Dinas Penyelamatan Bawah Air Komando Armada RI Kawasan Timur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komando Penyelam dan Penyelamatan Bawah Air (Koppeba)
Dibentuk29 Mei 1961
NegaraIndonesia Indonesia
Cabang TNI Angkatan Laut
Tipe unitSatuan Penyelam TNI AL
Bagian dariKomando Armada RI
Markas SatuanJakarta - Surabaya - Sorong
Moto"Wicak Wireng Warih"
Situs webwww.koarmatim.tnial.mil.id

Komando Penyelam dan Penyelamatan Bawah Air (Koppeba). Komando Penyelam dan Penyelamatan Bawah Air (Koppeba) disingkat Kopebba adalah Komando pelaksana operasional pada tingkat Mako Koarmada yang berkedudukan langsung dibawah Panglima Komando Armada RI, I, II, dan III serta dibawah pembinaan Komando Penyelam dan Penyelamatan Bawah Air (Koppeba) Koarmada RI.


Komando Penyelam dan Penyelamatan Bawah Air (Koppeba) mempunyai tugas pokok menyelenggarakan penyelaman dan penyelamatan bawah air, melaksanakan gelar kekuatan dan kemampuan, melaksanakan operasi dan latihan berupa Underwater Inspection and Repair, Salvage, Underwater Demolition (Clearance Diver), Search and Rescue (SAR), kegiatan pelatihan serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelaman dalam rangka mendukung operasional Koarmada, TNI AL, TNI maupun mendukung kepentingan nasional.

Komando Penyelam dan Penyelamatan Bawah Air (Koppeba) mempunyai fungsi yang merujuk pada tugas pokok sebagai berikut:

1) Mendukung operasi KRI dengan melibatkan personel penyelam dalam kegiatan operasi sesuai perintah komando atas.

2) Mendukung pemeriksaan, perbaikan dan perawatan bawah garis air unsur KRI, KAL dan Alpung yang berada di pangkalan militer atau diluar pangkalan militer dalam rangka pemeriksaan dan pemeliharaan bawah garis air.

3) Pemeriksaan keamanan bawah air di area objek vital sebelum digunakan untuk kepentingan VIP, Nasional dan Internasional.

4) Penyelamatan Kapal Selam yang mengalami kedaruratan.

5) Penyelamatan Kapal atas air, materiil TNI AL maupun instansi lain yang mengalami kecelakaan di laut sesuai perintah komando atas.

6) Melaksanakan penyelaman di perairan dalam (Deep Dive) maupun penyelaman saturasi (Saturation Diving).

7) Mendukung pelaksanaan operasi amphibi/TNI AL dan mendukung pelaksanaan operasi militer gabungan TNI.

8) Menyelamatkan aset negara yang tenggelam di perairan.

9) Demolisi atas air dan bawah air untuk keperluan Operasi Militer Perang dan Operasi Militer Selain Perang maupun pembersihan rintangan pelabuhan dan alur pelayaran (Harbour Clearance, Mine Counter Measure & Clearance Diver). 10) Penyelamatan personel kapal selam yang mengalami kedaruratan.

11) Penyelamatan personel TNI AL maupun instansi lain yang mengalami kecelakaan di laut sesuai perintah komando atas.

12) Melaksanakan pencarian dan pertolongan terhadap keadaan darurat di perairan.

13) Mendukung latihan operasi gabungan TNI AL/TNI dan Instansi lain sebagai tim Salvage dan tim Search and Rescue.

14) Melaksanakan latihan dalam bidang penyelaman dan penyelamatan bawah air guna meningkatkan kemampuan dan profesionalitas

15) dst.[1] Penyelam TNI AL Kopebba memiliki IV Divisi:

Divisi I Ship Diver: bertugas melaksanakan Inspection and repair, perawatan anatomi kapal di bawah air dan melakukan perbaikan serta pertolongan darurat di bawah air bagiterhadap unsur – unsur KRI, KAL atau Alpung TNI AL.

Divisi II Salvage Diver: bertugas dalam pelaksanaan operasi penyelaman dengan kedalaman lebih dari 40 meter, serta operasi pelaksanaan rekayasa enginering pada pertolongan kecelakaan material tempur dilaut.

Divisi III Demolition Diver: bertugas mencari, mengidentifikasi dan juga mengamankan serta menetralisir senjata bawah air dan membebaskan rintangan buatan yang menjadi gangguan lalu lintas kapal di bawah air, permukaan perairan dan pantai pendaratan.

Divisi IV Quick Respon Diver: bertugas sebagai unit gerak cepat untuk melaksanakan pertolongan ataupun bantuan SAR secara cepat apabila terjadi bencana, kecelakaan ataupun kedaruratan lainya.

Tentang Penyelam TNI AL (Dislambair)[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan Perpres Nomor 66 Tahun 2019 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia, dan Perpang TNI Nomor 37 Tahun 2019 Tentang struktur organisasi jabatan dan kepangkatan di lingkungan TNI serta Perpang TNI Nomor 49 Tahun 2019 Tentang Pokok Pokok Organisasi dan Prosedur Markas Besar TNI AL, Koppeba Koarmada RI merupakan salah satu satuan bentukan baru yang merupakan satuan pembina korps Penyelam TNI AL. Dengan sudah dimilikinya pembina korps Penyelam TNI AL dan melihat pada fungsi dan tugas yang memiliki resiko tinggi maka Penyelam TNI AL diberikan predikat sebagai pasukan khusus TNI AL. Beberapa hal yang menjadi latar belakang antara lain: a. Prajurit Penyelam TNI AL ikut mendukung TNI AL untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia memalui misi Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

b. Prajurit Penyelam TNI AL memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh semua prajurit TNI dan TNI AL yaitu Underwater Inspection and Repair, Deep Diving, Saturation Diving, Submarine Rescue, Clearance Diver, EOD (Explosive Ordnance Disposal), Salvage serta Search and Rescue. Dimana kemampuan tersebut dimiliki oleh prajurit Penyelam TNI AL yang terlatih dan berkualifikasi khusus melalui pendidikan brevet Penyelam TNI AL.

c. Dalam situasi tertentu, kemampuan Penyelam TNI AL dibutuhkan untuk mendukung operasi penyelamatan atau kepentingan berskala Nasional yang beresiko tinggi dan tidak semua prajurit TNI dapat melakukannya.

d. Bahaya dan resiko tugas prajurit Koppeba tidak hanya menyebabkan cacat fisik namun juga dapat menyebabkan kematian karena medan tugas yang dilaksanakan berada di dalam air dengan kedalaman yang dalam dan situasi medan yang tidak bisa diprediksi.

e. Prajurit Penyelam TNI AL merupakan lulusan dari sekolah pendidikan brevet khusus Penyelam TNI AL di Pusat Pendidikan Khusus (Pusdiksus) Kodikopsla Kodiklatal bersama dengan brevet Kopaska, Taifib, Penerbang dan Kapal Selam. Sejatinya tidak setiap prajurit TNI Angkatan Laut memiliki kemampuan menyelam di kedalaman laut lebih dari 40 meter. Prajurit Penyelam TNI AL adalah prajurit yang terdidik dan terlatih untuk melaksanakan penyelaman dengan resiko tinggi. Prajurit Penyelam TNI AL memiliki markas satuan yang berlokasi di Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) yang terbagi menjadi tiga yaitu Dislambair Koarmada I (Jakarta), Dislambair Koarmada II (Surabaya), Dislambair Koarmada III (Sorong). Penyelam TNI AL Dislambair merupakan salah satu Pasukan khusus yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut.

Sejarah Penyelam TNI AL (Dislambair)[sunting | sunting sumber]

Perjalanan perkembangan satuan penyelam TNI Angkatan Laut ini berawal dari sejarah TNI Angkatan Laut (periode perang kemerdekaan tahun 1945 – 1950 pada Bab II pasal 7) dengan diawali pada saat transisi penyerahan kedaulatan dari penjajah Belanda yang tercantum didalam konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949 “tentang tugas dan kewajiban yang akan dijalankan oleh Koninklijke Marine untuk keperluan pemerintahan RIS (Republik Indonesia Serikat). Selama masa penarikan kembali akan dilaksanakan oleh Angkatan Laut termasuk tugas penyapuan ranjau serta penyelaman” sehingga saat itu merupakan embrio atau cikal bakal diawalinya penyelaman yang ada di Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) dan berdasarkan Surat Keputusan K.S.A.L. No. A.22/I/17 tanggal 20 Desember 1951 tentang “Lencana Tanda Brevet Djuru Selam TNI Angkatan Laut” sehingga dapat dipastikan bahwa saat itu sudah ada penyelam ALRI dengan sebutan “Djuru Selam” yang mana kalimat tersebut melekat pada lembaga pendidikan penyelam yang awalnya bernama Sekolah Djuru Selam (Sedjusal) namun perjalanan sejarah penyelam tersebut belum banyak diketahui oleh banyak pihak, sehingga dirasa perlu diterbitkan sebuah buku mengenai sejarah tentang penyelam TNI Angkatan Laut sebagai awal dari kegiatan bawah air yang dilaksanakan di TNI Angkatan Laut termasuk keterlibatannya dengan perkembangan penyelaman dilingkup Nasional dan olah raga perairan hingga saat ini.

Berdasarkan dengan Surat Keputusan K.S.A.L. No.45/3/23 tanggal 21 Agustus 1952 satuan penyelam TNI Angkatan Laut mulai terbentuk berupa kedinasan yang bersamaan dengan terbentuknya Squadron Ranjau, keberadaan satuan penyelam saat itu dengan nama Dinas Penyelaman dan Pengangkatan (DPP) masuk dalam rol administrasi Dinas Ranjau yang berkedudukan dibawah Sqwadiran-10 (Squadron-10) Flotbukas-1/DR, dimana para pengawak DPP saat itu adalah mereka merupakan beberapa orang ex anggota tentara belanda (KNIL) yg berprofesi sebagai penyelam dan pada saat Republik Indonesia telah merdeka mereka tidak kembali ke negeri belanda namun bergabung dengan A.L.R.I, mereka adalah Richard William Sebo dkk, maka merekalah yang mulai melaksanakan penyelaman dan mengajarkan tentang ilmu penyelaman kepada personil di Dinas Penyelaman dan Pengangkatan (DPP). Saat itu DPP yang beranggotakan sekitar 32 orang, terdapat 6 orang anggota yang pertama dilatih menyelam oleh R.W. Sebo dan kawan-kawan, nama-nama personil yang dididik dan ahirnya menjadi tenaga instruktur di DPP adalah; Soebirin, Busro, Darmuji, Kaiden, Abd Djamil, dan L.I Mende. mereka merupakan didikan pertama dan selanjutnya keenam orang ini bersama Richard William Sebo dkk, juga yang melatih para penyelam di Dinas Penyelaman dan Pengangkatan (DPP) berikutnya, pada tahun 1954 sekitar 10 org dan gelombang kedua pada tahun 1958 dengan jumlah siswa sekitar 14 orang lagi. Saat itu tempat latihan dan praktek para penyelam DPP dilaksanakan di tangki penyelaman yang berada di dinas ranjau, sedangkan untuk materi Alat Selam Klasik (ASK) dilaksanakan di sekitar dermaga depan kantor DPP (disamping timur dermaga kapal selam).

Personil penyelam yang ada saat itu hingga berjumlah sekitar 24 personil di DPP sedangkan lainnya sebagai staf berjumlah sekitar 8 orang nama-nama personil tersebut antara lain : Srm Pel Kastari, Sertu Pel Darmudji, Sertu Harun, Sertu lukas, Kpl S.A.K Togo, Kpl J. Kaunang, Kpl Didik Wiryo, Kpl Djumino. Pada masa Dinas Penyelaman dan Pengangkatan itulah kegiatan penyelaman dalam rangka pemeliharaan bawah garis air kapal maupun kegiatan pengangkatan kapal (Salvage) serta harbour clearence juga pendidikan penyelaman sudah dimulai walaupun dengan peralatan dan fasilitas yang sangat terbatas saat itu, sedangkan alat selam yang sudah ada saat itu diantaranya ASK, SSBA (Masker Pack), ISAM (alat selam sistim tertutup/close circuit) dan tabung udara selam Scuba jenis triple tank dengan regulator double hose, dsb. Pada tahun 1960 sekitar 27 personil penyelam yang berada di DPP ditambah rekrutan dari anggota KRI sejumlah 6 personil dengan perwira tertua mayor (T) R. Soebardi sebagai ketua rombongan dan Kpt (Kes) dr. Susanto Mangun Sardjito serta letnan (T) Odo Suhada (Total 33 personil) saat itu diberangkatkan ke Polandia untuk menjalani sekolah penyelaman selama satu tahun, hingga pada tahun 1961 mereka selesai melaksanakan pendidikan penyelaman di Polandia langsung kembali ke Dinas Penyelaman dan Pengangkatan (DPP).

Pada bulan Mei 1961 turun Telegram K.S.A.L. TW. 020721.Z/Mei 1961 perihal pembentukan DPP sebagai kesatuan yang berdiri sendiri kemudian ditindak lanjuti dengan Surat Perintah Komandan Koarmada No. KOARMA.5300.1650 tanggal 17 Mei 1961, dan pada tanggal 29 Mei 1961 terbit telegram K.S.A.L. TW. 290639.Z/Mei 1961 perihal DPP dijadikan Komando taktis dan administratip penuh dengan nama Komando Penyelamat Bawah Air disingkat K.P.B.A. dan berdasarkan Surat Keputusan KSAL Nomor : 4740.1 tanggal 29 Mei 1961 ditetapkan tentang organisasi, tugas serta tanggung jawab dari KPBA. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Komandan Armada No.51/KP/KOARMA/61, tanggal 1 Juni 1961 KPBA diresmikan dan diserah terimakan dari Skwadiran-10/Flotbukas-1 yang diwakili oleh Kepala Staf Skwadiran-10/Flotbukas-1 Mayor Pel. R. Basoeki Jakinamipraja Nrp.565/P diserah terimakan kepada mayor Tkn. R. Soebardi Nrp 71/P selaku pimpinan Dinas Penyelaman dan Pengangkatan saat itu, yang diserahterimakan dan diresmikan pada tanggal 1 Juni 1961, dengan nama Komando Penyelamat Bawah Air (KPBA) yang berada di bawah Komando Armada (KOMARMA) dan pengaturan pengorganisasian lebih lanjut dilengkapi dengan Skep KSAL Nomor : Skep/4740.2 tanggal 20 Oktober 1961. maka penyelam TNI Angkatan Laut di Dinas Penyelaman dan Pengangkatan (DPP) yang menjadi satuan Komando Penyelamat Bawah Air yang disingkat KPBA sejak saat itu berdiri sendiri tidak lagi berada dibawah Squadron Ranjau. Dengan KPBA berdiri sendiri dibawah KOMARMA tentunya diperlukan sarana perkantoran dan fasilitas pendukungnya yang memadai sebagai satuan karena saat itu KPBA kantornya masih terletak di Squadron Ranjau, saat itu perkantoran KPBA berada di semampir dan masih menggunakan fasilitas diving tank di Squadron-10 Flotila Ranjau dan bersamaan dengan itu pada tahun 1961 juga dilaksanakan proyek pembangunan Diving Center dengan berdasarkan Skep M. KSAL Nomor : 4740.3 tanggal 03 Nopember 1961 tentang pembangunan perkantoran KPBA dengan fasilitasnya berupa Diving Center (Diving Tank 1, 2 dan 3) dan peralatan pendukungnya berupa Depth Diving Chambers, tandon bawah air dan Compresor house (ruang kompresor dgn sistim udara ke ruang Diving Tank) serta sistim pengisian air Diving Tank sebagai pusat fasilitas dan sarana pembinaan bidang penyelaman TNI Angkatan Laut yang didatangkan dari Polandia.

Pada bulan Mei 1962 tiba kapal jenis tunda samudra dari Polandia yang masuk di bawah KPBA sebagai kapal Salvage yang dalam perjalanannya ke Indonesia masih berbendera Polandia dengan 3 (tiga) personil penyelam yang mengawal hingga sampai di Indonesia, kemudian sebulan berikutnya setelah diadakan pembelajaran oleh calon ABK kapal tersebut baru diserahkan ke TNI Angkatan Laut dan masuk di bawah jajaran KPBA dengan nama RI RAKATA-922, RI RAUNG-9201, kemudian menyusul masuk RI TAMRAU dan RI RAJABASA.

