Linggawarman: Perbedaan antara revisi
Syusuf2016 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
k ibukota → ibu kota |
||
Baris 3: | Baris 3: | ||
Linggawarman memunyai dua orang puteri, yang sulung bernama [[Manasih]] menjadi istri [[Tarusbawa]] dan yang kedua bernama [[Sobakancana]] menjadi isteri [[Dapunta Hyang Sri Jayanasa]] pendiri Kerajaan [[Sriwijaya]]. |
Linggawarman memunyai dua orang puteri, yang sulung bernama [[Manasih]] menjadi istri [[Tarusbawa]] dan yang kedua bernama [[Sobakancana]] menjadi isteri [[Dapunta Hyang Sri Jayanasa]] pendiri Kerajaan [[Sriwijaya]]. |
||
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan [[Sunda Sambawa]] menggantikan mertuanya menjadi penguasa [[Tarumanagara]] yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman [[Purnawarman]] yang berkedudukan di purasaba ( |
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan [[Sunda Sambawa]] menggantikan mertuanya menjadi penguasa [[Tarumanagara]] yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman [[Purnawarman]] yang berkedudukan di purasaba (ibu kota) [[Sundapura]]. |
||
Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi [[Kerajaan Sunda]]. |
Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi [[Kerajaan Sunda]]. |
Revisi per 5 Juni 2019 05.54
Dalam Naskah Wangsakerta, Linggawarman adalah raja terakhir Tarumanagara. Pada tahun 669, Linggawarman digantikan menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman memunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibu kota) Sundapura.
Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, pendiri Kerajaan Galuh, untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa.