Pemberontakan PKI 1948: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Mengubah kata "terduga" menjadi "anggota" karena berdasarkan sumber menyatakan mereka adalah anggota PKI bukan terduga PKI. Wording matters. |
||
Baris 19: | Baris 19: | ||
== Akhir == |
== Akhir == |
||
Untuk memulihkan keamanan secara menyeluruh di Madiun, pemerintah bertindak cepat. Provinsi Jawa Timur dijadikan daerah istimewa, selanjutnya [[Kolonel Sungkono]] diangkat sebagai gubernur militer. Operasi penumpasan dimulai pada tanggal 20 September 1948 dipimpin oleh Kolonel A. H. Nasution.<ref name="30TH">Kartasasmita, Ginandjar. 1997. ''30 Tahun Indonesia Merdeka''. Jakarta: Sekretariat Negara</ref> |
Untuk memulihkan keamanan secara menyeluruh di Madiun, pemerintah bertindak cepat. Provinsi Jawa Timur dijadikan daerah istimewa, selanjutnya [[Kolonel Sungkono]] diangkat sebagai gubernur militer. Operasi penumpasan dimulai pada tanggal 20 September 1948 dipimpin oleh Kolonel A. H. Nasution.<ref name="30TH">Kartasasmita, Ginandjar. 1997. ''30 Tahun Indonesia Merdeka''. Jakarta: Sekretariat Negara</ref> |
||
[[Berkas:Indonesische man op de rug gezien wordt ondervraagd en onder schot gehouden in , Bestanddeelnr 8803.jpg|jmpl|September 1948, Proses introgasi terhadap |
[[Berkas:Indonesische man op de rug gezien wordt ondervraagd en onder schot gehouden in , Bestanddeelnr 8803.jpg|jmpl|September 1948, Proses introgasi terhadap anggota PKI.]] |
||
[[Berkas:Groep IIndonesische mannen wordt met touwen geboeid en onder bewaking afgevoerd , Bestanddeelnr 8806.jpg|jmpl|September 1948, tampak TNI bersenjata dan masyarakat yang menangkap |
[[Berkas:Groep IIndonesische mannen wordt met touwen geboeid en onder bewaking afgevoerd , Bestanddeelnr 8806.jpg|jmpl|September 1948, tampak TNI bersenjata dan masyarakat yang menangkap anggota PKI.]] |
||
[[Berkas:Twee mannen met touw geboeid worden ondervraagd door TNI-officieren, Bestanddeelnr 8812.jpg|jmpl|Interogasi yang dilakukan oleh seorang prajurit TNI kepada simpatisan PKI.]] |
[[Berkas:Twee mannen met touw geboeid worden ondervraagd door TNI-officieren, Bestanddeelnr 8812.jpg|jmpl|Interogasi yang dilakukan oleh seorang prajurit TNI kepada simpatisan PKI.]] |
||
Sementara sebagian besar pasukan TNI di Jawa Timur berkonsentrasi menghadapi Belanda, namun dengan menggunakan 2 brigade dari cadangan Divisi 3 Siliwangi serta kesatuan-kesatuan lainnya yang mendukung Republik, semua kekuatan pembetontak akhirnya dapat dimusnahkan.<ref name="RICKLEFSp230">Ricklefs (1991), p. 230.</ref> |
Sementara sebagian besar pasukan TNI di Jawa Timur berkonsentrasi menghadapi Belanda, namun dengan menggunakan 2 brigade dari cadangan Divisi 3 Siliwangi serta kesatuan-kesatuan lainnya yang mendukung Republik, semua kekuatan pembetontak akhirnya dapat dimusnahkan.<ref name="RICKLEFSp230">Ricklefs (1991), p. 230.</ref> |
||
Baris 26: | Baris 26: | ||
[[Berkas:Hevig bloedende man wordt met bajonet of kris gestoken Rondom nieuwsgierige kij, Bestanddeelnr 8805.jpg|jmpl|Korban eksekusi]] |
[[Berkas:Hevig bloedende man wordt met bajonet of kris gestoken Rondom nieuwsgierige kij, Bestanddeelnr 8805.jpg|jmpl|Korban eksekusi]] |
||
[[Berkas:Lijk van een zwaar toegetakelde man ligt op de grond bij een trap. Zijn armen l, Bestanddeelnr 8823.jpg|jmpl|September 1948, Kondisi korban setelah eksekusi.]] |
[[Berkas:Lijk van een zwaar toegetakelde man ligt op de grond bij een trap. Zijn armen l, Bestanddeelnr 8823.jpg|jmpl|September 1948, Kondisi korban setelah eksekusi.]] |
