Sejarah Sabah: Perbedaan antara revisi
sunting isi halaman |
sunting isi halaman |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Flag of Sabah.svg|jmpl|[[Bendera]] resmi negara bagian [[Sabah]] dari tahun 1988 hingga sekarang.]] |
[[Berkas:Flag of Sabah.svg|jmpl|[[Bendera]] resmi negara bagian [[Sabah]] dari tahun 1988 hingga sekarang.]] |
||
'''Sejarah Negara''' dapat ditelusuri kembali ke sekitar 23-30.000 tahun yang lalu dengan adanya bukti pemukiman manusia yang ada di negara itu. Asal |
'''Sejarah Negara''' dapat ditelusuri kembali ke sekitar 23-30.000 tahun yang lalu dengan adanya bukti pemukiman manusia yang ada di negara itu. Asal mula nama 'Sabah' diyakini berasal dari tanaman [[pisang]] yang disebut pisang Saba atau disebut juga "Saing Sabbah" atau "Sappah" oleh masyarakat Taosug ([[Suku Suluk]]). Pisang Saba banyak ditanam di sepanjang pantai barat Sabah yang digunakan sebagai sumber makanan. Namun oleh [[suku Bajau]] pisang itu lebih dikenal dengan nama 'jaba'. Akan tetapi, kini lebih dikenal dengan pisang nipah.<ref>{{Cite web|url=http://archive.is/dZ4Xl|title=How Brunei lost its northern province {{!}} The Brunei Times|date=2013-10-28|website=archive.is|access-date=2020-01-25}}</ref> |
||
Nama 'Sabah' pertama kali diperkenalkan pada abad ke-15 oleh para pedagang yang mengembara di antara Kepulauan Borneo Utara hingga ke |
Nama 'Sabah' pertama kali diperkenalkan pada abad ke-15 oleh para pedagang yang mengembara di antara Kepulauan [[Borneo Utara]] hingga ke [[Kepulauan Sulu]] di Selatan [[Filipina|Filiphina]]. Nama itu pun juga telah lama digunakan sejak sebelum kedatangan [[Serikat Borneo Utara Inggris]]. Namun, setelah negara Sabah diambil alih oleh [[Serikat Borneo Utara Inggris]], secara resmi pada tahun 1881 nama 'Sabah' diubah menjadi [[Borneo Utara]]. Akan tetapi, nama 'Sabah' digunakan kembali pada tahun 1963 ketika pembentukan [[Malaysia]]. |
||
Berdasarkan catatan lain, di pusi Jawa [[Nagarakertagama]] yang dikarang oleh [[Prapanca]] pada tahun 1365 menyebut Sabah dengan nama 'Seludang'. Sedangkan dalam catatan yang ditulis oleh [[Marco Polo]] sewaktu dia singgah di [[Borneo]], ketika itu Sabah dikenal dengan nama 'Burni' yang kemungkinan merujuk pada [[Brunei Darussalam|Brunei]]. <ref>{{Cite web|url=https://www.sabah.com/v/history/|title=Sabah History - Culture, Religion and Lifestyle in Sabah|website=www.sabah.com|access-date=2020-01-25}}</ref> |
|||
== Sejarah Awal == |
== Sejarah Awal == |
||
Awal sejarah Sabah dimulai pada abad ke-15 selama Kesultanan Brunei, yang menurut catatan disana terdapat pemukiman masyarakat yang makmur dan suku-suku yang terus ada sampai abad ke-19.Ketika itu, Sultan Brunei menyerahkan bagian timur Negara Sabah kepada Sultan Sulu, karena Sultan Hulu telah membantu mengalahkan musuh-musuh Brunei pada saat itu. Akan tetapi, banyak sumber mengatakan bahwa penyerahan wilayah itu tidak dilakukan. Lalu, pada abad ke-19, kedua wilayah yang dimiliki oleh Sultan Brunei dan Sultan Sulu diberikan kepada Inggris. Kemudian pada tahun 1888 Sabah berada dibawah naungan Inggris, hingga pada 1965 Sabah memutuskan untuk meninggalkan Federasi.Pada 16 September 1963 Sabah bergabung dengan Malaysia dan Singapura untuk membentuk Federasi Malaysia.<ref>{{Cite web|url=http://www.sabah.gov.my/cms/|title=SABAH.gov|website=www.sabah.gov.my|access-date=2020-01-25}}</ref> |
Awal sejarah Sabah dimulai pada abad ke-15 selama [[Kesultanan Brunei]], yang menurut catatan disana terdapat pemukiman masyarakat yang makmur dan suku-suku yang terus ada sampai abad ke-19. Ketika itu, [[Sultan Brunei]] menyerahkan bagian timur Negara [[Sabah]] kepada [[Kesultanan Sulu|Sultan Sulu]], karena Sultan Hulu telah membantu mengalahkan musuh-musuh [[Brunei Darussalam|Brunei]] pada saat itu. Akan tetapi, banyak sumber yang mengatakan bahwa penyerahan wilayah itu tidak dilakukan. Lalu, pada abad ke-19, kedua wilayah yang dimiliki oleh [[Sultan Brunei]] dan Sultan Sulu diberikan kepada Inggris. Kemudian pada tahun 1888, Sabah berada dibawah naungan Inggris, hingga pada 1965 Sabah memutuskan untuk meninggalkan Federasi. Pada 16 September 1963 Sabah bergabung dengan [[Malaysia]] dan Singapura untuk membentuk Federasi Malaysia.<ref>{{Cite web|url=http://www.sabah.gov.my/cms/|title=SABAH.gov|website=www.sabah.gov.my|access-date=2020-01-25}}</ref> |
||
== Kekaisaran Brunei == |
== Kekaisaran Brunei == |
||
Sebelum abad ke-6, Kerajaan Brunei merupakan pusat dari kawasan Sabah, Brunei, dan Sarawak. Kerajaan Brunei yang pada waktu itu menjadi pusat perdagangan dengan China dipengaruhi oleh dua kekuasan besar, yaitu [[Sriwijaya]] di [[Sumatra]] dan [[Majapahit]] yang ada di [[Jawa]]. |
Sebelum abad ke-6, Kerajaan Brunei merupakan pusat dari kawasan Sabah, Brunei, dan Sarawak. Kerajaan Brunei yang pada waktu itu menjadi pusat perdagangan dengan China dipengaruhi oleh dua kekuasan besar, yaitu [[Sriwijaya]] di [[Sumatra]] dan [[Majapahit]] yang ada di [[Jawa]]. |
||
Pada awal abad ke-15, Kekaisaran [[Malaka (disambiguasi)|Malaka]] yang berada di bawah kekuasaan [[Parameswara]] menyebarkan pengaruhnya dan mengambil alih perdagangan [[Brunei Darussalam|Brunei]]. Pada akhir abad ke-15, perubahan itu secara tidak langsung menyebabkan penyebaran agama [[Islam]] di [[Brunei Darussalam|Brunei]]. Jatuhnya kekuasan Malaka ke pihak [[Portugal|Portugis]] pada tahun 1511 mengakibatkan [[Sultan Brunei]] mengambil alih kepemimpinan [[Islam]] dari Malaka. Selama masa pemerintahan [[Sultan Bolkiah]] , pemerintah Brunei memperluas pengaruhnya ke [[Pulau Luzon|Luzon]] dan [[Sulu]], serta ke selatan dan barat Kalimantan. |
|||
Dalam 600 tahun terakhir, [[Cina]] datang untuk berdagang dan melakukan hubungan [[Diplomasi|diplomatik]] dengan [[Kalimantan Utara]]. Berdasarkan laporan dari Brunei Annals, bahwa mereka mendirikan pemukiman di area [[Kinabatangan]]. Bukti [[Arkeologi|arkeologis]] [[keramik]] yang ditemukan di Kalimantan Utara juga membuktikan bahwa orang Cina terlibat dalam perdagangan keramik Cina dan rempah-rempah dengan penduduk setempat. |
|||
== Kedatangan |
== Kedatangan pendatang Eropa == |
||
* Pada tahun 1521, seorang sejarawan Ferdinand Magellan yang bernama Antonio Pigafetta tiba di Brunei dan disambut secara luas oleh penduduk di sana |
* Pada tahun 1521, seorang sejarawan [[Ferdinand Magellan]] yang bernama [[Antonio Pigafetta]] tiba di [[Brunei Darussalam|Brunei]] dan disambut secara luas oleh penduduk di sana |
||
* Pada tahun 1526, Portugis mengunjungi Brunei yang dipimpin langsung oleh [[Menezes]] |
* Pada tahun 1526, Pasukan dari [[Portugal|Portugis]] mengunjungi [[Brunei Darussalam|Brunei]] yang dipimpin langsung oleh [[Menezes]] |
||
* Pada tahun 1577, Spanyol menaklukkan Filiphina dan Brunei, termasuk Kesultanan Sulu |
* Pada tahun 1577, [[Spanyol]] menaklukkan [[Filipina|Filiphina]] dan [[Brunei Darussalam|Brunei]], termasuk [[Kesultanan Sulu]] |
||
* Pada tahun 1609, Belanda mendirikan basis perdagangan di [[Batavia]] ([[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) di Pulau Jawa. |
* Pada tahun 1609, [[Belanda]] mendirikan basis perdagangan di [[Batavia]] ([[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) di [[Jawa|Pulau Jawa]]. |
||
* Pada tahun 1658, Sultan Brunei menyerahkan bagian timur laut Kalimantan kepada Sultan Sulu untuk menghormati Sultan Sulu dalam membantu mengakhiri perang saudara antara Sultan Abdul Mubin dan Pangeran Mohidin. Konflik internal pemerintah Brunei dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan runtuhnya kekaisaran. |
* Pada tahun 1658, [[Sultan Brunei]] menyerahkan bagian timur laut [[Kalimantan]] kepada Sultan Sulu untuk menghormati Sultan Sulu dalam membantu mengakhiri perang saudara antara Sultan Abdul Mubin dan Pangeran Mohidin. Konflik internal pemerintah [[Brunei Darussalam|Brunei]] dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan runtuhnya kekaisaran. |
||
* Pada tahun 1665, Kapten Cowley merupakan orang Inggris pertama mengunjungi [[Kalimantan]]. |
* Pada tahun 1665, Kapten Cowley merupakan orang Inggris pertama mengunjungi [[Kalimantan]]. |
||
== |
== Balambangan == |
||
[[Berkas:Flag of North Borneo (1902–1946).svg|jmpl|Bendera ''British North Borneo'' pada tahun 1902–1946]] |
|||
Secara umum keadaan Kalimantan Utara damai dan damai sampai 1960-an ketika ada kesadaran politik. Keinginan untuk merdeka yang diraih oleh negara lain telah mencapai Kalimantan Utara. Penyebaran semangat dimulai dengan pengumuman yang dibuat oleh Perdana Menteri Malaya, Tunku Abdul Rahman pada tahun 1961 tentang pembentukan Federasi Malaysia Malaya, Kalimantan Utara, Sarawak, Brunei dan Singapura. Kalimantan Utara memperoleh hak administratifnya sendiri pada 31 Agustus 1963 di Keningau , diikuti oleh transisi ke merger dengan Federasi Malaysia pada 16 September 1963. Malaysia secara resmi ada, tanpa Brunei, pada 16 September 1963 dan nama Kalimantan Utara diubah menjadi Sabah. Sebelumnya, Kalimantan Utara telah membentuk pemerintahan transisi sementara untuk bergabung dengan Federasi Malaysia. Namun, ini tidak berarti bahwa Sabah telah menjadi bangsa atau bangsa yang merdeka , karena kurangnya pengakuan oleh PBB . Pada tahun 1965, Singapura menarik diri dari Federasi Malaysia. |
|||
Pada tahun 1761, [[Alexander Dalrymple]] yang merupakan seorang pejabat dari ''[[Perusahaan Hindia Timur Britania|British East India Company]]'' di [[Madras]],[[India]] telah membuat perjanjian dengan Sultan Sulu. Dalam perjanjian itu, membuat [[Alexander Dalrymple]] dapat membuka basis perdagangan di wilayah [[Kalimantan Utara]], dan pada saat itu dia memilih [[Pulau Balambangan]]. Kemudian pada tahun 1763, [[Alexander Dalrymple]] mengibarkan [[bendera]] [[Inggris]] di [[Blambangan|Balambangan]] dan menamai pulau itu 'Felecia'. Beberapa waktu setelah itu, seorang [[perwira]] bernama John Herbert dikirimkan ke Felecia (Balambangan) untuk mendirikan pemukiman. Akan tetapi, penempatan itu sejak awal telah mengalami masalah, mulai dari gangguan urusan [[administrasi]], [[perampokan]] laut dan kerusakan akibat [[kebakaran]], sehingga membuat tempat perdagangan itu hancur pada akhir 1775. Pada tahun 1803, upaya membangun kembali pangkalan dilakukan oleh [[Gubernur-Jenderal India|Gubernur Jenderal India]], [[Lord Arthur Wellesley]] melalui stafnya Robert J. Farquhar yang merupakan penduduk di [[Amboina]]. Dalam upaya tersebut Felicia telah dibangun kembali menjadi stasiun militer, akan tetapi usaha tersebut gagal dan stasiun itu ditinggalkan pada November 1805. Akhirnya, perhatian [[Inggris]] beralih ke daerah lain di gugusan pulau [[Melayu]]. |
|||
⚫ | |||
Keterlibatan negara Sabah dalam Federasi telah membawa banyak perubahan dalam aspek administrasi, politik, sosial dan lainnya. Sabah mengalami perkembangan yang lambat atas Malaya dan dengan demikian memasuki era baru sebagai negara dalam Federasi Malaysia. |
|||
Filipina mempertahankan klaim teritorial atas Sabah timur —yang sebelumnya dikenal sebagai [[Kalimantan Utara]]— berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada 1878 antara Sultan Sulu dan ''North Borneo Chartered Company.'' Filipina mempertahankan posisi bahwa kedaulatan Kesultanan atas wilayah itu tidak dihapuskan dan wilayah Kalimantan Utara hanya disewakan kepada ''North Borneo Chartered Company''. Pada tahun 1963, Filipina memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia setelah Sabah mengonsolidasikan dengan [[Federasi Malaysia]]. Masalah itu telah diselesaikan pada tahun 1989 ketika pemerintah Filipina yang baru membatalkan tuntutan mereka, dengan tujuan memperbaiki hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur. Hingga sampai saat ini, Malaysia terus menolak permintaan Filipina untuk penyelesaian kasus Filipina terhadap Sabah Timur ke [[Mahkamah Internasional]]. |
|||
⚫ | |||
Filipina memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia setelah Sabah dikonsolidasikan dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Ini dibubarkan pada tahun 1989 ketika pemerintah Filipina yang baru membatalkan tuntutan mereka untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur . Sampai saat ini, Malaysia terus menolak permintaan Filipina untuk penyelesaian kasus Filipina terhadap Sabah ke Mahkamah Internasional . Selanjutnya, Sabah sedang menyelidiki masalah klaim terhadap Sabah untuk dibawa ke Pengadilan Internasionaldiambil oleh Pemimpin Moro Filipina Nur Maisuri sebagai masalah, klaim itu diabaikan. |
|||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
Baris 37: | Baris 36: | ||
* [[Kalimantan Utara]] |
* [[Kalimantan Utara]] |
||
* [[Sabah]] |
* [[Sabah]] |
||
* [[Sejarah Brunei]] |
* [[Sejarah Brunei]]<br /> |
||
⚫ | |||
⚫ | |||
== Referensi == |
== Referensi == |
Revisi per 25 Januari 2020 08.55
Sejarah Negara dapat ditelusuri kembali ke sekitar 23-30.000 tahun yang lalu dengan adanya bukti pemukiman manusia yang ada di negara itu. Asal mula nama 'Sabah' diyakini berasal dari tanaman pisang yang disebut pisang Saba atau disebut juga "Saing Sabbah" atau "Sappah" oleh masyarakat Taosug (Suku Suluk). Pisang Saba banyak ditanam di sepanjang pantai barat Sabah yang digunakan sebagai sumber makanan. Namun oleh suku Bajau pisang itu lebih dikenal dengan nama 'jaba'. Akan tetapi, kini lebih dikenal dengan pisang nipah.[1]
Nama 'Sabah' pertama kali diperkenalkan pada abad ke-15 oleh para pedagang yang mengembara di antara Kepulauan Borneo Utara hingga ke Kepulauan Sulu di Selatan Filiphina. Nama itu pun juga telah lama digunakan sejak sebelum kedatangan Serikat Borneo Utara Inggris. Namun, setelah negara Sabah diambil alih oleh Serikat Borneo Utara Inggris, secara resmi pada tahun 1881 nama 'Sabah' diubah menjadi Borneo Utara. Akan tetapi, nama 'Sabah' digunakan kembali pada tahun 1963 ketika pembentukan Malaysia.
Berdasarkan catatan lain, di pusi Jawa Nagarakertagama yang dikarang oleh Prapanca pada tahun 1365 menyebut Sabah dengan nama 'Seludang'. Sedangkan dalam catatan yang ditulis oleh Marco Polo sewaktu dia singgah di Borneo, ketika itu Sabah dikenal dengan nama 'Burni' yang kemungkinan merujuk pada Brunei. [2]
Sejarah Awal
Awal sejarah Sabah dimulai pada abad ke-15 selama Kesultanan Brunei, yang menurut catatan disana terdapat pemukiman masyarakat yang makmur dan suku-suku yang terus ada sampai abad ke-19. Ketika itu, Sultan Brunei menyerahkan bagian timur Negara Sabah kepada Sultan Sulu, karena Sultan Hulu telah membantu mengalahkan musuh-musuh Brunei pada saat itu. Akan tetapi, banyak sumber yang mengatakan bahwa penyerahan wilayah itu tidak dilakukan. Lalu, pada abad ke-19, kedua wilayah yang dimiliki oleh Sultan Brunei dan Sultan Sulu diberikan kepada Inggris. Kemudian pada tahun 1888, Sabah berada dibawah naungan Inggris, hingga pada 1965 Sabah memutuskan untuk meninggalkan Federasi. Pada 16 September 1963 Sabah bergabung dengan Malaysia dan Singapura untuk membentuk Federasi Malaysia.[3]
Kekaisaran Brunei
Sebelum abad ke-6, Kerajaan Brunei merupakan pusat dari kawasan Sabah, Brunei, dan Sarawak. Kerajaan Brunei yang pada waktu itu menjadi pusat perdagangan dengan China dipengaruhi oleh dua kekuasan besar, yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit yang ada di Jawa.
Pada awal abad ke-15, Kekaisaran Malaka yang berada di bawah kekuasaan Parameswara menyebarkan pengaruhnya dan mengambil alih perdagangan Brunei. Pada akhir abad ke-15, perubahan itu secara tidak langsung menyebabkan penyebaran agama Islam di Brunei. Jatuhnya kekuasan Malaka ke pihak Portugis pada tahun 1511 mengakibatkan Sultan Brunei mengambil alih kepemimpinan Islam dari Malaka. Selama masa pemerintahan Sultan Bolkiah , pemerintah Brunei memperluas pengaruhnya ke Luzon dan Sulu, serta ke selatan dan barat Kalimantan.
Dalam 600 tahun terakhir, Cina datang untuk berdagang dan melakukan hubungan diplomatik dengan Kalimantan Utara. Berdasarkan laporan dari Brunei Annals, bahwa mereka mendirikan pemukiman di area Kinabatangan. Bukti arkeologis keramik yang ditemukan di Kalimantan Utara juga membuktikan bahwa orang Cina terlibat dalam perdagangan keramik Cina dan rempah-rempah dengan penduduk setempat.
