Komando Armada II: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 127: | Baris 127: | ||
== Satuan Operasi == |
== Satuan Operasi == |
||
# [[Gugus Tempur Laut Armada Timur]] (Guspurla |
# [[Gugus Tempur Laut Armada Timur|Gugus Tempur Laut Armada II]] (Guspurla Koarmada II) |
||
# [[Gugus Keamanan Laut Armada Timur]] (Guskamla |
# [[Gugus Keamanan Laut Armada Timur|Gugus Keamanan Laut Armada II]] (Guskamla Koarmada II) |
||
== Satuan Pelaksana Armatim == |
== Satuan Pelaksana Armatim == |
Revisi per 19 Mei 2018 01.58
Komando Armada II Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut | |
---|---|
Berkas:Armatim.png | |
Dibentuk | 30 Maret 1985 |
Negara | Indonesia |
Cabang | TNI Angkatan Laut |
Tipe unit | Komando Utama TNI AL |
Bagian dari | Tentara Nasional Indonesia |
Moto | Ghora Vira Madya Jala |
Situs web | www.koarmatim.mil.id |
Tokoh | |
Panglima Koarmada II | Laksamana Muda TNI Didik Setiyono, S.E., M.M. |
Kepala Staf Koarmada II | Laksamana Pertama TNI I.N.G. Sudihartawan, S.Pi., M.M. |
Komando Armada II atau disingkat (Koarmada II) adalah salah satu Komando Utama TNI Angkatan Laut yang lahir pada 30 Maret 1985. Komando ini bermarkas besar di Surabaya, Jawa Timur. dan membawahi wilayah laut indonesia bagian tengah.
Sejarah
Sejarah Angkatan Laut dimulai dari dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945. BKR kemudian berkembang menjadi beberapa divisi, dimana BKR Laut, salah satu divisi awalnya, meliputi wilayah bahari / laut. Dibentuknya Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut) pada tanggal 10 September 1945 oleh administrasi kabinet awal Soekarno menjadi tonggak penting bagi kehadiran Angkatan Laut di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Terbentuknya BKR Laut ini dipelopori tokoh-tokoh bahariawan veteran yang pernah bertugas di jajaran Koninklijke Marine selama masa penjajahan Belanda dan veteran Kaigun selama masa pendudukan Jepang. Faktor lain yang mendorong terbentuknya badan ini adalah adanya potensi yang memungkinkan untuk menjalankan fungsi Angkatan Laut seperti kapal-kapal dan pangkalan, meskipun pada saat itu Angkatan Bersenjata Indonesia belum terbentuk. Terbentuknya organisasi militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR) turut memacu keberadaan TKR Laut yang selanjutnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), dengan segala kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya.[1]
Sejumlah Pangkalan Angkatan Laut terbentuk, kapal – kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang diperdayakan, dan personel pengawaknya pun direkrut untuk memenuhi tuntutan tugas sebagai penjaga laut Republik yang baru terbentuk itu. Sementara itu, sejarah Armada Republik Indonesia (Armada RI) tidak terlepas dari sejarah kemerdekaan Republik Indonesia yang diikuti dengan kelahiran TNI AL yang diawali dengan pembentuka tersebut di atas. Sejak masa TKR Laut ini struktur organisasi mulai disusun sesuai kebutuhan matra laut, yakni dengan membentuk beberapa satuan seperti Pangkalan, Corps Armada, Corps Mariniers, Polisi Tentara Laut, dan Kesehatan. Pada tanggal 25 Januari 1946 TKR Laut berubah menjadi Tentara Republik Indonesia Laut (TRI Laut). Demikian pada pada tanggal 19 Juli 1946 TRI Laut kemudian dirubah menjadi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yang disyahkan bertepatan dengan pelaksanaan Konferensi ALRI di Lawang, Malang.