||
[[Berkas:Toekijkend publiek, waaronder veel kinderen, bij een openbare executie. Rond ee…, Bestanddeelnr 8824.jpg|jmpl|September 1948, Foto setelah dilakukannya eksekusi terbuka kepada |
[[Berkas:Toekijkend publiek, waaronder veel kinderen, bij een openbare executie. Rond ee…, Bestanddeelnr 8824.jpg|jmpl|September 1948, Foto setelah dilakukannya eksekusi terbuka kepada anggota PKI.]] |
||
[[Berkas:Gebonden mannen in een greppel worden gebajonetteerd door een beul, een man in, Bestanddeelnr 8825.jpg|jmpl|September 1948, proses eksekusi massal terhadap |
[[Berkas:Gebonden mannen in een greppel worden gebajonetteerd door een beul, een man in, Bestanddeelnr 8825.jpg|jmpl|September 1948, proses eksekusi massal terhadap anggota PKI.]] |
||
[[Berkas:Groep mannen, met touwen geboeid staan in een greppel. Enkele van hen zijn neerg, Bestanddeelnr 8808.jpg|jmpl|Eksekusi dilakukan dengan cara ditembak.]] |
[[Berkas:Groep mannen, met touwen geboeid staan in een greppel. Enkele van hen zijn neerg, Bestanddeelnr 8808.jpg|jmpl|Eksekusi dilakukan dengan cara ditembak.]] |
||
[[Berkas:De dode lichamen van de geboeide groep mannen in de greppel. Staand de beul met , Bestanddeelnr 8809.jpg|jmpl|Eksekusi dilakukan dengan cara ditembak.]] |
[[Berkas:De dode lichamen van de geboeide groep mannen in de greppel. Staand de beul met , Bestanddeelnr 8809.jpg|jmpl|Eksekusi dilakukan dengan cara ditembak.]] |
Revisi per 7 Juni 2020 14.40
Penyuntingan Artikel oleh pengguna baru atau anonim untuk saat ini tidak diizinkan. Lihat kebijakan pelindungan dan log pelindungan untuk informasi selengkapnya. Jika Anda tidak dapat menyunting Artikel ini dan Anda ingin melakukannya, Anda dapat memohon permintaan penyuntingan, diskusikan perubahan yang ingin dilakukan di halaman pembicaraan, memohon untuk melepaskan pelindungan, masuk, atau buatlah sebuah akun. |
Keakuratan artikel ini diragukan dan artikel ini perlu diperiksa ulang dengan mencantumkan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. |
Pemberontakan PKI 1948 atau yang juga disebut Peristiwa Madiun adalah pemberontakan komunis yang terjadi pada tanggal 18 September 1948 di kota Madiun. Pemberontakan ini dilakukan oleh "Front Demokrasi Rakyat" (FDR), yang terdiri atas Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai Buruh Indonesia (PBI) Pemuda Rakyat dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI).
Latar Belakang
Pemberontakan ini diawali dengan jatuhnya kabinet RI yang pada waktu itu dipimpin oleh Amir Sjarifuddin karena kabinetnya tidak mendapat dukungan lagi sejak disepakatinya Perjanjian Renville. Lalu dibentuklah kabinet baru dengan Mohammad Hatta sebagai perdana menteri, namun Amir beserta kelompok-kelompok sayap kiri lainnya tidak setuju dengan pergantian kabinet tersebut.
Dalam sidang Politbiro PKI pada tanggal 13-14 Agustus 1948, Musso, seorang tokoh komunis Indonesia yang lama tinggal di Uni Soviet (sekarang Rusia) ini menjelaskan tentang “pekerjaan dan kesalahan partai dalam dasar organisasi dan politik” dan menawarkan gagasan yang disebutnya “Jalan Baru untuk Republik Indonesia”. Musso menghendaki satu partai kelas buruh dengan memakai nama yang bersejarah, yakni PKI. Untuk itu harus dilakukan fusi tiga partai yang beraliran Marxsisme-Leninisme: PKI ilegal, Partai Buruh Indonesia (PBI), dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). PKI hasil fusi ini akan memimpin revolusi proletariat untuk mendirikan sebuah pemerintahan yang disebut "Komite Front Nasional".
