Lompat ke isi

Pangkalan TNI Angkatan Udara Dominicus Dumatubun: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
NaidNdeso (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
NaidNdeso (bicara | kontrib)
Baris 55: Baris 55:
'''Pangkalan TNI Angkatan Udara Dominicus Dumatubun''' atau disingkat menjadi Lanud Dominicus Dumatubun adalah pangkalan militer milik [[TNI AU]] tipe C, yang terletak di [[Langgur, Kei Kecil, Maluku Tenggara|Langgur]], [[Kabupaten Maluku Tenggara]], [[Maluku]]. Sebagai pangkalan TNI AU tipe C, maka ia dipimpin oleh seorang perwira menengah berpangkat [[Letnan Kolonel]].
'''Pangkalan TNI Angkatan Udara Dominicus Dumatubun''' atau disingkat menjadi Lanud Dominicus Dumatubun adalah pangkalan militer milik [[TNI AU]] tipe C, yang terletak di [[Langgur, Kei Kecil, Maluku Tenggara|Langgur]], [[Kabupaten Maluku Tenggara]], [[Maluku]]. Sebagai pangkalan TNI AU tipe C, maka ia dipimpin oleh seorang perwira menengah berpangkat [[Letnan Kolonel]].


Lanud ini memiliki ukuran landasan pacu berukuran 1.300 x 30 m. Pangkalan yang berjarak sekitar 3 km dari pusat kota ini merupakan pangkalan strategis untuk pertahanan wilayah Timur Indonesia karena berdekatan dengan [[ALKI|ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) III]].
Lanud ini memiliki ukuran landasan pacu berukuran 1.300 x 30 m. Pangkalan yang berjarak sekitar 3,5 km dari pusat kota, [[Tual]], ini merupakan pangkalan strategis untuk pertahanan wilayah Timur Indonesia karena berdekatan dengan [[ALKI|ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) III]].


Lanud ini dibangun sejak jaman pendudukan tentara Jepang pada tahun 1942 sebagai salah satu basis pertahanannya di wilayah Timur. Pangkalan ini dan beberapa pangkalan lainnya sempat terbengkalai, dan dibangun kembali oleh TNI AU pada tahun 1951. Lanud ini pada tahun 1952 berstatus sebagai Perwakilan Kesatuan Penghubung Udara Langgur dibawah pengawasan PAU Laha.
Lanud ini dibangun sejak jaman pendudukan tentara Jepang pada tahun 1942 sebagai salah satu basis pertahanannya di wilayah Timur. Pangkalan ini dan beberapa pangkalan lainnya sempat terbengkalai, dan dibangun kembali oleh TNI AU pada tahun 1951. Lanud ini pada tahun 1952 berstatus sebagai Perwakilan Kesatuan Penghubung Udara Langgur dibawah pengawasan PAU Laha.
Baris 78: Baris 78:
Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan di saat yang hampir bersamaan, Jepang menyerah kalah kepada sekutu. [[AURI]] sendiri, yang dikukuhkan pada 9 April 1946, belum melebarkan sayapnya hingga ke [[Maluku Tenggara]] hingga terbentuknya kabupaten dengan nama yang sama pada 22 Desember 1951 dengan ibukotanya, [[Tual]]. Dan satu-satunya pangkalan udara yang aktif disana, adalah [[Bandar Udara Internasional Pattimura|Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Laha]] berkedudukan di [[Pulau Ambon]]. PAU Laha sekarang lebih dikenal sebagai [[Bandar Udara Internasional Pattimura]].{{Sfn|Irawan|2019|p=16-17}}
Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan di saat yang hampir bersamaan, Jepang menyerah kalah kepada sekutu. [[AURI]] sendiri, yang dikukuhkan pada 9 April 1946, belum melebarkan sayapnya hingga ke [[Maluku Tenggara]] hingga terbentuknya kabupaten dengan nama yang sama pada 22 Desember 1951 dengan ibukotanya, [[Tual]]. Dan satu-satunya pangkalan udara yang aktif disana, adalah [[Bandar Udara Internasional Pattimura|Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Laha]] berkedudukan di [[Pulau Ambon]]. PAU Laha sekarang lebih dikenal sebagai [[Bandar Udara Internasional Pattimura]].{{Sfn|Irawan|2019|p=16-17}}


=== 1951 - 1955 ===
=== 1951 - 1968 ===
Awal Desember 1951, utusan AURI, Kapten Udara Noerzain mengadakan kunjungan ke Maluku Tenggara untuk menjajagi kemungkinan penempatan perwakilannya di kabupaten yang baru terbentuk. Dari 4 lapangan terbang yang ditinjau, dipilihlah Lapangan Terbang Langgur dengan pertimbangan jarak dengan Tual sebagai ibukota kabupaten yang cukup dekat, berkisar 3,5 Km.{{Sfn|Irawan|2019|p=19-20}}
Awal Desember 1951, utusan AURI, Kapten Udara Noerzain mengadakan kunjungan ke Maluku Tenggara untuk menjajagi kemungkinan penempatan perwakilannya di kabupaten yang baru terbentuk. Dari 4 lapangan terbang yang ditinjau, dipilihlah Lapangan Terbang Langgur dengan pertimbangan jarak dengan Tual sebagai ibukota kabupaten yang cukup dekat, berkisar 3,5 Km.{{Sfn|Irawan|2019|p=19-20}}


Pada Januari 1952, korps [[Zeni]] [[TNI Angkatan Darat]] datang ke kabupaten ini untuk melakukan perbaikan di lapangan terbang tersebut. Ketika dalam proses pembangunan, Komisaris Besar Polisi [[Soekanto Tjokrodiatmodjo]] sedang mengadakan kunjungan kerja ke Tual dengan pesawat [[PBY Catalina]] yang bisa mendarat di perairan ataupun landasan darat. Namun karena landasan Langgur sudah siap dipergunakan, maka pesawat itu akhirnya mendarat di lapangan terbang Langgur.{{Sfn|Irawan|2019|p=19-20}}
Pada Januari 1952, korps [[Zeni]] [[TNI Angkatan Darat]] datang ke kabupaten ini untuk melakukan perbaikan di lapangan terbang tersebut. Ketika dalam proses pembangunan, Komisaris Besar Polisi [[Soekanto Tjokrodiatmodjo]] sedang mengadakan kunjungan kerja ke Tual dengan pesawat [[PBY Catalina]] yang bisa mendarat di perairan ataupun landasan darat. Namun karena landasan Langgur sudah siap dipergunakan, maka pesawat itu akhirnya mendarat di lapangan terbang Langgur.{{Sfn|Irawan|2019|p=19-20}}


Lapangan terbang Langgur ditetapkan koordinatnya : 05.40° [[Lintang selatan|Lintang Selatan]] dan 132.43° [[Bujur Timur]] atau 05.40 S - 132.43 E. Lapangan terbang ini memiliki landasan dengan panjang 1.300 m, memanjang dari timur ke barat. Landasan ini memiliki lebar 30 m, utara ke selatan, dengan bahu landasan 60 meter di kedua sisinya. Pada 1 Maret 1952, lapangan ini diserahkan dari koprs Zeni TNI AD kepada AURI dan diterima oleh KASAU waktu itu, Komodor Udara [[Soerjadi Soerjadarma]] dan disaksikan oleh kepala desa Langgur, Bapak Demianus Dumatubun. Dalam kesempatan itu, diberikan sebuah miniatur [[C-47 Dakota]] kepada kepala desanya, sebagai cendera mata.{{Sfn|Irawan|2019|p=19-20}}
Lapangan terbang Langgur ditetapkan koordinatnya : 05.40° [[Lintang selatan|Lintang Selatan]] dan 132.43° [[Bujur Timur]] atau 05.40 S - 132.43 E. Lapangan terbang ini memiliki landasan dengan panjang 1.300 m, memanjang dari timur ke barat. Landasan ini memiliki lebar 30 m, utara ke selatan, dengan bahu landasan 60 meter di kedua sisinya. Pada 1 Maret 1952, lapangan ini diserahkan dari koprs Zeni TNI AD kepada AURI dan diterima oleh KASAU waktu itu, Komodor Udara [[Soerjadi Soerjadarma]] dan disaksikan oleh kepala desa Langgur, Bapak Demianus Dumatubun. Dalam kesempatan itu, diberikan sebuah miniatur [[C-47 Dakota]] kepada kepala desanya, sebagai cendera mata.{{Sfn|Irawan|2019|p=19-20}} Sarana perkantoran dan perumahan anggota berupa kontruksi semi-permanen dan ditempati oleh 10 orang pekerja harian dan satu orang anggota militer secara bergilir dari [[PAU Laha]].{{Sfn|Irawan|2019|p=52}}


Lapangan terbang ini, kemudian ditetapkan untuk berada di bawah pengawasan dari PAU Laha dengan sebutan Perwakilan Kesatuan Penghubung Udara Langgur, dimana Kepala Perwakilannya yang pertama adalah Letnan Muda Udara II Sukardi. Pada 19 Juli 1954, KASAU [[Soerjadi Soerjadarma]] beserta rombongan mendarat di Langgur dengan naik pesawat [[C-47 Dakota]]. Dalam penerbangan ini, mereka dikawal oleh sebuah pesawat pembom [[B-25]] dengan penerbangan Kolonel Udara Nordraven dalam rangka untuk pemeriksaan lapangan-lapangan udara di Maluku.{{Sfn|Irawan|2019|p=22}}
Lapangan terbang ini, kemudian ditetapkan untuk berada di bawah pengawasan dari PAU Laha dengan sebutan '''Perwakilan Kesatuan Penghubung Udara Langgur''', dimana Kepala Perwakilannya yang pertama adalah Letnan Muda Udara II Sukardi. Pada 19 Juli 1954, KASAU [[Soerjadi Soerjadarma]] beserta rombongan mendarat di Langgur dengan naik pesawat [[C-47 Dakota]]. Dalam penerbangan ini, mereka dikawal oleh sebuah pesawat pembom [[B-25]] dengan penerbangan Kolonel Udara Nordraven dalam rangka untuk pemeriksaan lapangan-lapangan udara di Maluku.{{Sfn|Irawan|2019|p=22}}

Tanggal 15 Oktober 1955, lanud ini dirubah namanya menjadi '''Kesatuan Penghubung Udara Langgur''' dengan Pembantu Letnan Muda Udara II (LMU II) J.N. Annakotta sebagai komandannya hingga Juni 1962.{{Sfn|Irawan|2019|p=23}}

Pada 1 April 1957, KASAU saat itu, [[Soerjadi Soerjadarma]], menerbitkan Surat Keputusan Nomor 61 Tahun 1957 dan baru berlaku pada 9 April 1957, yang menetapkan hal-hal sebagai berikut{{Sfn|Irawan|2019|p=23}}:

* Sebutan Pangkalan Udara menjadi Pangkalan Angkatan Udara
* Sebutan Detasemen Udara menjadi Detasemen Angkatan Udara dengan catatan Detasemen M.B.A.U menjadi Pangkalan Angkatan Udara Jakarta
* Sebutan Kesatuan Penghubung menjadi Detasemen Angkatan Udara

Sejak 9 April 1957 pangkalan ini menjadi '''Detasemen Angkatan Udara (Detasemen AU) Langgur''' dengan komandan yang sama sejak 15 Oktober 1955, dan dibawah pengawasan PAU Laha.{{Sfn|Irawan|2019|p=24}}

Sejak awal tahun 1959, AURI bersama angkatan lainnya melaksanakan serangan secara fisik dalam rangka [[Operasi Trikora]]. Sebagai persiapan, dibukalah kembali beberapa lapangan terbang peninggalan tentara Jepang yang bernilai strategis di kawasan Timur Indonesia termasuk lapangan terbang Letfuan di [[Pulau Kei Kecil]], [[Maluku Utara]], berjarak 18 Km dari Detasemen AU Langgur.{{Sfn|Irawan|2019|p=26}}

Pada 15 Mei 1959, dimulailah pekerjaan pembukaan lapangan terbang Letfuan dengan pembabatan semak belukar oleh personil militer Detasemen AU Langgur bersama-sama Pemerintah Negeri Letfuan. Pekerjaan ini berfokus pada pembangunan landasan pacu sepanjang 1.800 m membujur dari Timur ke Barat dengan lebar 100 m melintang dari Utara ke Selatan.{{Sfn|Irawan|2019|p=27}}{{Sfn|Suyitno|1989|p=8}}

Tanggal 15 April 1961 dilakukan uji coba pendaratan pertama di lapangan terbang Letfuan menggunakan pesawat [[C-47 Dakota]] dengan penerbang Letnan Udara 1 (LU. I) Hamzana dengan hasil baik. Pengelolaannya diserahkan kepada Detasemen AU Langgur.{{Sfn|Irawan|2019|p=28}}


Lanud ini memainkan peranan penting dalam operasi pembebasan [[Irian Barat]] atau yang dikenal dengan nama [[Operasi Trikora]] pada tahun 1961 - 1962. Pangkalan ini menjadi pangkalan militer milik TNI AU sejak Indonesia merdeka dan merupakan pangkalan tipe D dan merupakan bagian dari [[Komando Operasi Angkatan Udara II]] pada saat itu.<ref>{{Cite web|url=https://www.antaranews.com/berita/595080/kondisi-pangkalan-udara-tni-au-dumatubun-langgur-memprihatinkan|title=Kondisi Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun langgur memprihatinkan|last=Ayal|first=Jimmy|date=09 November 2016|website=Antara News|access-date=18 Januari 2020}}</ref>
Lanud ini memainkan peranan penting dalam operasi pembebasan [[Irian Barat]] atau yang dikenal dengan nama [[Operasi Trikora]] pada tahun 1961 - 1962. Pangkalan ini menjadi pangkalan militer milik TNI AU sejak Indonesia merdeka dan merupakan pangkalan tipe D dan merupakan bagian dari [[Komando Operasi Angkatan Udara II]] pada saat itu.<ref>{{Cite web|url=https://www.antaranews.com/berita/595080/kondisi-pangkalan-udara-tni-au-dumatubun-langgur-memprihatinkan|title=Kondisi Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun langgur memprihatinkan|last=Ayal|first=Jimmy|date=09 November 2016|website=Antara News|access-date=18 Januari 2020}}</ref>


=== 1956 - 1968 ===
Tanggal 29 Juni 1962, dilaksanakan operasi pengintaian akan kapal-kapal yang berada di seputaran 12 mil dari perairan [[Tual]], Langgur dan [[Letwuan, Hoat Sorbay, Maluku Tenggara|Letwuan]]. Salah satunya adalah penerbangan yang dipimpin oleh Flight Leader pesawat [[P-51 Mustang]], Kapten Udara Gunadi, yang mengalami kegagalan tinggal landas dari Langgur, jatuh terbakar ketika menabrak sebuah bukit kecil yang terletak beberapa ratus meter di ujung landasan. Dalam peristiwa ini, pilotnya, gugur di tempat.<ref>{{Cite web|url=https://tni-au.mil.id/monumen-kapten-udara-gunadi-di-lanud-dominicus-dumatubun/|title=Monumen Kapten Udara Gunadi Di Lanud Dominicus Dumatubun|last=Penerangan TNI AU|first=Dinas|date=09 Agustus 2016|website=TNI Angkatan Udara|access-date=24 Januari 2020}}</ref>
Tanggal 29 Juni 1962, dilaksanakan operasi pengintaian akan kapal-kapal yang berada di seputaran 12 mil dari perairan [[Tual]], Langgur dan [[Letwuan, Hoat Sorbay, Maluku Tenggara|Letwuan]]. Salah satunya adalah penerbangan yang dipimpin oleh Flight Leader pesawat [[P-51 Mustang]], Kapten Udara Gunadi, yang mengalami kegagalan tinggal landas dari Langgur, jatuh terbakar ketika menabrak sebuah bukit kecil yang terletak beberapa ratus meter di ujung landasan. Dalam peristiwa ini, pilotnya, gugur di tempat.<ref>{{Cite web|url=https://tni-au.mil.id/monumen-kapten-udara-gunadi-di-lanud-dominicus-dumatubun/|title=Monumen Kapten Udara Gunadi Di Lanud Dominicus Dumatubun|last=Penerangan TNI AU|first=Dinas|date=09 Agustus 2016|website=TNI Angkatan Udara|access-date=24 Januari 2020}}</ref>


Baris 158: Baris 173:


# {{Cite book|title=Warisan Perjuangan {{!}} Pangkalan TNI AU D. Dumatubun|last=Irawan|first=Letkol Pnb. Sonny; S.E., M.M.|date=2019|publisher=GMB-Indonesia|isbn=978-602-476-311-4|location=|pages=|url-status=live}}
# {{Cite book|title=Warisan Perjuangan {{!}} Pangkalan TNI AU D. Dumatubun|last=Irawan|first=Letkol Pnb. Sonny; S.E., M.M.|date=2019|publisher=GMB-Indonesia|isbn=978-602-476-311-4|location=|pages=|url-status=live}}
#{{Cite book|title=Sejarah Pangkalan TNI AU Dumatubun dan Pangkalan TNI AU Letfuan|last=Suyitno|first=Kapten Psk|date=1989|publisher=Lanud Dumatubun}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi per 2 Februari 2020 16.52

Pangkalan TNI AU Dominicus Dumatubun
Lambang Lanud
NegaraIndonesia Indonesia
Cabang TNI Angkatan Udara
Tipe unitPangkalan Udara Militer Tipe C
Bagian dariKomando Operasi Angkatan Udara III
Moto"Prayatna Kerta Gegana"
Situs webwww.tni-au.mil.id
Pangkalan TNI AU Dominicus Dumatubun
Informasi
JenisMiliter
PengelolaTNI AU
LokasiLanggur, Kepulauan Kai, Indonesia
Ketinggian dpl3 mdpl
Situs webLanud D. Dumatubun
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
kaki m
09/27 6,200 1,300 Beton
Sumber: World Aero Data[1]

Pangkalan TNI Angkatan Udara Dominicus Dumatubun atau disingkat menjadi Lanud Dominicus Dumatubun adalah pangkalan militer milik TNI AU tipe C, yang terletak di Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku. Sebagai pangkalan TNI AU tipe C, maka ia dipimpin oleh seorang perwira menengah berpangkat Letnan Kolonel.

Lanud ini memiliki ukuran landasan pacu berukuran 1.300 x 30 m. Pangkalan yang berjarak sekitar 3,5 km dari pusat kota, Tual, ini merupakan pangkalan strategis untuk pertahanan wilayah Timur Indonesia karena berdekatan dengan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) III.

Lanud ini dibangun sejak jaman pendudukan tentara Jepang pada tahun 1942 sebagai salah satu basis pertahanannya di wilayah Timur. Pangkalan ini dan beberapa pangkalan lainnya sempat terbengkalai, dan dibangun kembali oleh TNI AU pada tahun 1951. Lanud ini pada tahun 1952 berstatus sebagai Perwakilan Kesatuan Penghubung Udara Langgur dibawah pengawasan PAU Laha.

Sejak 18 November 1969, Lanud ini diberi nama Pangkalan TNI Angkatan Udara Dominicus Dumatubun hingga sekarang. Lanud ini, sejak 8 Januari 2020 dipimpin oleh Letkol Pnb Yulianto Nurcahyo hingga sekarang.

Sejarah

Jaman pendudukan Jepang

Pada saat Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bisa menjangkau seluruh daerah bekas jajahan Belanda, termasuk Maluku. Pada 12 Juli 1942, Jepang tiba di Pulau Dullah dan Pulau Kei Kecil. Mereka lalu mendatangkan alat-alat berat untuk membangun landasan pesawat udara karena daerah ini bernilai strategis.[2]

Lapangan terbang yang berhasil dibangun di Pulau Kei Kecil ada 4, yaitu:

  1. Lapangan terbang Langgur, yang berlokasi di antara desa Langgur dengan desa Kolser.[3]
  2. Lapangan terbang Faan, yang berlokasi di desa Faan.[3]
  3. Lapangan terbang Letwuan, yang berlokasi di antara desa Letwuan dan desa Ngabub.[3]
  4. Lapangan terbang Dullah Laut di Pulau Dullah Utara, Tual.[3]

Lapangan-lapangan terbang tersebut dipergunakan sebagai basis pertahanan diri dari serangan Sekutu, hingga akhirnya Jepang kalah dalam peperangan dan semua lapangan terbang ini ditinggalkan.[3]

1945 - 1950

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan di saat yang hampir bersamaan, Jepang menyerah kalah kepada sekutu. AURI sendiri, yang dikukuhkan pada 9 April 1946, belum melebarkan sayapnya hingga ke Maluku Tenggara hingga terbentuknya kabupaten dengan nama yang sama pada 22 Desember 1951 dengan ibukotanya, Tual. Dan satu-satunya pangkalan udara yang aktif disana, adalah Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Laha berkedudukan di Pulau Ambon. PAU Laha sekarang lebih dikenal sebagai Bandar Udara Internasional Pattimura.[4]

1951 - 1968

Awal Desember 1951, utusan AURI, Kapten Udara Noerzain mengadakan kunjungan ke Maluku Tenggara untuk menjajagi kemungkinan penempatan perwakilannya di kabupaten yang baru terbentuk. Dari 4 lapangan terbang yang ditinjau, dipilihlah Lapangan Terbang Langgur dengan pertimbangan jarak dengan Tual sebagai ibukota kabupaten yang cukup dekat, berkisar 3,5 Km.[5]

Pada Januari 1952, korps Zeni TNI Angkatan Darat datang ke kabupaten ini untuk melakukan perbaikan di lapangan terbang tersebut. Ketika dalam proses pembangunan, Komisaris Besar Polisi Soekanto Tjokrodiatmodjo sedang mengadakan kunjungan kerja ke Tual dengan pesawat PBY Catalina yang bisa mendarat di perairan ataupun landasan darat. Namun karena landasan Langgur sudah siap dipergunakan, maka pesawat itu akhirnya mendarat di lapangan terbang Langgur.[5]

Lapangan terbang Langgur ditetapkan koordinatnya : 05.40° Lintang Selatan dan 132.43° Bujur Timur atau 05.40 S - 132.43 E. Lapangan terbang ini memiliki landasan dengan panjang 1.300 m, memanjang dari timur ke barat. Landasan ini memiliki lebar 30 m, utara ke selatan, dengan bahu landasan 60 meter di kedua sisinya. Pada 1 Maret 1952, lapangan ini diserahkan dari koprs Zeni TNI AD kepada AURI dan diterima oleh KASAU waktu itu, Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma dan disaksikan oleh kepala desa Langgur, Bapak Demianus Dumatubun. Dalam kesempatan itu, diberikan sebuah miniatur C-47 Dakota kepada kepala desanya, sebagai cendera mata.[5] Sarana perkantoran dan perumahan anggota berupa kontruksi semi-permanen dan ditempati oleh 10 orang pekerja harian dan satu orang anggota militer secara bergilir dari PAU Laha.[6]

Lapangan terbang ini, kemudian ditetapkan untuk berada di bawah pengawasan dari PAU Laha dengan sebutan Perwakilan Kesatuan Penghubung Udara Langgur, dimana Kepala Perwakilannya yang pertama adalah Letnan Muda Udara II Sukardi. Pada 19 Juli 1954, KASAU Soerjadi Soerjadarma beserta rombongan mendarat di Langgur dengan naik pesawat C-47 Dakota. Dalam penerbangan ini, mereka dikawal oleh sebuah pesawat pembom B-25 dengan penerbangan Kolonel Udara Nordraven dalam rangka untuk pemeriksaan lapangan-lapangan udara di Maluku.[7]

Tanggal 15 Oktober 1955, lanud ini dirubah namanya menjadi Kesatuan Penghubung Udara Langgur dengan Pembantu Letnan Muda Udara II (LMU II) J.N. Annakotta sebagai komandannya hingga Juni 1962.[8]

Pada 1 April 1957, KASAU saat itu, Soerjadi Soerjadarma, menerbitkan Surat Keputusan Nomor 61 Tahun 1957 dan baru berlaku pada 9 April 1957, yang menetapkan hal-hal sebagai berikut[8]:

  • Sebutan Pangkalan Udara menjadi Pangkalan Angkatan Udara
  • Sebutan Detasemen Udara menjadi Detasemen Angkatan Udara dengan catatan Detasemen M.B.A.U menjadi Pangkalan Angkatan Udara Jakarta
  • Sebutan Kesatuan Penghubung menjadi Detasemen Angkatan Udara

Sejak 9 April 1957 pangkalan ini menjadi Detasemen Angkatan Udara (Detasemen AU) Langgur dengan komandan yang sama sejak 15 Oktober 1955, dan dibawah pengawasan PAU Laha.[9]

Sejak awal tahun 1959, AURI bersama angkatan lainnya melaksanakan serangan secara fisik dalam rangka Operasi Trikora. Sebagai persiapan, dibukalah kembali beberapa lapangan terbang peninggalan tentara Jepang yang bernilai strategis di kawasan Timur Indonesia termasuk lapangan terbang Letfuan di Pulau Kei Kecil, Maluku Utara, berjarak 18 Km dari Detasemen AU Langgur.[10]

Pada 15 Mei 1959, dimulailah pekerjaan pembukaan lapangan terbang Letfuan dengan pembabatan semak belukar oleh personil militer Detasemen AU Langgur bersama-sama Pemerintah Negeri Letfuan. Pekerjaan ini berfokus pada pembangunan landasan pacu sepanjang 1.800 m membujur dari Timur ke Barat dengan lebar 100 m melintang dari Utara ke Selatan.[11][12]

Tanggal 15 April 1961 dilakukan uji coba pendaratan pertama di lapangan terbang Letfuan menggunakan pesawat C-47 Dakota dengan penerbang Letnan Udara 1 (LU. I) Hamzana dengan hasil baik. Pengelolaannya diserahkan kepada Detasemen AU Langgur.[13]

Lanud ini memainkan peranan penting dalam operasi pembebasan Irian Barat atau yang dikenal dengan nama Operasi Trikora pada tahun 1961 - 1962. Pangkalan ini menjadi pangkalan militer milik TNI AU sejak Indonesia merdeka dan merupakan pangkalan tipe D dan merupakan bagian dari Komando Operasi Angkatan Udara II pada saat itu.[14]

Tanggal 29 Juni 1962, dilaksanakan operasi pengintaian akan kapal-kapal yang berada di seputaran 12 mil dari perairan Tual, Langgur dan Letwuan. Salah satunya adalah penerbangan yang dipimpin oleh Flight Leader pesawat P-51 Mustang, Kapten Udara Gunadi, yang mengalami kegagalan tinggal landas dari Langgur, jatuh terbakar ketika menabrak sebuah bukit kecil yang terletak beberapa ratus meter di ujung landasan. Dalam peristiwa ini, pilotnya, gugur di tempat.[15]

1969 - sekarang

Tanggal 22 September 1969, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong (DPR-GR) Kabupaten Maluku Tenggara mengeluarkan pernyataan nomor 3/DPR-GR/69 yang ditujukan kepada KASAU, Panglima Komando Wilayah Udara III (PANGKOWILU III) di Makassar berisikan bahwa nama almarhum Letnan Udara II Penerbang Dominicus Dumatubun, putra asli daerah Langgur, untuk bisa diabadikan sebagai nama Pangkalan Angkatan Udara Letfuan/Langgur.[16]

Pangkowilu III Makassar, pada 1 November 1969 mengeluarkan Radiogram Nomor 1791 dengan isi permohonan untuk mengabadikan nama Letnan Udara II Penerbang Dominicus Dumatubun sebagai nama Pangkalan Angkatan Udara Letfuan/Langgur.[17]

Pada 18 November 1969, berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 65 tahun 1969, maka lanud ini diberi nama Lanud Dominicus Dumatubun sebagai penghargaan kepada pahlawan TNI AU, Letnan Udara Dua Dominicus Dumatubun yang gugur pada 22 Mei 1960 ketika melaksanakan tugas latihan terbang malam.[18] Upacara peresmian perubahan nama dari PAU Letfuan/Langgur menjadi Lanud Dominicus Dumatubun dihadiri oleh Pangkodau VII, Kasrem Trikora, Almarhum Kolonel Infanteri Gerald Dumatubu, yang juga kakak kandung dari Dominicus Dumatubun.[19]

Pada 9 Mei 2018, berdasarkan peraturan KASAU Nomor 13 tahun 2018 tentang penetapan dan pengesahan organisasi Komando Operasi Angkatan Udara III dan berdasarkan telegram KASAU Nomor T/19/2018 tanggal 14 Mei 2018 tentang Serah Terima Tanggung Jawab 8 Lanud dari Wilayah Tanggung Jawab Kooopsau II ke Koopsau III maka lanud ini termasuk lanud yang beralih wilayah ke Koopsau III. Dan sejak itu, maka lanud ini berubah dari tipe D ke tipe C.[20]

Sebagai pangkalan yang terletak berdekatan dengan jalur ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) III, maka lanud ini memiliki posisi strategis untuk pertahanan di wilayah Timur Indonesia yang rawan akan pelanggaran.[21][22]

Maskapai penerbangan dan tujuan

MaskapaiTujuan
Aviastar Larat, Samulaki
Garuda Indonesia Ambon
Trigana Air Service Ambon, Dobo, Saumlaki
Wings Air Ambon

Terminal

  • Terminal A Dikhususkan untuk maskapai Garuda Indonesia.
  • Terminal B Dikhususkan untuk untuk Maskapai Umum.

Panjang Landasan

  • landas pacu meter menjadi 2.350 x 45 meter (7.710 ft × 148 ft) meter permukaan Beton akan mendarat pesawat berbadan lebar.

Komandan

Era Perwakilan Kesatuan Penghubung Udara Langgur

  1. Letnan Muda Udara II Sukardi (1 Maret 1952–14 Oktober1955)

Era Lanud Dominicus Dumatubun

  1. LU II J.N. Annakotta (1969–1970)[19]
  2. LMU II B. Bedatupen (1970–1971)[19]
  3. Letda POM J. Renwarin (1971–1972)[19]
  4. Lettu Lek F.X. Soedjoko (1974–1976)[23]
  5. Mayor PJ Seogito (1976–1981)[23]
  6. Mayor PLLU Sunaryo (1981–1985)[23]
  7. Mayor Soewarto (1985–1987)[23]
  8. Kapten Psk Sabar J.S. (1987–1987)[23]
  9. Mayor Psk Suyitno (1987–1991)[23]
  10. Letkol Psk R.E. Hasibuan (1991–1995)[23]
  11. Mayor Psk Soegiyo (1995–1999)[23]
  12. Mayor Psk Puguh Sudiono (1999–2001)[23]
  13. Mayor Lek A. Laksono (2001–2004)[23]
  14. Mayor Pnb Yulianta (2004–2005)[23]
  15. Mayor Psk Anis N (2005–2007)[23]
  16. Mayor Nav Anang S (2007–2009)[24]
  17. Mayor Nav Irman F (2009–2011)[24]
  18. Mayor Nav Ego Mustafa T. (2011–2013)[24]
  19. Letkol Pnb I Ketut A.A. (2013–2015)[24]
  20. Letkol Pnb H.E. Sasmoyo (2015–2017)[24]
  21. Letkol Pnb Rony Widodo (2017–2018)[24]
  22. Letkol Pnb Sonny Irawan, S.E., M.M., (2018–05 Januari 2020)
  23. Letkol Pnb Yulianto Nurcahyo (8 Januari 2020–Sekarang)[25]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Informasi bandar udara World Aero Data untuk WAPL
  2. ^ Irawan 2019, hlm. 14.
  3. ^ a b c d e Irawan 2019, hlm. 15.
  4. ^ Irawan 2019, hlm. 16-17.
  5. ^ a b c Irawan 2019, hlm. 19-20.
  6. ^ Irawan 2019, hlm. 52.
  7. ^ Irawan 2019, hlm. 22.
  8. ^ a b Irawan 2019, hlm. 23.
  9. ^ Irawan 2019, hlm. 24.
  10. ^ Irawan 2019, hlm. 26.
  11. ^ Irawan 2019, hlm. 27.
  12. ^ Suyitno 1989, hlm. 8.
  13. ^ Irawan 2019, hlm. 28.
  14. ^ Ayal, Jimmy (09 November 2016). "Kondisi Pangkalan Udara TNI AU Dumatubun langgur memprihatinkan". Antara News. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  15. ^ Penerangan TNI AU, Dinas (09 Agustus 2016). "Monumen Kapten Udara Gunadi Di Lanud Dominicus Dumatubun". TNI Angkatan Udara. Diakses tanggal 24 Januari 2020. 
  16. ^ Irawan 2019, hlm. 33.
  17. ^ Irawan 2019, hlm. 34.
  18. ^ Irawan 2019, hlm. 7.
  19. ^ a b c d Irawan 2019, hlm. 35.
  20. ^ Irawan 2019, hlm. 9-10.
  21. ^ "Perkuat Pertahanan Indonesia Timur, TNI AU Bangun 2 Skuadron". CNN Indonesia. 13 Juni 2019. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  22. ^ Ayal, Jimmy (13 Juni 2019). "Kasau : Lanud Dumatubun strategis untuk pertahanan". Antara News. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  23. ^ a b c d e f g h i j k l Irawan 2019, hlm. 36.
  24. ^ a b c d e f Irawan 2019, hlm. 37.
  25. ^ Koopsau III, Penerangan (09 Januari 2020). "Pelantikan Serah Terima Jabatan Komandan Lanud D.Dumatubun". TNI Angkatan Udara. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 

Daftar pustaka

  1. Irawan, Letkol Pnb. Sonny; S.E., M.M. (2019). Warisan Perjuangan | Pangkalan TNI AU D. Dumatubun. GMB-Indonesia. ISBN 978-602-476-311-4. 
  2. Suyitno, Kapten Psk (1989). Sejarah Pangkalan TNI AU Dumatubun dan Pangkalan TNI AU Letfuan. Lanud Dumatubun. 

Pranala luar