Kemudian setelah kualitas unsur armada semakin canggih dan modern serta dan kuantitasnya semakin besar, akhirnya terbentuklah sebuah Komando Armada. Berdasarkan SK KSAL No. A. 4/2/10 tanggal 14 September 1959 ditetapkan berdirinya organisasi Komando Armada ALRI, yang diresmikan pembentukannya pada tanggal 5 Desember 1959 oleh KSAL Komodor Laut R.E. Martadinata. Pada tanggal ini selanjutnya tiap tahun diperingati sebagai “Hari Armada”. Sejalan dengan semakin komplexnya permasalahan yang terjadi di laut, pemimpin memandang perlu untuk membagi dua Armada. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Panglima ABRI Nomor : Kep.171/II/1985 tanggal 30 Maret 1985, Armada RI resmi di bagi menjadi dua kawasan wilayah kerja, yaitu Armada RI Kawasan Timur dan Armada RI Kawasan Barat. Pembagian wilayah kerja tersebut, juga secara bertahap melaksanakan Dispersi kekuatan Alut Sista yang semula seluruhnya berada di Armada Timur, sebagian di Dispersi ke Armada Barat, guna menyikapi perkembangan jaman dan tuntutan tugas semua wilayah kerja.
Panglima
Saat bernama Armada ALRI:
- Kolonel Laut Mohammad Nazir (1950 - 1957)
- Kolonel Laut R.S. Hadi Winarso (1957 - 1959)
- Kolonel Laut Omar Basri (1959 - 1960)
- Kolonel Laut R. Moeljadi (1960 - 1962)
- Kolonel Laut Hamzah Atmohardojo (1962 - 1964)
- Laksda Laut Rachmat Sumengkar (1964 - 1966)
- Laksda Laut L.M. Abdul Kadir (1966 - 1970)
- Laksda Laut Subroto Judono (1966 - 1970)
- Laksda Laut M. Subarkah (1970 -1970)
- Laksda TNI Syamsul Bahri (1970 - 1973)
- Laksda TNI Rudy Poerwana (1973 - 1977)
- Laksdya TNI Prasodjo Mahdi (1977 - 1981)
- Laksda TNI R. Kasenda (1981 - 1985)
Saat bernama Armada RI Kawasan Timur:
- Laksda TNI Gatot Suwardi (1985 - 1986)
- Laksda TNI R. Moh Arifin P.S (1986 - 1989)
- Laksda TNI Sumitro (1989 - 1991)
- Laksda TNI Tanto Kuswanto (1991 - 1993)
- Laksda TNI Mochammad Sochied (1993 - 1994)
- Laksda TNI Gofar Soewarno (1994 - 1995)
- Laksda TNI Bambang Surjanto (1995 - 1997)
- Laksda TNI Edi Suyadi (1997 - 1999)
- Laksda TNI Adi Haryono (1999 - 2001)
- Laksda TNI Syahroni Kasnadi (2001 - 2002)
- Laksda TNI I Wayan Rampih Argawa (2002 - 2003)
- Laksda TNI Slamet Soebijanto (2003 - 2003)
- Laksda TNI Sosialisman (2003 - 2005)
- Laksda TNI Yosaphat Didik Heru Purnomo (2005 - 2005)
- Laksda TNI Waldi Murad (2005 - 2006)
- Laksda TNI Moekhlas Sidik (2006 - 2007)
- Laksda TNI Adi Prabawa (2007 - 2008)
- Laksda TNI Lili Supramono (2008 - 2009)
- Laksda TNI Ignatius Dadiek Surarto (2009 - 2010)
- Laksda TNI Among Margono (2010 - 2010)
- Laksda TNI Bambang Suwarto (2010 - 2011)
- Laksda TNI Ade Supandi (2011 - 2012)
- Laksda TNI Agung Pramono (2012 - 2014)
- Laksda TNI Sri Mohamad Darojatim (2014 - 2014)
- Laksda TNI Arie Henrycus Sembiring (2014 - 2014)
- Laksda TNI Darwanto, M.AP. (2015 - 2017)
- Laksda TNI Didik Setiyono, S.E., M.M. (2017 - Sekarang)
Pangkalan
Koarmatim membawahi lima Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) yang meliputi:
- Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut V (Lantamal V) di Surabaya, membawahi:
- Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut VI (Lantamal VI) di Makassar
- Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut VII (Lantamal VII) di Kupang
- Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut VIII (Lantamal VIII) di Manado
- Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut XIII (Lantamal XIII) di Tarakan
Satuan Operasi
- Gugus Tempur Laut Armada II (Guspurla Koarmada II)
- Gugus Keamanan Laut Armada II (Guskamla Koarmada II)
Satuan Pelaksana Armatim
- Satuan Kapal Amfibi Komando Armada RI Kawasan Timur
- Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Timur
- Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Timur
- Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur
- Satuan Kapal Bantu Komando Armada RI Kawasan Timur
- Satuan Kapal Patroli Komando Armada RI Kawasan Timur
- Satuan Kapal Ranjau Komando Armada RI Kawasan Timur
- Satuan Komando Pasukan Katak Komando Armada RI Kawasan Timur
- Dinas Penyelamatan Bawah Air Komando Armada RI Kawasan Timur
- Komando Latihan Komando Armada RI Kawasan Timur
Armada
Beberapa kapal yang tergabung ke dalam armada timur adalah:
- KRI Ahmad Yani - 351
- KRI Slamet Riyadi - 352
- KRI Yos Sudarso - 353
- KRI Oswald Siahaan - 354
- KRI Abdul Halim Perdanakusumah - 355
- KRI Karel Sasuit Tubun - 356
- KRI Fatahillah - 361
- KRI Malahayati - 362
- KRI Nala - 363
- KRI Ki Hajar Dewantara - 364
- KRI Diponegoro - 365
- KRI Hasanuddin - 366
- KRI Sultan Iskandar Muda - 367
- KRI Frans Kaisiepo - 368
- KRI Untung Suropati - 372
- KRI Sultan Nuku - 373
- KRI Lambung mangkurat - 374
- KRI Hasan Basri - 382
- KRI Cakra - 401
- KRI Nanggala - 402 (kapal selam)
- KRI Teluk Semangka -512
- KRI Teluk Penyu - 513
- KRI Teluk Mandar - 514
- KRI Teluk Sampit - 515
- KRI Teluk Banten - 516
- KRI Teluk Ende - 517
- KRI Teluk Cenderawasih - 533
- KRI Teluk Berau - 534 (Tenggelam sebagai sasaran tembak AJ/XXXI[2][3])
- KRI Teluk Jakarta - 541
- KRI Teluk Sangkulirang - 542
- KRI Multatuli MA-561
- KRI Kupang - 582
- KRI Nusa Utara - 584
- KRI Makassar - 590
- KRI Surabaya - 591
- KRI Mandau - 621
- KRI Rencong - 622
- KRI Badik - 623
- KRI Keris - 624
- KRI Hiu (634)
- KRI Singa - 651
- KRI Ajak-653
- KRI Pulau Rengat - 711
- KRI Pulau Rupat - 712
- KRI Pulau Raas - 722
- KRI Pulau Rimau - 724 (Satuan Kapal Ranjau)
- KRI Pandrong - 801
- KRI Sura - 802
- KRI Layang - 805
- KRI Suluhpari - 809
- KRI Katon - 810
- KRI Kakap - 811
- KRI Kerapu - 812
- KRI Tongkol - 813
- KRI Warakas - 816
- KRI Panana - 817
- KRI Kalakay - 818
- KRI Tedungnaga - 819
- KRI Piton - 821
- KRI Weling - 822
- KRI Tedungselar -824
- KRI Boiga - 825
- KRI Birang - 831
- KRI Mulga - 832
- KRI Badau-841
- KRI Salawaku-842
- KRI Patola -869
- KRI Taliwangsa - 870
- KRI Sambu - 902
- KRI Arun - 903
- KRI Sungai Gerong - 906
- KRI Sorong - 911
- KRI Soputan - 923
- KRI Dewa Kembar -932
- KRI Rigel - 933
- KRI Spica - 934
- KRI Waigeo - 961
- KRI Karang Pilang - 981
- KRI Karang Tekok - 982
- KRI Karang Banteng - 983
- KRI dr.Suharso - 990
- KRI Sutedi Putra - 878
- KRI Tanjung Dalpele - 972
- KRI Dewaruci
- KRI Arung Samudera
Lihat pula
- Daftar kapal perang TNI-AL berdasarkan nomor lambung
- Komando Armada RI Kawasan Barat
- Komando Lintas Laut Militer
Referensi
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi