Bedulu, Blahbatuh, Gianyar: Perbedaan antara revisi
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Angayubagia (bicara | kontrib) k →Sejarah |
||
Baris 29: | Baris 29: | ||
'''Badhahulu''' atau sekarang dikenal dengan nama '''Bedulu''' sejatinya adalah sebuah desa kuno dan unik. Desa ini, diyakini banyak kalangan, pernah menjadi pusat peradaban di Bali, bahkan sudah menjadi pemukiman sejak masa [[prasejarah]]. Bukti-bukti seperti ditemukannya [[sarkofagus]] di salah satu rumah warga di desa ini menjadi penanda masa itu. Desa ini juga pernah menjadi pusat pemerintahan Bali sejak dari [[Dinasti Warmadewa]], saat pemerintahan Maharaja [[Śri Astasura Ratna Bumi Banten|Sri Astasura Ratna Bumi Banten]] (''Asta''= Delapan, ''Sura''= Dewa, ''Ratna''= Permata, ''Bumi Banten''= Tanah Bali) artinya raja yang membawahi delapan wilayah kekuasaan di Bali. Bukti lain bahwa Badahulu pernah menjadi pusat metropolis Bali adalah tata pemerintahan yang sudah tersusun rapi dan juga mengangkat menteri perwakilan daerah seluruh Bali dan panglima perang, seperti: |
'''Badhahulu''' atau sekarang dikenal dengan nama '''Bedulu''' sejatinya adalah sebuah desa kuno dan unik. Desa ini, diyakini banyak kalangan, pernah menjadi pusat peradaban di Bali, bahkan sudah menjadi pemukiman sejak masa [[prasejarah]]. Bukti-bukti seperti ditemukannya [[sarkofagus]] di salah satu rumah warga di desa ini menjadi penanda masa itu. Desa ini juga pernah menjadi pusat pemerintahan Bali sejak dari [[Dinasti Warmadewa]], saat pemerintahan Maharaja [[Śri Astasura Ratna Bumi Banten|Sri Astasura Ratna Bumi Banten]] (''Asta''= Delapan, ''Sura''= Dewa, ''Ratna''= Permata, ''Bumi Banten''= Tanah Bali) artinya raja yang membawahi delapan wilayah kekuasaan di Bali. Bukti lain bahwa Badahulu pernah menjadi pusat metropolis Bali adalah tata pemerintahan yang sudah tersusun rapi dan juga mengangkat menteri perwakilan daerah seluruh Bali dan panglima perang, seperti: |
||
* Krian Pasung Grigis menjabat Mangkubumi di [[Tengkudak, Penebel, Tabanan|Tengkulak]] |
* [[Pasung Grigis|Krian Pasung Grigis]] menjabat Mangkubumi di [[Tengkudak, Penebel, Tabanan|Tengkulak]] |
||
* [[Kebo Iwa|Ki Kebo Iwa]] menjabat Patih (panglima) |
* [[Kebo Iwa|Ki Kebo Iwa]] menjabat Patih (panglima) |
||
* Ki Girikmana menjabat |
* Ki Girikmana menjabat menteri di Desa Loring Giri Ularan (Buleleng) |
||
* Ki Tambiak menjabat |
* Ki Tambiak menjabat menteri di [[Jimbaran, Kuta Selatan, Badung|desa Jimbaran]] |
||
* Ki Tunjung Tutur menjabat |
* Ki Tunjung Tutur menjabat menteri di [[Tenganan, Manggis, Karangasem|desa Tenganan]].<ref>{{Cite news|url=https://www.suaradewata.com/read/2018/04/26/201804260011/Hubungan-Historis-Desa-Bedulu-dan-Desa-Tenganan-Pagringsingan.html?fbclid=IwAR1k8LOpxRTtKtiq9dT0tsCGvea1KTlC0aogw8qIuPc4_lCa-rkM_XzIc6o|title=Hubungan Historis Desa Bedulu dan Desa Tenganan Pagringsingan|newspaper=SuaraDewata.com|language=en|access-date=2018-11-20}}</ref> |
||
* Ki Buahan menjabat |
* Ki Buahan menjabat menteri di [[Kintamani, Bangli|desa Batur]] |
||
* Ki Tunjung Biru menjabat Pertanda di desa Tianyar |
* Ki Tunjung Biru menjabat Pertanda di [[Tianyar, Kubu, Karangasem|desa Tianyar]] |
||
* Ki Kopang menjabat Pertanda di desa Seraya |