Pada tahun1963 dimana saat proses pembangunan gedung perkantoran dan Diving Center berjalan, terbit Skep Men Pangal Nomor : 5401.39 tanggal 30 September 1963 perihal pembentukan Sekolah Juru Selam TNI Angkatan Laut (SEJUSAL) yang berada dibawah Komando Penyelamat Bawah Air (KPBA), karena saat itu pembangunan Diving Center masih dalam proses, KPBA maupun Sejusal masih berlokasi di Semampir (sekarang Divisi pantai/Satfib Koarmada II), maka untuk pelatihan masih menggunakan fasilitas lama berupa tangki penyelaman yang ada di Squadron Ranjau dan di sekitar perairan Semarung hingga gedung perkantoran serta Diving Center selesai dibangun dan diresmikan pada tahun 1966 yang penggunaannya ditetapkan dengan Skep Men Pangal No. 5401.44 tanggal 09 Juni 1966. Untuk selanjutnya gedung dan sarana KPBA tersebut diberi nama komplek LOKON sebagai pusat penyelaman (Diving Center) yang ada di TNI Angkatan Laut dengan fasilitas berupa Diving Tank 1 untuk latihan fre escape ABK Kapal Selam, Diving Tank 2 untuk latihan kerja bawah air/pengelasan bawah air dan Diving Tank 3 untuk latihan Petor pasukan Katak, Taifib dan Denjaka serta peralatan pendukungnya antara lain tandon bawah tanah dengan sistim pengisian tangki penyelaman, decompresion chamber, kompresor tekanan rendah dan tekanan tinggi. Pada tahun 1966 Komando Penyelamat Bawah Air (KPBA) berdasarkan Skep Men Pangal Nomor : 5401.49 tanggal 12 Juli 1966 berubah nama dan kedudukan menjadi Komando Utama (Kotama) yang berada langsung di bawah Men Pangal dengan nama Komando Penyelamatan Bawah Air TNI Angkatan Laut (KOPEBAL). selanjutnya KOPEBAL hanya bertahan 2 (dua) tahun karena pada tahun 1968 berdasarkan Telegram Men. Pangal TW 110418 Z/Maret 1968 tanggal 10 April 1968 KOPEBAL direorganisasi lagi menjadi Komando Pelaksana dibawah jajaran Komando Armada Samudra (KOARSAM).

Pada tahun 1970 berdasarkan Surat dari Mabal Nomor : J.14/2/1 tanggal 20 April 1970, KOPEBAL mengalami perubahan nama menjadi Dinas Penyelaman dan Penyelamatan Bawah air Angkatan Laut (DISPEBAL), dan pada tahun 1973 berdasarkan Surat Keputusan Pangarma Nomor. SKEP/42/IV/73 tanggal 14 Maret 1973 dan Berita acara Serah Terima Kapal RI RAUNG (9201) semua Kapal tersebut diserahkan ke Satuan Bantu (Satban) selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Pangarma Nomor Skep/91/V/1973 tanggal 8 Mei 1973 SEJUSAL pembinaannya beralih menjadi di bawah kendali KOBANGDIKAL dengan personil militer dari Dislambair yang di BKO dengan perkantoran tetap berada di gedung DISPEBAL. Kemudian selanjutnya pada tahun 1976 DISPEBAL kembali mengalami perubahan berdasarkan Skep Kasal Nomor : Skep/1710/VIII/1976 tanggal 17 Agustus 1976 kembali berada dibawah Mabesal dan selanjutnya berdasarkan Skep Pangarma Nomor : Skep/300/XII/1978 tanggal 09 Desember 1978 DISPEBAL diganti menjadi Dinas Penyelamat Bawah Permukaan Air Armada (Dislamatarma). Dinas Penyelamat Bawah Permukaan Air Armada (Dislamatarma) Pada tanggal 17 Juni 1985 mengalami perubahan lagi yang semula dibawah Armada menjadi Unsur Pelaksana Pusat di Lantamal III Surabaya, saat itu Dislamatarma berubah namanya menjadi Dislambair Lantamal III.

Dengan tugasnya Dislambair sebagai unsur pelayanan di Lantamal III yang banyak melaksanakan kegiatan mendukung kesiapan dan kedaruratan KRI yang berada dibawah jajaran Koarmatim, sehingga untuk birokrasi administrasi dalam pelaksanaan penyelaman sering terkendala karena lintas Kotama, yang mana dalam penugasan tim penyelam di Koarmada sering membutuhkan kecepatan, sehingga pada tahun 1998 berdasarkan Basegram Pangkoarmatim nomor : 444/basegram/0998 Twu 0925.1642. Tmt 01 Agustus 1998, Dislambair Lantamal III menjadi Dislambair Koarmatim, merupakan Unsur Pelaksana Pusat pada tingkat Mako yang berkedudukan langsung dibawah Panglima Koarmada Timur. Perkembangan Personil terus mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan tugas dan regenerasi personil serta perkembangan teknologi penyelaman saat itu, kemudian pada tahun 2000 satuan penyelam TNI Angkatan Laut berkembang menjadi dua bagian berdasarkan Skep Pangarmabar nomor. Skep/59/VI/2000.tgl 06 Juni thn 2000 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur Dislambair Koarmabar sehingga keberadaan Dislambair menjadi dua satuan yaitu Dislambairarmabar dan Dislambairarmatim, sedangkan untuk pengawak Dislambairarmabar diawali dengan di BKO-nya 11 (sebelas) personil anggota Dislambairarmatim yaitu Sertu Bambang Setiawan, Sertu Tarwa, Sertu Agus Tantowi Sertu Asep Setiawan, Serda Anton, Kopda Rasman, Kls Richard Silitongga, Pratu Mar Casila, Kls Anif, Pratu Mar Malanjiko, dan Kls Supardjiyo yang selanjutnya menjadi anggota tetap di Dislambairarmabar dan kemudian untuk pemenuhan DSP berikutnya berdasarkan hasil didik dari Sejusal Kodikal.

Berdasarkan Skep Kasal nomor Skep/48/III/2001 tanggal 22 Maret 2001 tentang Liquidasi Satuan Kapal, Satuan Pasukan Katak dan Dislambair Koarmatim serta pembentukan Flotila I sampai dengan IV, maka Dislambairarmatim berubah menjadi Squadron Kopebal yang berkedudukan dibawah Flotila IV yang satu Flotila dengan Satuan Pasukan Katak dan Satuan Kapal Selam, namun keberadaan Flotila tidak lama karena pada tahun 2003 terbit lagi Surat Keputusan Kasal Nomor : Kep/02/I/2003 tanggal 29 Januari 2003 dan Skep Pangkoarmada Timur Nomor : Skep/48/III/2003 tanggal 22 Maret 2003 sehingga Satuan Kopebal kembali menjadi Dislambair yang berkedudukan di Koarmada Timur (Dislambaiarmatim) sedangkan Dislambairarmabar dari semula tidak mengalami perubahan. Kemudian selanjutnya pada tahun 2004 keberadaan perkantoran Seselam berpindah tempat ke Pusdiksus Pusdik Opsla.

Berdasarkan Perkasal Nomor 17/V/2018 dan Perkasal Nomor 18/V/2018 tanggal 09 Mei 2018 tentang pembentukan Koarmada III serta perubahan nama Komando Armada Kawasan dan Pasmar maka pada bulan Mei tahun 2019 struktur Organisasi Komando Armada Kawasan diresmikan dan bertambah menjadi tiga kawasan menjadi Koarmada bernomor (Komando Armada I, II dan III) sehingga keberadaan Dislambair yang berada dibawah Koarmada bernomor menyesuaikan menjadi tiga satuan yaitu Dislambair Koarmada I, Dislambair Koarmada II dan Dislambair Koarmada III.

Operasi Penyelam TNI AL (Dislambair) yang telah dilaksanakan[sunting | sunting sumber]

Didalam melaksanakan tugasnya Penyelam TNI Angkatan Laut telah banyak mencapai keberhasilan, baik didalam mendukung tugas pokok di TNI Angkatan Laut, TNI, maupun didalam mendukung pembangunan nasional, hal tersebut meliputi kegiatan penyelaman yang telah dilaksanakan di beberapa lokasi perairan meliputi harbour clearance, Salvage kapal tenggelam, kedaruratan kebocoran kapal, SAR/Salvage transportasi udara yang mengalami kecelakaan dilaut, pemeliharaan bakap KRI di pangkalan militer dan fasilitas pangkalan militer serta kegiatan kedaruratan lainnya. Beberapa operasi yg telah dilaksanakan Penyelam TNI AL (Dislambair), antara lain sebagai berikut :

  1. Pembersihan alur Pelabuhan Sabang dari Bom laut dan kerangka kapal (1963).
  2. Pembersihan alur Pelabuhan Teluk Bayur dari kerangka kapal (1964).
  3. Pembersihan alur Pelabuhan Cilacap dari Bom laut dan kerangka kapal (1966)
  4. Penyelamatan RI Kilat yang kandas (1968).
  5. Pembersihan Pelabuhan Tanjung Perak dan KOM Basin ujung dari kerangka kapal (1973).
  6. Pembersihan Bom laut ex Perang Dunia II di Pelabuhan Halong, Ambon (1975).
  7. Pengangkatan RI Gajah Mada dari dasar laut di perairan Batu Poron, Madura (1982).
  8. Pemotongan dan pengangkatan KRI Pulau Raja di Selat Madura (1985).
  9. Pemotongan dan pengangkatan kerangka kapal ex. Kapal Belanda di sebelah selatan Dermaga “G” Ujung Surabaya (1988).
  10. Penyelamatan KRI Martadinata yang kandas di Selaru, Saumlaki (1988).
  11. Pembersihan bom laut ex. Perang Dunia II di Pelabuhan Halong, Ambon (1988).
  12. Penyelamatan KRI Teluk Kau yang terdampar di Laga, Timor Timur (1989).
  13. Penyelamatan ADRI XLVII di Eukusi, Timor Timur (1989).
  14. Operasi penyelamatan dan pengangkatan harta karun (Dinasti Ming) di Pulau Buaya, Tanjung Pinang dengan sandi “Operasi Lancang Kuning” (1989).
  15. Operasi pencarian kerangka kapal Portugis “Flor De Lamar” di Selat Malaka (1989).
  16. Penyelamatan KRI Teluk Kau yang mengalami kebocoran lunas di Semarang (1990).
  17. Melanjutkan pembersihan bom laut ex. Perang Dunia II di perairan Halong Ambon (1990)
  18. Penyelamatan KRI Sembilang yang mengalami kebocoran di kamar mesin saat Latihan Armada Jaya XI (1988).
  19. Penyelamatan KRI Nusa Telu yang terdampar di Pulau Panjang, Jepara (1993).
  20. Satgas Tsunami di Maumere (1993).
  21. SAR Gempa Bumi di Dili (1994).
  22. Penanggulangan kebocoran KRI Yohanes – 332 di Kupang (1994).
  23. Pengangkatan LCM – II yang tenggelam di kom basin Ujung Surabaya (1994).
  24. Mendukung Pananggulangan korban Gempa Bumi di Dili, Timor Timur (1994)
  25. SAR percobaan sonar/CARAT (1996).
  26. Uji coba sonar dengan Dislitbangal (1996).
  27. Operasi saber (EOD) di Tanjung Awar – Awar, Tuban (1996)
  28. Operasi saber (EOD) board KRI P. Rupat – 712 (1997 sd 1998)
  29. Operasi saber (EOD) di Sucorejo, Tuban (1999).
  30. SAR Pesawat Singapore Airlines di Sungai Musi (1998).
  31. Survey bawah air kerangka kapal WARMON di Sungai Kayan, Tanjung Palas Tarakan (1998).
  32. Survey dan pencarian kerusakan kabel PLN bawah laut Jawa Madura (1999).
  33. Survey kedalaman waduk Ngipek Gresik untuk persiapan PON Jatim (1999).
  34. Survey dan pengangkatan tiang pancang Dermaga Semampir yang roboh (1999).
  35. Pengapungan dan pengangkatan TD. Wilis yang tenggelam di Dermaga “G” Ujung Surabaya (1999).
  36. fengangkatan pesawat latih yang jatuh di perairan Tg.perak
  37. Pengangkatan KRI Pulau Ratewo dari dasar laut di utara pulau Madura (2000).
  38. SAR Pesawat Garuda di Klaten Solo, Jawa Tengah (2002).
  39. Operasi Saber di Ujung Pangkah Gresik (2003)
  40. Penyelamatan KRI Tjiptadi yang mengalami robek lunas haluan di Bitung (2003).
  41. Wrapping (memasang selimut karet) tiang Pancang Dermaga Semampir (2003 dan 2004).
  42. Operasi saber (EOD) Jembatan Suramadu, Selat Madura (2004).
  43. Operasi Saber (EOD) di Tanjung Pakis Lamongan I (2004).
  44. Satgas Tsunami di Aceh (2005).
  45. Operasi Saber (EOD) di Tuban (2005).
  46. Operasi Saber (EOD) Aing Batu-batu Makasar (2006).
  47. SAR Kapal Muat yang tenggelam di perairan teluk Semarang tahun 2006
  48. Operasi Saber (EOD) di teluk Kau Halmahera (2007).
  49. Salvage Pengapungan Tank Ranfib Marinir yang tenggelam pada LATGAB TNI di Banongan Situbondo 2008.
  50. Operasi Saber (EOD) di Halmahera (2008).
  51. Operasi Saber (EOD) Tanjung awar-awar Tuban (2009).
  52. Salvage Pengapungan KRI Kupang – 582 yang tenggelam saat akan melaksanakan SAR nelayan bawean pada Maret 2009.
  53. Pengiriman Tim Khusus Under Water Repair KRI DPN – 365 dalam rangka Satgas Libanon TASK IV (2008).
  54. Penyelaman Dalam (Deep Sea Dive) Pencarian Sonar Kapal Survey Departemen Kelautan dan Perikanan di Selat Karimata (2007).
  55. Survey Bom dan Bangkai pesawat Perang Ex. Perang Dunia II peninggalan Jepang bekerjasama dengan kedutaan Jepang dan Departemen Pariwisata Pusat (2008) di Ambon.
  56. Tim Aju Pemasangan Perlengkapan dan Pengiriman atlet Selam, dalam rangka IFR dan Gwr Sail Bunaken 2009.
  57. Penyelamatan/Salvage Dock Jalesveva Jayamahe di dermaga PT. PAL/KOM Basin Koarmada Timur tahun 2010
  58. Evakuasi Senamo KRI Taliwangsa di Selat Makasar tahun 2011
  59. Evakuasi KAL di Dermaga A perairan KOM Basin Koarmada Timur tahun 2011
  60. Evakuasi Senamo KRI Boiga di Dermaga G perairan KOM Basin Koarmada Timur tahun 2011
  61. Salvage Pengapungan Tank Ranfib Marinir yang tenggelam pada LATGAB TNI di Banongan Situbondo 2013
  62. SAR dan Penyelamatan/Salvage Air Asia di Pangkalan Bun Kalimantan Tengah tahun 2016
  63. Penyelamatan/Salvage Lion Air di perairan Bali tahun 2016.
  64. Salvage/Beach clearance KM Fudi yang tenggelam di alur masuk Dock Semarang PT. PAL tahun 2014
  65. Operasi Saber (EOD) perairan APBS Madura (2014 sd 2015)
  66. Penyelamatan/Salvage KRI Teluk Peleng yang tenggelam di dermaga Sunda Pondok Dayung (2013)
  67. Penyelamatan/Salvage KRI Matacorah yang tenggelam di Belawan pada tahun 2014
  68. Operasi Saber (EOD) di Ujung Pangkah Lamongan (2015).
  69. Penyelamatan/Salvage KRI Sibarau yang tenggelam di Belawan pada tahun 2016
  70. Operasi Saber (EOD) di perairan Lamongan (2016).
  71. Penyelamatan/Salvage KRI Patiunus yang tenggelam diperairan Belawan tahun 2017
  72. Survey dan pencarian kerusakan kabel PLN bawah laut Pondok Dayung (2018)
  73. Mengatasi insiden gelembung dan limpahan minyak di perairan Karawang tahun 2019
  74. Survey ex. Kapal perang USA di perairan Banten (2020)
  75. SAR pesawat Sriwijaya Air di perairan pulau seribu (2021)
  76. SAR kapal pancing yg tenggelam di utara RIG dermaga pondok dayung (2021)
  77. SAR dan evakuasi serta pencarian senjata KRI PRM-729 di barat p. Damar (2021)
  78. SAR KRI Nanggala – 402 yang hilang kontak di perairan Bali (2021)
  79. Penyelaman Bendungan Gua Sungai Bawah Tanah Bribin Gunung Kidul dikedalaman 104m (2021)
  80. Operasi Saber (EOD) di perairan Lamongan (2021).
  81. Operasi Saber (EOD) di perairan Gresik (2021).
  82. SAR Recovery Torpedo A244S EH (2021)
  83. Operasi Saber (EOD) di perairan Jawa (2022).
  84. SAR Salvage Pesud Bonanza TNI AL di Perairan Selat Madura (2022)
  85. Salvage kapal kandas KRI THD tanjung Bira (2023)

Komandan Koppeba Koarmada RI[sunting | sunting sumber]


Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ ""Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Komando Armada RI Kawasan Timur "". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-06-16. Diakses tanggal 2017-02-11.