan kiasan atau perumpamaan.<ref>{{Cite book|title=Tinilio Pai'ta,Naskah Puisi Gorontalo:Sebuah Kajian Filologis|last=Hinta|first=Ellyana G|publisher=Djambatan|year=2005|isbn=979-428-596-X|location=Jakarta|pages=47}}</ref> Lumadu sering digunakan oleh anak-anak untuk bermain-main, sedangkan lumadu kiasan sering digunakan dalam percakapan antara orang-orang dewasa yang bertujuan untuk menghormati orang lain, memperluas pembicaraan terhadap lawan bicara, dan mempertinggi nilai suatu (objek) yang dikiaskan.

=== Tarian daerah ===
* Tari '''Polopalo''', Salah satu kesenian budaya suku Gorontalo yang terkenal adalah Tari Polopalo. Tarian ini populer di kalangan masyarakat suku Gorontalo, bahkan sampai ke wilayah [[Sulawesi Utara]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=UfsMAQAAMAAJ&q=tari+polopalo+gorontalo&dq=tari+polopalo+gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiuwPmKwa_ZAhWFu48KHTrkAWYQ6AEIXDAH|title=Mengenal tarian daerah tradisional dan klassik Gorontalo|last=Daulima|first=Farha|date=2006|publisher=Forum Suara Perempuan, LSM Mbu'i Bungale|language=id}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://www.kamerabudaya.com/2017/10/inilah-3-tarian-tradisional-dari-gorontalo-beserta-penjelasannya.html|title=Inilah 3 Tarian Tradisional Dari Gorontalo Beserta Penjelasannya|newspaper=Kamera Budaya|access-date=2018-02-18}}</ref>

=== Tradisi setempat ===
Beberapa tradisi adat pada masyarakat suku Gorontalo adalah:
* Adat Pernikahan '''Momondho''' dan '''Modutu'''. Dalam adat pernikahan tradisional Gorontalo, ada beberapa aturan dan tata cara yang harus dilakukan oleh kedua mempelai. Orang Gorontalo masih memegang tradisi turun-temurun sebagai bagian dari adat dan kebudayaan. Acara pernikahan diadakan di rumah kedua mempelai secara bergantian. Acara pernikahan bisa berlangsung lebih dari 2 hari. Kerabat bergotong-royong dalam mempersiapkan acara pernikahan ini beberapa hari sebelum hari pernikahan. Kedua mempelai menggunakan busana adat bernama ''Bili’u''. Tempat pelaminan yang digunakan pada saat resepsi menggunakan adat Gorontalo.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=G2qDPAAACAAJ&dq=pernikahan+gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwi6rOPgwa_ZAhWJOY8KHY9EAqIQ6AEIKDAA|title=Tata cara adat perkawinan: pada masyarakat adat suku Gorontalo|last=Daulima|first=Farha|date=2006|publisher=Forum Suara perempuan, LSM Mbu'i Bungale|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=ad3lAAAAMAAJ&q=aturan+gorontalo+qur'an&dq=aturan+gorontalo+qur'an&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjD8eWeuK_ZAhUIrI8KHVbKAegQ6AEISjAF|title=Perkawinan adat Gorontalo|last=Nur|first=Samin Radjik|date=1965|publisher=Jajasan Penerbitan Universitas Hasanuddin|language=id}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://mahligai-indonesia.com/pernikahan-nusantara/prosesi-adat/upacara-momondho-dan-modutu-ritual-adat-pernikahan-gorontalo-5552|title=Upacara Momondho dan Modutu : Prosesi Pra Pernikahan Adat Gorontalo|last=Widiastuti|first=Intan|date=2017-11-07|newspaper=Mahligai Indonesia|language=en-US|access-date=2018-02-18}}</ref>
* '''Molonthalo''' atau '''Tondhalo''' (Upacara tujuh bulanan), adalah suatu acara adat untuk mewujudkan rasa syukur atas kehamilan yang sudah berusia tujuh bulan. Dalam menggelar acara adat ini, kedua orang tua dari calon bayi harus memakai pakaian adat Gorontalo. Seorang anak perempuan digendong oleh sang ayah mengelilingi rumah, lalu akhirnya masuk ke dalam kamar menemui ibu yang sedang mengandung. Setelah calon ayah dan anak perempuan yang digendongnya bertemu dengan ibu yang mengandung sang bayi, maka tali yang terbuat dari daun kelapa yang sebelumnya sudah melingkari perut ibu tersebut dipotong atau diputuskan. Dalam acara Tondhalo ini, disediakan 7 jenis makanan yang dihidangkan pada 7 nampan yang berbeda, lalu makanan ini dibagikan kepada seluruh undangan.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=JtSAAAAAMAAJ&q=molonthalo+gorontalo&dq=molonthalo+gorontalo&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiBqOK8wq_ZAhUGRY8KHfmhAD4Q6AEIKDAA|title=Upacara adat Propinsi Gorontalo|date=2005|publisher=Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film|language=id}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://portalnews.co.id/2017/11/26/molonthalo-ritual-menyambut-keluarga-baru-dari-gorontalo/|title=Molonthalo, Ritual Menyambut Keluarga Baru Dari Gorontalo|last=PortalNews.co.id|website=portalnews.co.id|access-date=2018-02-18}}</ref>


== Referensi ==
== Rujukan ==
{{reflist}}
{{reflist}}



Revisi per 18 Februari 2018 13.05

Hulondalo
Daerah dengan populasi signifikan
Indonesia
Gorontalo: 934.731
Sulawesi Tengah: 474.016
Sulawesi Utara: 168.025
Bahasa
Gorontalo, Indonesia
Agama
Islam (mayoritas)
Kristen Protestan
Kristen Katolik
Kelompok etnik terkait
Buol, Mongondow, Bisaya, Tausug, Minahasa

Suku Gorontalo atau Hulondalo adalah suku bangsa yang merupakan penduduk asli provinsi Gorontalo di bagian utara pulau Sulawesi. Bahasa mereka adalah bahasa Gorontalo. Suku Gorontalo juga dapat ditemukan di provinsi Sulawesi Utara dan Tengah. Populasi suku Gorontalo diperkirakan mencapai lebih dari 1,2 juta orang menurut Sensus Penduduk tahun 2010.[1]

Istilah

Nama Gorontalo kemungkinan berasal dari beberapa istilah setempat, yaitu:

  • Hulontalangio, nama kerajaan terdahulu yang berada di wilayah Gorontalo
  • Hua Lolontalango, yang berarti orang penghuni gua yang berjalan lalu-lalang;
  • Hulutalangi, yang berarti lebih mulia;
  • Huluo Lo Tola, yang berarti tempat di mana Ikan gabus berkembang biak;
  • Pongolatalo atau Pohulatalo, yang berarti tempat untuk menunggu;
  • Gunung Telu, yang berarti tiga gunung;
  • Hunto, yang berarti tempat yang selalu dialiri air;[2]

Orang Gorontalo sendiri kadang menyebut diri mereka sebagai Hulondalo. Istilah Hulondalo sendiri sudah terkenal di wilayah Gorontalo dan Sulawesi Utara, yang biasanya digunakan untuk menyebut wilayah Gorontalo atau orang Gorontalo.

Orang Gorontalo juga memiliki suatu sistem ikatan keluarga bernama Pohala'a. Sistem ini merupakan warisan dari kerajaan-kerajaan yang sebelumnya pernah berdiri di Gorontalo. Terdapat lima pohala'a di Gorontalo, yaitu Gorontalo, Limboto, Suwawa, Bualemo, dan Atinggola, dimana pohala'a Gorontalo merupakan pohala'a yang paling menonjol.[3] [4]

Sejarah

Asal muasal

Asal usul suku Gorontalo, tidak diketahui secara pasti. Apabila dilihat dari struktur fisik orang Gorontalo, suku Gorontalo termasuk ke dalam ras mongoloid, hanya saja mungkin sejak beberapa abad yang lalu telah terjadi percampuran ras dengan bangsa-bangsa lain. Sehingga suku Gorontalo saat ini memiliki postur fisik yang beragam. Warna kulit mulai dari kuning hingga ke coklat gelap. Rambut juga bervariasi, dari rambut lurus, ikal dan keriting. Terdapat dua teori mengenai migrasi penduduk di Asia Tenggara, teori pertama menyebutkan bahwa penduduk Asia Tenggara awalnya berasal dari timur, lalu mendiami Sulawesi. Sementara teori kedua menjelaskan migrasi manusia yang berasal dari Taiwan, menuju Filipina, dan sampai di Sulawesi.[5]