* Ki Kopang menjabat Pertanda di [[Seraya Tengah, Karangasem, Karangasem|desa Seraya]] |
||
* Ki Walungsari menjabat Pertanda di [[Taro, Tegallalang, Gianyar|desa Taro]] |
* Ki Walungsari menjabat Pertanda di [[Taro, Tegallalang, Gianyar|desa Taro]] |
||
* Ki Gudug Basur menjabat |
* Ki Gudug Basur menjabat tumenggung |
||
* Ki Kalambang menjabat |
* Ki Kalambang menjabat demung |
||
* Ki Kalagemet menjabat |
* Ki Kalagemet menjabat tumenggung di [[Tangkas, Klungkung, Klungkung|Desa Tangkas]] |
||
* Ki Buahan di Batur |
* Ki Buahan di Batur |
||
* Ki Walung Singkal di Taro. |
* Ki Walung Singkal di [[Taro, Tegallalang, Gianyar|Taro]]. |
||
Saat pemerintahan ''Maha Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten'', kerajaan Bahahulu mencapai puncak keemasan, mempunyai panglima perang yang tangguh dan rakyatnya hidup sejahtera dan disegani oleh kerajaan lain dan tidak mau tunduk terhadap Kerajaan Majapahit. Hal ini menjadi halangan serius bagi Majapahit dalam misi menyatukan Nusantara. |
Saat pemerintahan ''Maha Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten'', kerajaan Bahahulu mencapai puncak keemasan, mempunyai panglima perang yang tangguh dan rakyatnya hidup sejahtera dan disegani oleh kerajaan lain dan tidak mau tunduk terhadap Kerajaan Majapahit. Hal ini menjadi halangan serius bagi Majapahit dalam misi menyatukan Nusantara. |
Revisi per 28 Juni 2020 01.19
8°31′27″S 115°17′36″E / 8.524068°S 115.293426°E
Bedulu | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Bali |
Kabupaten | Gianyar |
Kecamatan | Blahbatuh |
Kode pos | 80581 |
Kode Kemendagri | 51.04.02.2007 |
Luas | 4,57 km²[1] |
Jumlah penduduk | 9.192 jiwa (2016)[1] 10.299 jiwa (2010)[2] |
Kepadatan | 2.254 jiwa/km² (2010) |
Jumlah KK | 2.087[1] |
Bedulu adalah desa yang berada di kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, provinsi Bali, Indonesia.[3]
Sejarah
Badhahulu atau sekarang dikenal dengan nama Bedulu sejatinya adalah sebuah desa kuno dan unik. Desa ini, diyakini banyak kalangan, pernah menjadi pusat peradaban di Bali, bahkan sudah menjadi pemukiman sejak masa prasejarah. Bukti-bukti seperti ditemukannya sarkofagus di salah satu rumah warga di desa ini menjadi penanda masa itu. Desa ini juga pernah menjadi pusat pemerintahan Bali sejak dari Dinasti Warmadewa, saat pemerintahan Maharaja Sri Astasura Ratna Bumi Banten (Asta= Delapan, Sura= Dewa, Ratna= Permata, Bumi Banten= Tanah Bali) artinya raja yang membawahi delapan wilayah kekuasaan di Bali. Bukti lain bahwa Badahulu pernah menjadi pusat metropolis Bali adalah tata pemerintahan yang sudah tersusun rapi dan juga mengangkat menteri perwakilan daerah seluruh Bali dan panglima perang, seperti:
- Krian Pasung Grigis menjabat Mangkubumi di Tengkulak
- Ki Kebo Iwa menjabat Patih (panglima)
- Ki Girikmana menjabat menteri di Desa Loring Giri Ularan (Buleleng)
- Ki Tambiak menjabat menteri di desa Jimbaran
- Ki Tunjung Tutur menjabat menteri di desa Tenganan.[4]
- Ki Buahan menjabat menteri di desa Batur
- Ki Tunjung Biru menjabat Pertanda di desa Tianyar
- Ki Kopang menjabat Pertanda di desa Seraya
- Ki Walungsari menjabat Pertanda di desa Taro
- Ki Gudug Basur menjabat tumenggung
- Ki Kalambang menjabat demung
- Ki Kalagemet menjabat tumenggung di Desa Tangkas
- Ki Buahan di Batur
- Ki Walung Singkal di Taro.
