Kesultanan Sambaliung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kota Sukadana
k ←Suntingan 120.188.4.118 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Ezagren
Tag: Pengembalian
Baris 34: Baris 34:


[[Kategori:Kesultanan Sambaliung| ]]
[[Kategori:Kesultanan Sambaliung| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Kalimantan Utara|Sambaliung]]
[[Kategori:Kerajaan di Kalimantan Timur|Sambaliung]]
[[Kategori:Kerajaan di Indonesia|Sambaliung]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Sambaliung]]
[[Kategori:Kabupaten Berau]]
[[Kategori:Kabupaten Berau]]
[[Kategori:Sejarah Kalimantan Utara]]
[[Kategori:Sejarah Kalimantan]]
[[Kategori:Bekas negara di Borneo]]
[[Kategori:Bekas negara di Borneo]]

Revisi per 2 Maret 2019 22.10

Keraton Kesultanan Sambaliung

Kesultanan Sambaliung (sebelumnya bernama Kerajaan Tanjung) adalah kesultanan hasil dari pemecahan Kesultanan Berau, di mana Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an.[1][2] Sultan Sambaliung pertama adalah Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam. Raja Alam adalah keturunan dari Baddit Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma raja Berau pertama. Sampai dengan generasi ke-9, yakni Aji Dilayas. Aji Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu. Yang satu bernama Pangeran Tua dan satunya lagi bernama Pangeran Dipati.

Kemudian, kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan kadang-kadang menimbulkan insiden). Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma.

Raja Alam adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang mendirikan ibukota kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810. (Tanjung Batu Putih kemudian menjadi kerajaan Sambaliung).

Raja/sultan yang memerintah

  • Sultan Alimuddin/raja Alam (1810-1844)
  • Sultan Kaharuddin/raja Bungkoh (1844-1848)
  • Sultan Hadi Jalaluddin bin Alam (1848-1850)
  • Sultan Asyik Syarifuddin bin Alam (1850 - 1863)
  • Sultan Salehuddin (1863-1869)
  • Sultan Adil Jalaluddin bin Muhammad Jalaluddin (1869 - 1881)
  • Sultan Bayanuddin bin Muhammad Jalaluddin (1881-1902 ))
  • Sultan Muhammad Aminuddin (1902-1960 )

Referensi

Sumber

Lihat pula

Pranala luar