Suku Gorontalo memiliki legenda yang menceritakan bahwa leluhur mereka adalah keturunan dari Hulontalangi, atau orang yang turun dari langit dan awalnya berdiam di Gunung Tilongkabila, Kab. Bone Bolango. Nama Hulontalangi lalu berubah menjadi Hulontalo dan Gorontalo.[6]

Era prasejarah

Wilayah Gorontalo diyakini sudah dihuni manusia di masa prasejarah. Situs Oluhuta yang berada di Kab. Bone Bolango merupakan situs arkeologi yang memberikan informasi mengenai makam-makam masyarakat terdahulu yang diperkirakan hidup sekitar 2000-4000 tahun yang lalu.[7][8]

Kerajaan-Kerajaan Gorontalo

Pesta khitanan orang Gorontalo pada masa Hindia Belanda

Wilayah Gorontalo diperkirakan terbentuk 400 tahun yang lalu. Gorontalo merupakan salah-satu tempat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur selain Ternate dan Bone. Islam diperkirakan masuk ke Gorontalo di tahun 1525, di masa pemerintahan Raja Amay. Seiring dengan masuknya Islam, Gorontalo berkembang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan di utara Sulawesi. Kota Kerajaan Gorontalo awalnya bermula di Desa Hulawa di tepi Sungai Bolango. Sebelum kedatangan bangsa Eropa, kerajaan-kerajaan di Gorontalo sudah menganut sistem ikatan keluarga yaitu pohala'a yang masih ditemukan saat ini.[3]

Era Hindia Belanda

Sebelum kedatangan bangsa Eropa, kerajaan-kerajaan Gorontalo berada dibawah pengaruh Kesultanan Ternate. Sejak tahun 1673, Gorontalo masuk dalam wilayah administrasi VOC, ditandai dengan pembentukan Kab. Gorontalo sebagai hasil dari perjanjian Gubernur Ternate Robertus Patbrugge dan Raja Gorontalo.[3]

Di masa Hindia Belanda, orang-orang Gorontalo mulai melakukan emigrasi keluar wilayah Gorontalo tepatnya sejak abad ke-18 M, dimana orang-orang Gorontalo berpindah ke wilayah seperti Ternate, Ambon, Buol, Banggai, dan Minahasa dikarenakan orang-orang ini ingin menghindari sistem kerja paksa yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda di Gorontalo saat itu.[9]

Pembentukan Provinsi Gorontalo

Sebelum menjadi provinsi tersendiri, wilayah Gorontalo ini merupakan bagian dari provinsi Sulawesi Utara dengan status kabupaten, namun pada tanggal 5 Desember 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, Kabupaten Gorontalo telah menjadi provinsi sendiri dengan nama provinsi Gorontalo. Menteri Dalam Negeri saat itu Soerjadi Soedirdja meresmikan Provinsi Gorontalo sekaligus melantik Tursandi Alwi sebagai Penjabat Gubernur. Setahun kemudian, Ir. Fadel Muhammad terpilih menjadi Gubernur Pertama Provinsi Gorontalo.[10]

Bahasa

Suku Gorontalo berbicara dalam Bahasa Gorontalo. Selain bahasa Gorontalo, terdapat juga beberapa bahasa lain yang mirip, yang dianggap oleh para ahli bahasa sebagai dialek bahasa Gorontalo yaitu bahasa Suwawa, Atinggola, Limboto, Kwandang, Tilamuta, dan Sumawata.[11] Bahasa Gorontalo menjadi bahasa yang paling digunakan dikarenakan pengaruh dari Kerajaan Gorontalo yang pernah berdiri di wilayah tersebut. Dialek Atinggola digunakan oleh masyarakat Atinggola yang berada di pesisir utara Gorontalo.[12]

Bahasa Gorontalo sendiri sekarang banyak mengalami asimilasi dengan bahasa Manado (Melayu Manado) yang juga banyak diucapkan oleh masyarakat Gorontalo. Dilihat dari sisi linguistik, bahasa Gorontalo memiliki keterkaitan bahasa dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Utara dan Filipina.[13] Bahasa Gorontalo bersama dengan Bahasa Mongondow masuk dalam Rumpun bahasa Gorontalo-Mongondow, yang merupakan bagian dari Rumpun bahasa Filipina.[14] Bahasa Gorontalo memiliki kedekatan linguistik dengan bahasa-bahasa Filipina khususnya Bahasa Tagalog, Cebú, Hiligaynon, Bikol, dan Waray-waray.[15][16]

Budaya

Masyarakat suku Gorontalo adalah masyarakat yang memiliki rasa sosial yang tinggi, sehingga hampir tidak pernah terjadi konflik di antara mereka sendiri. Sistem kekerabatan yang sangat erat tetap dipelihara oleh masyarakat Gorontalo, seperti dicontohkan dalam sistem ikatan keluarga pohala'a.[17][18] Tradisi gotong royong atau huyula tetap terpelihara dalam kehidupan masyarakat ini, serta setiap ada masalah akan diselesaikan dengan cara musyawarah.[19][20][21]

Orang Gorontalo memiliki falsafah hidup, yaitu batanga pomaya, nyawa podungalo, harata potom bulu, artinya "jasad untuk untuk membela tanah air, setia sampai akhir, harta untuk kemaslahatan masyarakat" dan lo iya lo ta uwa, ta uwa loloiya, boodila polucia hi lawo, artinya "pemimpin itu penuh kewibawaan, tapi tidak sewenang-wenang".[22][23][24]

Agama

Masyarakat suku Gorontalo mayoritas adalah pemeluk agama Islam yang taat.[25][26] Agama Islam sangat kuat diyakini oleh masyarakat suku Gorontalo ini. Beberapa tradisi adat suku Gorontalo terlihat banyak mengandung unsur Islami. Hanya sebagian kecil saja dari suku Gorontalo yang memeluk agama lain di luar agama Islam, seperti Kristen Protestan dan Kristen Katolik.

Pada masyarakat suku Gorontalo, adat dipandang sebagai suatu kehormatan (adab), norma, bahkan pedoman dalam pelaksanaan pemerintahan. Hal ini dinisbatkan dalam suatu ungkapan "Adat Bersendi Sara" dan "Sara Bersendi Kitabullah".[27] Arti dari ungkapan ini adalah bahwa adat dilaksanakan berdasarkan sara (aturan), sedangkan aturan ini harus berdasarkan Kitab Suci Al-Qur'an.[3][28] Dengan demikian dapat dipahami bahwa sendi-sendi kehidupan masyarakat Gorontalo adalah penuh dengan nilai-nilai agamais dan tatanan nilai-nilai yang luhur.[29]

Arsitektur

  • Rumah adat Dulohupa. Rumah adat tradisional suku Gorontalo dikenal dengan nama Dulohupa. Dulohupa biasanya digunakan untuk mengadakan musyawarah oleh kerabat kerajaan di masa lalu. Rumah Dulohupa terbuat dari papan pilihan serta beratap seperti jerami, dan dibuat dengan bentuk rumah panggung. Rumah adat Dulohupa masih bisa ditemukan di beberapa daerah kecamatan di provinsi Gorontalo.[30][31]
  • Rumah adat Bandayo Poboide. Selain Dulohupa, masih ada satu lagi jenis rumah adat suku Gorontalo, yaitu rumah adat Bandayo Poboide. Namun rumah adat Bandayo Poboide ini keberadaannya hampir punah di seluruh daerah Gorontalo. Satu-satunya rumah adat Bandayo Poboide yang masih tersisa adalah rumah yang berada di depan kantor Bupati Gorontalo di Jl. Jenderal Sudirman, Limboto.[32][33]

Sastra

  • Lumadu merupakan jenis sastra lisan asli Gorontalo berupa teka-teki pengasah otak dan kiasan atau perumpamaan.[34] Lumadu sering digunakan oleh anak-anak untuk bermain-main, sedangkan lumadu kiasan sering digunakan dalam percakapan antara orang-orang dewasa yang bertujuan untuk menghormati orang lain, memperluas pembicaraan terhadap lawan bicara, dan mempertinggi nilai suatu (objek) yang dikiaskan.

