Pramono (filolog): Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 30: | Baris 30: | ||
Lahir di Medan, Pramono melewatkan masa kecil dan menyelesaikan pendidikan hingga SMA di [[Kabupaten Dharmasraya|Dharmasraya]]. Ia datang dari keluarga keturunan Jawa. Ayahnya berasal [[Wonogiri]], [[Jawa Tengah]] dan ibunya berasal dari [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]]. Kedua orangtuanya merantau ke Dharmasraya, daerah tujuan transmigrasi di Sumatra Barat.{{sfn|Haluan|2017}} |
Lahir di Medan, Pramono melewatkan masa kecil dan menyelesaikan pendidikan hingga SMA di [[Kabupaten Dharmasraya|Dharmasraya]]. Ia datang dari keluarga keturunan Jawa. Ayahnya berasal [[Wonogiri]], [[Jawa Tengah]] dan ibunya berasal dari [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]]. Kedua orangtuanya merantau ke Dharmasraya, daerah tujuan transmigrasi di Sumatra Barat.{{sfn|Haluan|2017}} |
||
Semula, ia berkeinginan melanjutkan kuliah ke Sastra Inggris, tapi salah memasukkan nomor jurusan pilihan saat mendaftar. Masuk ke Jurusan Sastra Minangkabau secara tidak sengaja, ia menemukan dirinya tertarik mempelajari filologi saat memasuki tahun kedua kuliah. Ia mulai diperkenalkan dengan khazanah naskah |
Semula, ia berkeinginan melanjutkan kuliah ke Sastra Inggris, tapi salah memasukkan nomor jurusan pilihan saat mendaftar. Masuk ke Jurusan Sastra Minangkabau secara tidak sengaja, ia menemukan dirinya tertarik mempelajari filologi saat memasuki tahun kedua kuliah. Ia mulai diperkenalkan dengan khazanah naskah Minangkabau oleh dosennya, Muhammad Yusuf.{{sfn|Haluan|2017}}{{sfn|Pramono|2018}}<ref name=":0">https://kompas.id/baca/tokoh/2019/01/28/pramono-menyelamatkan-naskah-kuno-minangkabau/</ref> |
||
== Filolog == |
== Filolog == |
||
Pramono telah melakukan penelitian ke beberapa tempat di [[Sumatra Barat]] untuk penelusuran naskah. Ia telah mendigitalisasi sebanyak |
Pramono telah melakukan penelitian ke beberapa tempat di [[Sumatra Barat]] untuk penelusuran naskah. Ia telah menemukan dan mendigitalisasi sebanyak 1.000 naskah. Dari jumlah itu, baru sekitar 200 yang bisa diselamatkan secara fisik.{{sfn|Tempo|2017}}<ref name=":0" /> |
||
Dalam wawancara dengan ''[[Harian Haluan|Haluan]]'', ia menyebut ada sekitar 2.000 naskah yang ditulis pada awal abad ke-18 hingga awal abad ke-20 di Minangkabau. Sebanyak 1.300 naskah di antaranya sudah ditemukan dan dipreservasi. Namun, kondisinya sebagian besar rusak dan mendekati kerusakan.{{sfn|Tempo|2017}} |
Dalam wawancara dengan ''[[Harian Haluan|Haluan]]'', ia menyebut ada sekitar 2.000 naskah yang ditulis pada awal abad ke-18 hingga awal abad ke-20 di Minangkabau. Sebanyak 1.300 naskah di antaranya sudah ditemukan dan dipreservasi. Namun, kondisinya sebagian besar rusak dan mendekati kerusakan.{{sfn|Tempo|2017}} |
Revisi per 11 Oktober 2019 06.11
Pramono | |
---|---|
Lahir | 12 Desember 1979 Kota Medan, Sumatra Utara |
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | Universitas Andalas, Padang Universitas Udayana Universitas Malaya |
Pekerjaan | Pengajar |
Dikenal atas | Filolog |
Pramono, SS, MSi, PhD (lahir 12 Desember 1979) adalah seorang filolog Indonesia yang saat ini beraktivitas sebagai dosen di Universitas Andalas (Unand), Padang. Ia dicatat atas dedikasinya menyelamatkan manuskrip Minangkabau dari kepunahan lewat upaya inventarisasi, konservasi, dan digitalisasi. Karya-karyanya meliputi kajian tentang naskah Minangkabau.
Di Unand, ia memprakarsai berdirinya Minangkabau Corner yang menyimpan koleksi ratusan naskah kuno Minangkabau dalam bentuk digital.[1] Sejak 2015, ia dipercaya sebagai Ketua Jurusan Sastra Minangkabau. Pada 2016, ia mendapatkan predikat dari universitas sebagai "Dosen Berprestasi".[2]
Dari hasil penelusurannya terhadap sejumlah naskah, ia menciptakan batik motif iluminasi dan mendapatkan hak paten atas hasil penemuannya.
Kehidupan awal
Lahir di Medan, Pramono melewatkan masa kecil dan menyelesaikan pendidikan hingga SMA di Dharmasraya. Ia datang dari keluarga keturunan Jawa. Ayahnya berasal Wonogiri, Jawa Tengah dan ibunya berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Kedua orangtuanya merantau ke Dharmasraya, daerah tujuan transmigrasi di Sumatra Barat.[3]
Semula, ia berkeinginan melanjutkan kuliah ke Sastra Inggris, tapi salah memasukkan nomor jurusan pilihan saat mendaftar. Masuk ke Jurusan Sastra Minangkabau secara tidak sengaja, ia menemukan dirinya tertarik mempelajari filologi saat memasuki tahun kedua kuliah. Ia mulai diperkenalkan dengan khazanah naskah Minangkabau oleh dosennya, Muhammad Yusuf.[3][4][5]
Filolog
Pramono telah melakukan penelitian ke beberapa tempat di Sumatra Barat untuk penelusuran naskah. Ia telah menemukan dan mendigitalisasi sebanyak 1.000 naskah. Dari jumlah itu, baru sekitar 200 yang bisa diselamatkan secara fisik.[1][5]
Dalam wawancara dengan Haluan, ia menyebut ada sekitar 2.000 naskah yang ditulis pada awal abad ke-18 hingga awal abad ke-20 di Minangkabau. Sebanyak 1.300 naskah di antaranya sudah ditemukan dan dipreservasi. Namun, kondisinya sebagian besar rusak dan mendekati kerusakan.[1]
Karya
- Naskah Riwayat Hidup Abdul Manaf: Pengantar dan Suntingan Teks (2015)
- Khazanah Naskah Minangkabau (2018)
Rujukan
- Catatan kaki
- ^ a b c Tempo 2017.
- ^ "Inilah Nama-nama Penghargaan Unand Award Tahun 2016". 14 September 2016. Diakses tanggal 21 Agustus 2018.
- ^ a b Haluan 2017.
- ^ Pramono 2018.
- ^ a b https://kompas.id/baca/tokoh/2019/01/28/pramono-menyelamatkan-naskah-kuno-minangkabau/
- Daftar pustaka
- "Dr. Pramono, Orang Jawa Penyelamat Naskah Kuno Minangkabau". Harian Haluan. 29 Desember 2017. Diakses tanggal 14 Agustus 2018.
- Febrianti (29 Desember 2015). "Ratusan Naskah Kuno Minangkabau Disimpan di Tempat Ini". Tempo. Diakses tanggal 14 Agustus 2018.
- Pramono (2018). Khazanah Naskah Minangkabau. Padang: Erka. ISBN 978-602-6506-82-5.