Selanjutnya, Musso menggelar rapat raksasa di Yogya. Di sini dia melontarkan pentingnya kabinet presidensial diganti jadi kabinet front persatuan. Musso juga menyerukan kerja sama internasional, terutama dengan Uni Soviet, untuk mematahkan blokade Belanda. Untuk menyebarkan gagasannya, Musso beserta Amir dan kelompok-kelompok kiri lainnya berencana untuk menguasai daerah-daerah yang dianggap strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu Solo, Madiun, Kediri, Jombang, Bojonegoro, Cepu, Purwodadi, dan Wonosobo. Penguasaan itu dilakukan dengan agitasi, demonstrasi, dan aksi-aksi pengacauan lainnya.[1]
Rencana itu diawali dengan penculikan dan pembunuhan tokoh-tokoh yang dianggap musuh di kota Surakarta, serta mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI setempat, termasuk kesatuan Siliwangi yang ada di sana.
Mengetahui hal itu, pemerintah langsung memerintahkan kesatuan-kesatuan TNI yang tidak terlibat adu domba untuk memulihkan keamanan di Surakarta dan sekitarnya. Operasi ini dipimpin oleh kolonel Gatot Subroto.
Pemberontakan
Sementara perhatian semua pihak pro-pemerintah terkonsentrasi pada pemulihan Surakarta, pada 18 September 1948, PKI/FDR menuju ke arah timur dan menguasai Kota Madiun, Jawa Timur, dan pada hari itu juga diproklamasikan berdirinya "Republik Soviet Indonesia". Hari berikutnya, PKI/FDR mengumumkan pembentukan pemerintahan baru. Selain di Madiun, PKI juga mengumumkan hal yang sama pula di Pati, Jawa Tengah.[2] Pemberontakan ini menewaskan Gubernur Jawa Timur RM Suryo, dokter pro-kemerdekaan Moewardi, serta beberapa petugas polisi dan tokoh agama.
Akhir
Untuk memulihkan keamanan secara menyeluruh di Madiun, pemerintah bertindak cepat. Provinsi Jawa Timur dijadikan daerah istimewa, selanjutnya Kolonel Sungkono diangkat sebagai gubernur militer. Operasi penumpasan dimulai pada tanggal 20 September 1948 dipimpin oleh Kolonel A. H. Nasution.[3]
Sementara sebagian besar pasukan TNI di Jawa Timur berkonsentrasi menghadapi Belanda, namun dengan menggunakan 2 brigade dari cadangan Divisi 3 Siliwangi serta kesatuan-kesatuan lainnya yang mendukung Republik, semua kekuatan pembetontak akhirnya dapat dimusnahkan.[4]
Salah satu operasi penumpasan ini adalah pengejaran Musso yang melarikan diri ke Sumoroto, sebelah barat Ponorogo. Dalam peristiwa itu, Musso berhasil ditembak mati. Sedangkan Amir Sjarifuddin dan tokoh-tokoh kiri lainnya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Amir sendiri tertangkap di daerah Grobogan, Jawa Tengah.[3]
Lihat juga
Catatan kaki
Bacaan lebih lanjut
- Friend, T. (2003). Indonesian Destinies. Harvard University Press. ISBN 0-674-01137-6.
- Kahin, George (1970). Nationalism and Revolution in Indonesia. Cornel University Press. ISBN 0-8014-9108-8.
- Kreutzer, Rudi (1981). The Madiun Affair: Hatta's Betrayal of Indonesia's First Revolution. James Cook University. ISBN 0-86443-027-2.
- Pinardi (1966). Peristiwa Coup Berdarah P.K.I. September 1948 di Madiun. Inkopak-Hazera.
- Poeze, H. A. (2008). Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 9789794616970.
- Poeze, Harry A. (2009). "The Cold War in Indonesia, 1948". Journal of Southeast Asian Studies. 40 (Special Issue 3: Asian Cold War Symposium): 497–517. doi:10.1017/S002246340999004X.
- Soe, Hok Gie (1997). Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan. Yayasan Bentang Budaya.
- Sugiyama, Akiko (2011). "Remembering and forgetting Indonesia's Madiun Affair: personal narratives, political transitions, and historiography, 1948–2008". Indonesia. 92: 19–42.