Kedatangan pendatang Eropa
- Pada tahun 1521, seorang sejarawan Ferdinand Magellan yang bernama Antonio Pigafetta tiba di Brunei dan disambut secara luas oleh penduduk di sana
- Pada tahun 1526, Pasukan dari Portugis mengunjungi Brunei yang dipimpin langsung oleh Menezes
- Pada tahun 1577, Spanyol menaklukkan Filiphina dan Brunei, termasuk Kesultanan Sulu
- Pada tahun 1609, Belanda mendirikan basis perdagangan di Batavia (Jakarta) di Pulau Jawa.
- Pada tahun 1658, Sultan Brunei menyerahkan bagian timur laut Kalimantan kepada Sultan Sulu untuk menghormati Sultan Sulu dalam membantu mengakhiri perang saudara antara Sultan Abdul Mubin dan Pangeran Mohidin. Konflik internal pemerintah Brunei dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan runtuhnya kekaisaran.
- Pada tahun 1665, Kapten Cowley merupakan orang Inggris pertama mengunjungi Kalimantan.
Balambangan
Pada tahun 1761, Alexander Dalrymple yang merupakan seorang pejabat dari British East India Company di Madras,India telah membuat perjanjian dengan Sultan Sulu. Dalam perjanjian itu, membuat Alexander Dalrymple dapat membuka basis perdagangan di wilayah Kalimantan Utara, dan pada saat itu dia memilih Pulau Balambangan. Kemudian pada tahun 1763, Alexander Dalrymple mengibarkan bendera Inggris di Balambangan dan menamai pulau itu 'Felecia'. Beberapa waktu setelah itu, seorang perwira bernama John Herbert dikirimkan ke Felecia (Balambangan) untuk mendirikan pemukiman. Akan tetapi, penempatan itu sejak awal telah mengalami masalah, mulai dari gangguan urusan administrasi, perampokan laut dan kerusakan akibat kebakaran, sehingga membuat tempat perdagangan itu hancur pada akhir 1775. Pada tahun 1803, upaya membangun kembali pangkalan dilakukan oleh Gubernur Jenderal India, Lord Arthur Wellesley melalui stafnya Robert J. Farquhar yang merupakan penduduk di Amboina. Dalam upaya tersebut Felicia telah dibangun kembali menjadi stasiun militer, akan tetapi usaha tersebut gagal dan stasiun itu ditinggalkan pada November 1805. Akhirnya, perhatian Inggris beralih ke daerah lain di gugusan pulau Melayu.
Klaim Filipina untuk timur Sabah
Filipina mempertahankan klaim teritorial atas Sabah timur —yang sebelumnya dikenal sebagai Kalimantan Utara— berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada 1878 antara Sultan Sulu dan North Borneo Chartered Company. Filipina mempertahankan posisi bahwa kedaulatan Kesultanan atas wilayah itu tidak dihapuskan dan wilayah Kalimantan Utara hanya disewakan kepada North Borneo Chartered Company. Pada tahun 1963, Filipina memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia setelah Sabah mengonsolidasikan dengan Federasi Malaysia. Masalah itu telah diselesaikan pada tahun 1989 ketika pemerintah Filipina yang baru membatalkan tuntutan mereka, dengan tujuan memperbaiki hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur. Hingga sampai saat ini, Malaysia terus menolak permintaan Filipina untuk penyelesaian kasus Filipina terhadap Sabah Timur ke Mahkamah Internasional.
Lihat pula
Referensi
- ^ "How Brunei lost its northern province | The Brunei Times". archive.is. 2013-10-28. Diakses tanggal 2020-01-25.
- ^ "Sabah History - Culture, Religion and Lifestyle in Sabah". www.sabah.com. Diakses tanggal 2020-01-25.
- ^ "SABAH.gov". www.sabah.gov.my. Diakses tanggal 2020-01-25.