Abah Sepuh: Perbedaan antara revisi
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k cosmetic changes |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 51: | Baris 51: | ||
'''Syekh Haji Abdullah Mubarok''' bin Nur Muhammad atau yang biasa di panggil '''Abah Sepuh''', lahir tahun 1836 di kampung [[Cicalung]] [[Kecamatan Tarikolot]] [[Kabupaten Sumedang]] (sekarang, Kp Cicalung Desa Tanjungsari Kecamatan Pagerageung [[Kabupaten Tasikmalaya]]) dari pasangan [[Rd Nura Pradja|Raden Nura Pradja]] (Eyang Upas, yang kemudian bernama Nur Muhammad) dengan [[Ibu Emah]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia dibesarkan oleh uwaknya yang dikenal sebagai [[Kyai Jangkung]].{{Bio muslim butuh rujukan}} |
'''Syekh Haji Abdullah Mubarok''' bin Nur Muhammad atau yang biasa di panggil '''Abah Sepuh''', lahir tahun 1836 di kampung [[Cicalung]] [[Kecamatan Tarikolot]] [[Kabupaten Sumedang]] (sekarang, Kp Cicalung Desa Tanjungsari Kecamatan Pagerageung [[Kabupaten Tasikmalaya]]) dari pasangan [[Rd Nura Pradja|Raden Nura Pradja]] (Eyang Upas, yang kemudian bernama Nur Muhammad) dengan [[Ibu Emah]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia dibesarkan oleh uwaknya yang dikenal sebagai [[Kyai Jangkung]].{{Bio muslim butuh rujukan}} |
||
Sejak kecil, ia sudah gemar mengaji atau mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat.{{Bio muslim butuh rujukan}} |
Sejak kecil, ia sudah gemar mengaji atau mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat.{{Bio muslim butuh rujukan}} Setelah menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang [[akidah]], [[fiqih]], dan lain-lain di tempat orang tuanya.{{Bio muslim butuh rujukan}} Di [[Pesantren Sukamiskin]], [[Bandung]], ia mendalami [[fiqih]], [[nahwu]], dan [[sorof]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di daerah Tundagan, [[Tasikmalaya]]. Ia kemudian menunaikan ibadah haji yang pertama.{{Bio muslim butuh rujukan}} |
||
Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan, [[Tasikmalaya]], ia masih terus belajar dan mendalami ilmu [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] kepada Mama Guru Agung [[Syaikh Tolhah]] bin [[Talabudin]] di daerah [[Trusmi]] dan [[Kalisapu]] [[Cirebon]].{{Bio muslim butuh rujukan}} |
Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan, [[Tasikmalaya]], ia masih terus belajar dan mendalami ilmu [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] kepada Mama Guru Agung [[Syaikh Tolhah]] bin [[Talabudin]] di daerah [[Trusmi]] dan [[Kalisapu]] [[Cirebon]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Setelah sekian lamanya pulang-pergi antara [[Tasikmalaya]] - [[Cirebon]] untuk memperdalam ilmu [[tarekat]], akhirnya ia memperoleh kepercayaan dan diangkat menjadi Wakil Talqin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, ia diangkat secara resmi (khirqoh) sebagai guru dan pemimpin pengamalan [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] oleh [[Syaikh Tolhah]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia juga memperoleh bimbingan ilmu [[tarekat]] dan (bertabaruk) kepada [[Syaikh Kholil]], [[Bangkalan]] [[Madura]], dan bahkan memperoleh ijazah khusus [[Shalawat Bani Hasyim]].{{Bio muslim butuh rujukan}} |
||
Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang menguntungkan dalam penyebaran [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]], ia beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah [[H. Tirta|Haji Tirta]] untuk sementara.{{Bio muslim butuh rujukan}} |
Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang menguntungkan dalam penyebaran [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]], ia beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah [[H. Tirta|Haji Tirta]] untuk sementara.{{Bio muslim butuh rujukan}} Selanjutnya ia pindah ke Kampung Cisero (sekarang Cisirna) jarak 2,5 km dari Dusun Godebag dan tinggal di rumah ayahnya. Pada tahun 1904 dari Cisero Abah Sepuh beserta keluarganya pindah ke Dusun Godebag.{{Bio muslim butuh rujukan}} |
||
Syaikh Abdullah Mubarok bin [[Nur Muhammad]] kemudian dan bermukim dan memimpin [[Pondok Pesantren Suryalaya]] sampai akhir hayatnya.{{Bio muslim butuh rujukan}} |
Syaikh Abdullah Mubarok bin [[Nur Muhammad]] kemudian dan bermukim dan memimpin [[Pondok Pesantren Suryalaya]] sampai akhir hayatnya.{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia memperoleh gelar Syaikh Mursyid.{{Bio muslim butuh rujukan}} Dalam perjalanan sejarahnya, pada tahun 1950, Abah Sepuh hijrah dan bermukim di Gg Jaksa No 13 Bandung. Sekembalinya dari Bandung, ia bermukim di rumah Haji Sobari Jl. Cihideung No. 39 Tasikmalaya dari tahun 1950-1956 sampai ia wafat.{{Bio muslim butuh rujukan}} |
||
Setelah menjalani masa yang cukup panjang, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad-sebagai Guru Mursyid [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] dengan segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan, dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada tanggal 25 Januari 1956, dalam usia 120 tahun.{{Bio muslim butuh rujukan}} |
Setelah menjalani masa yang cukup panjang, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad-sebagai Guru Mursyid [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] dengan segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan, dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada tanggal 25 Januari 1956, dalam usia 120 tahun.{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia menniggalkan sebuah lembaga Pondok Pesantren Suryalaya yang sangat berharga bagi pembinaan umat manusia, agar senantiasa dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mewariskan sebuah wasiat berupa ''Tanbih'' yang sampai saat sekarang dijadikan pedoman bagi seluruh Ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, [[Pondok Pesantren Suryalaya]] dalam hidup dan kehidupannya.{{Bio muslim butuh rujukan}} |
||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
Baris 66: | Baris 66: | ||
== Catatan kaki == |
== Catatan kaki == |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia|Abah Sepuh]] |
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia|Abah Sepuh]] |
||
Baris 71: | Baris 73: | ||
[[Kategori:Ulama Sunda|Abah Sepuh]] |
[[Kategori:Ulama Sunda|Abah Sepuh]] |
||
[[Kategori:Ulama Indonesia|Abah Sepuh]] |
[[Kategori:Ulama Indonesia|Abah Sepuh]] |
||
⚫ | |||
⚫ |
Revisi per 26 Oktober 2018 13.29
Nama | Abdullah Mubarok |
---|---|
Lahir | Abdullah Mubarok |
Nama lain | Abah Sepuh |
Etnis | Sunda |
Keturunan | 1.Haji Sofiyah 2. Haji Sukanah. |
Orang tua |
Raden Nura Pradja alias Nur Muhammad alias Eyang Upas
|
Biografi
Syekh Haji Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad atau yang biasa di panggil Abah Sepuh, lahir tahun 1836 di kampung Cicalung Kecamatan Tarikolot Kabupaten Sumedang (sekarang, Kp Cicalung Desa Tanjungsari Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya) dari pasangan Raden Nura Pradja (Eyang Upas, yang kemudian bernama Nur Muhammad) dengan Ibu Emah.[butuh rujukan] Ia dibesarkan oleh uwaknya yang dikenal sebagai Kyai Jangkung.[butuh rujukan]
Sejak kecil, ia sudah gemar mengaji atau mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat.[butuh rujukan] Setelah menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang akidah, fiqih, dan lain-lain di tempat orang tuanya.[butuh rujukan] Di Pesantren Sukamiskin, Bandung, ia mendalami fiqih, nahwu, dan sorof.[butuh rujukan] Ia kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di daerah Tundagan, Tasikmalaya. Ia kemudian menunaikan ibadah haji yang pertama.[butuh rujukan]
Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan, Tasikmalaya, ia masih terus belajar dan mendalami ilmu Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah kepada Mama Guru Agung Syaikh Tolhah bin Talabudin di daerah Trusmi dan Kalisapu Cirebon.[butuh rujukan] Setelah sekian lamanya pulang-pergi antara Tasikmalaya - Cirebon untuk memperdalam ilmu tarekat, akhirnya ia memperoleh kepercayaan dan diangkat menjadi Wakil Talqin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, ia diangkat secara resmi (khirqoh) sebagai guru dan pemimpin pengamalan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah oleh Syaikh Tolhah.[butuh rujukan] Ia juga memperoleh bimbingan ilmu tarekat dan (bertabaruk) kepada Syaikh Kholil, Bangkalan Madura, dan bahkan memperoleh ijazah khusus Shalawat Bani Hasyim.[butuh rujukan]
Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang menguntungkan dalam penyebaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, ia beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah Haji Tirta untuk sementara.[butuh rujukan] Selanjutnya ia pindah ke Kampung Cisero (sekarang Cisirna) jarak 2,5 km dari Dusun Godebag dan tinggal di rumah ayahnya. Pada tahun 1904 dari Cisero Abah Sepuh beserta keluarganya pindah ke Dusun Godebag.[butuh rujukan]
Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad kemudian dan bermukim dan memimpin Pondok Pesantren Suryalaya sampai akhir hayatnya.[butuh rujukan] Ia memperoleh gelar Syaikh Mursyid.[butuh rujukan] Dalam perjalanan sejarahnya, pada tahun 1950, Abah Sepuh hijrah dan bermukim di Gg Jaksa No 13 Bandung. Sekembalinya dari Bandung, ia bermukim di rumah Haji Sobari Jl. Cihideung No. 39 Tasikmalaya dari tahun 1950-1956 sampai ia wafat.[butuh rujukan]
Setelah menjalani masa yang cukup panjang, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad-sebagai Guru Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dengan segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan, dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada tanggal 25 Januari 1956, dalam usia 120 tahun.[butuh rujukan] Ia menniggalkan sebuah lembaga Pondok Pesantren Suryalaya yang sangat berharga bagi pembinaan umat manusia, agar senantiasa dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mewariskan sebuah wasiat berupa Tanbih yang sampai saat sekarang dijadikan pedoman bagi seluruh Ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, Pondok Pesantren Suryalaya dalam hidup dan kehidupannya.[butuh rujukan]