Tarian daerah

  • Tari Polopalo, Salah satu kesenian budaya suku Gorontalo yang terkenal adalah Tari Polopalo. Tarian ini populer di kalangan masyarakat suku Gorontalo, bahkan sampai ke wilayah Sulawesi Utara.[35][36]

Tradisi setempat

Beberapa tradisi adat pada masyarakat suku Gorontalo adalah:

  • Adat Pernikahan Momondho dan Modutu. Dalam adat pernikahan tradisional Gorontalo, ada beberapa aturan dan tata cara yang harus dilakukan oleh kedua mempelai. Orang Gorontalo masih memegang tradisi turun-temurun sebagai bagian dari adat dan kebudayaan. Acara pernikahan diadakan di rumah kedua mempelai secara bergantian. Acara pernikahan bisa berlangsung lebih dari 2 hari. Kerabat bergotong-royong dalam mempersiapkan acara pernikahan ini beberapa hari sebelum hari pernikahan. Kedua mempelai menggunakan busana adat bernama Bili’u. Tempat pelaminan yang digunakan pada saat resepsi menggunakan adat Gorontalo.[37][38][39]
  • Molonthalo atau Tondhalo (Upacara tujuh bulanan), adalah suatu acara adat untuk mewujudkan rasa syukur atas kehamilan yang sudah berusia tujuh bulan. Dalam menggelar acara adat ini, kedua orang tua dari calon bayi harus memakai pakaian adat Gorontalo. Seorang anak perempuan digendong oleh sang ayah mengelilingi rumah, lalu akhirnya masuk ke dalam kamar menemui ibu yang sedang mengandung. Setelah calon ayah dan anak perempuan yang digendongnya bertemu dengan ibu yang mengandung sang bayi, maka tali yang terbuat dari daun kelapa yang sebelumnya sudah melingkari perut ibu tersebut dipotong atau diputuskan. Dalam acara Tondhalo ini, disediakan 7 jenis makanan yang dihidangkan pada 7 nampan yang berbeda, lalu makanan ini dibagikan kepada seluruh undangan.[40][41]

Rujukan

  1. ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia - Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 2011. ISBN 9789790644175. 
  2. ^ http://www.gorontalofamily.org/sejarah.html
  3. ^ a b c d Diponegoro, Anna Fauziah (2007). Harta bumi Indonesia: biografi J.A. Katili. Grasindo. ISBN 9789797598150. 
  4. ^ Olilingo, Fachrudin Zain (2017-04-25). Potensi Investasi di Provinsi Gorontalo. Deepublish. ISBN 9786024535476. 
  5. ^ Parmentier, Richard J. (1987-11-05). The Sacred Remains: Myth, History, and Polity in Belau (dalam bahasa Inggris). University of Chicago Press. ISBN 9780226646954. 
  6. ^ Hidayah, Dr Zulyani (2015). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794619292. 
  7. ^ Archaeology: Indonesian Perspective : R.P. Soejono's Festschrift (dalam bahasa Inggris). Yayasan Obor Indonesia. 2006. ISBN 9789792624991. 
  8. ^ antaranews.com. "Balai Cagar Budaya pamerkan replika kerangka Oluhuta - ANTARA News". Antara News. Diakses tanggal 2018-02-18. 
  9. ^ Henley, David (2005). Fertility, Food and Fever: Population, Economy and Environment in North and Central Sulawesi, 1600-1930 (dalam bahasa Inggris). KITLV Press. ISBN 9789067182096. 
  10. ^ "Gorontalo: Di Balik Semangat Memisahkan Diri - Wartakota". Wartakota. Diakses tanggal 2018-02-18. 
  11. ^ Badudu, Yus (1982). Morfologi bahasa Gorontalo. Djambatan. 
  12. ^ MTN. "Mengenal Asal Usul "Suku Atinggola" Gorontalo". Diakses tanggal 2018-02-18. 
  13. ^ Badudu, Yus (1982). Morfologi bahasa Gorontalo. Djambatan. 
  14. ^ Robert Blust (1991). "The Greater Central Philippines Hypothesis". Oceanic Linguistics 30. 73-129. 
  15. ^ Zorc, R.D. The genetic relationships of Philippine languages. 1986. In Geraghty, P., Carrington, L. and Wurm, S.A. editors, FOCAL II: Papers from the Fourth International Conference on Austronesian Linguistics. C-94:147-173. Pacific Linguistics, The Australian National University, 1986.
  16. ^ Adelaar & Himmelmann (2005)
  17. ^ Mulyanto, Arip; Rohandi, Manda; Latief, Mukhlisulfatih (2015-12-16). Buku Ajar Budaya Gorontalo, Sebagai Pembentuk Karakter Generasi Penerus. Deepublish. ISBN 9786024010959. 
  18. ^ "Gorontalo dan Asal-Usul Nama | Republika Online". Republika Online. Diakses tanggal 2018-02-18. 
  19. ^ Suwondo, Bambang (1978). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi Utara. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 
  20. ^ Upacara adat Propinsi Gorontalo. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film. 2005. 
  21. ^ Utara, Tim monografi daerah Sulawesi (1978*). Monografi daerah Sulawesi Utara. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Ditjen. Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 
  22. ^ https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/2015/05/17/didikan-moral-dalam-tujai-gorontalo/
  23. ^ Sis-Amali, J. Tumenggung; Inkiriwang, Justus; Roring, M.; (Drs.), Ahmad Yunus; Mintosih, Sri (1985). Ungkapan tradisional yang berkaitan dengan sila-sila dalam Pancasila daerah Sulawesi Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 
  24. ^ Daulima, Farha (2006). Lahilote: cerita rakyat daerah Gorontalo dalam bahasa daerah Gorontalo (dalam bahasa Inggris). Forum Suara perempuan LSM "Mbu'i Bungale". 
  25. ^ Tan, Khee Giap; Amri, Mulya; Low, Linda; Tan, Kong Yam (2013). Competitiveness Analysis and Development Strategies for 33 Indonesian Provinces (dalam bahasa Inggris). World Scientific. ISBN 9789814504867. 
  26. ^ Harry Aveling & Damien Kingsbury (2014). Autonomy and Disintegration in Indonesia. Routledge. ISBN 1-1364-9809-5. 
  27. ^ Profil hak asasi manusia Indonesia. Direktorat Sistem Informasi Hak Asasi Manusia, Direktorat Jenderal Perlindungan Hak Asasi Manusia, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2006. 
  28. ^ Statistik, Indonesia Badan Pusat (2002). Profil kependudukan [nama propinsi] tahun 2000: Gorontalo. Badan Pusat Statistik. ISBN 9789795989806. 
  29. ^ Niode, Alim S. (2007). Gorontalo: perubahan nilai-nilai budaya dan pranata sosial. Pustaka Indonesia Press. 
  30. ^ https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpsmpsangiran/2017/10/19/mengenal-rumah-adat-dulohupa-di-gorontalo-sulawesi-utara/
  31. ^ Media, Kompas Cyber. "Pemangku Adat Gorontalo Satukan Persepsi Pemberian Gelar Adat - Kompas.com". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-02-18. 
  32. ^ Syamsidar (1991). Arsitektur tradisional daerah Sulawesi Utara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya. 
  33. ^ "Rumah Dolohupa dan Bandayo Pomboide, Rumah Adat Gorontalo". Kamera Budaya. Diakses tanggal 2018-02-18. 
  34. ^ Hinta, Ellyana G (2005). Tinilio Pai'ta,Naskah Puisi Gorontalo:Sebuah Kajian Filologis. Jakarta: Djambatan. hlm. 47. ISBN 979-428-596-X. 
  35. ^ Daulima, Farha (2006). Mengenal tarian daerah tradisional dan klassik Gorontalo. Forum Suara Perempuan, LSM Mbu'i Bungale. 
  36. ^ "Inilah 3 Tarian Tradisional Dari Gorontalo Beserta Penjelasannya". Kamera Budaya. Diakses tanggal 2018-02-18. 
  37. ^ Daulima, Farha (2006). Tata cara adat perkawinan: pada masyarakat adat suku Gorontalo. Forum Suara perempuan, LSM Mbu'i Bungale. 
  38. ^ Nur, Samin Radjik (1965). Perkawinan adat Gorontalo. Jajasan Penerbitan Universitas Hasanuddin. 
  39. ^ Widiastuti, Intan (2017-11-07). "Upacara Momondho dan Modutu : Prosesi Pra Pernikahan Adat Gorontalo". Mahligai Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-02-18. 
  40. ^ Upacara adat Propinsi Gorontalo. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film. 2005. 
  41. ^ PortalNews.co.id. "Molonthalo, Ritual Menyambut Keluarga Baru Dari Gorontalo". portalnews.co.id. Diakses tanggal 2018-02-18.