Saat pemerintahan Maha Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten, kerajaan Bahahulu mencapai puncak keemasan, mempunyai panglima perang yang tangguh dan rakyatnya hidup sejahtera dan disegani oleh kerajaan lain dan tidak mau tunduk terhadap Kerajaan Majapahit. Hal ini menjadi halangan serius bagi Majapahit dalam misi menyatukan Nusantara.
Dalam Kitab Negara Kertagama Pupuh 14 dan 79, dengan jelas disebutkan Badahulu dan Lo Gajah, bukan Bedahulu, begitu juga dalam salinan Lontar Dukuh Gamongan. Kemungkinan perubahan nama ini adalah bagian dari perang psikologi yang lumrah dilakukan dalam taktik peperangan. Arti nama Badahulu berarti: Bada (tempat, rumah, istana) dan Hulu (Kepala, Raja, Pusat Pemerintahan) sehingga Badahulu adalah Istana Raja atau Pusat Pemerintahan. Bukti lain bahwa Desa Bedulu adalah pusat peradaban yaitu ditemukannya situs bersejarah yang masih ada saat ini dan dilindungi seperti: Goa Gajah, Relief Yeh Pulu, Pura Samuan Tiga yang terkenal dengan gebogan menjulang tinggi dan ritual Siat Sampian.[butuh rujukan]
Demografi
Penduduk desa Bedulu sampai dengan tahun 2016 berjumlah 9.192 jiwa terdiri dari 4.646 laki-laki dan 4.546 perempuan dengan sex rasio 102.[1]
Tempat Wisata
Candi Tebing Tegallinggah
Candi ini terpahat di dua sisi tebing, dimana candi ini dipisahkan oleh aliran sungai pakerisan pada masing-masing dinding terdapat bentuk candi serta sejumlah cerukan yang berbeda. Di sisi kanan candi terdapat gapura yang cukup besar namun sebagian telah runtuh, dimana pada bagian belakang gapura ini terdapat sebuah halaman yang pada dindingnya terpahat dua buah candi. Sedangkan di sebelah kiri gapura terdapat bangunan biara yang belum selesai, kemungkinan besar ditinggalkan karena adanya bencana alam gempa bumi. Pada candi ini juga ditemukan tujuh cerukan serta tiga lingga yang melambangkan “Trimurti” atau Dewa Utama, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Adapun cerukan yang ada merupakan tempat bertapa yang digunakan untuk mendekatkan diri pada Sang Hyang Widhi (pertapaan).
Yeh Pulu
Yeh Pulu adalah objek wisata yang terletak di Banjar Batulumbang, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, sekitar 26 km dari Kota Denpasar. Objek wisata ini merupakan bagian dari situs warisan arkeologi di tepi Sungai Petanu. Yeh Pulu tidak hanya sebuah situs warisan arkeologi tetapi juga memiliki sawah yang indah dan tebing dan mudah untuk dijangkau karena terletak di jalur pariwisata Denpasar-Tampaksiring-Kintamani. Relief Yeh Pulu terletak di sebuah lembah yang memanjang dari utara ke selatan, dibatasi oleh dinding curam di sisi barat. Lembah yang cukup jauh di tepi selatan dan timur ini diukir sepanjang 25 meter. Seperti dilansir Nieuwenkamp, seorang pelukis Belanda, relief ini pertama kali ditemukan pada tahun 1925 dengan beberapa restorasi pada tahun 1949 dan 1953 untuk melindungi dinding batu pasir dari abrasi bidang air beras di atas dinding. Secara umum, Relief Yeh Pulu menjelaskan tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Bali kuno, menurut Stutterheim, sebuah archaeogist, relief Yeh Pulu berasal dari abad ke-14 Masehi, bentuk bangunan yang ditampilkan pada relief memiliki kesamaan dengan relief yang ditemukan di Candi Penataran di Jawa Timur. Yeh Pulu berasal dari kata “yeh” = air, sedangkan “pulu” = wadah beras, sehingga Yeh Pulu berarti air yang berasal dari / keluar dari wadah beras (pulu) yang terletak di bagian barat cluster bantuan yang memanjang bersama 25 meter dengan lebar 2 meter. Relief ini menjadi relief terpanjang di Bali pada masanya.
Goa Gajah terletak di Banjar Goa, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. 5 km dari Ubud. Goa Gajah sudah dikenal sejak masa pemerintahan beberapa raja, antara lain: Sri Dharmawangsawardhana Marakatapangkajastano Tunggadewa (1022 M), Raja Anak Wungsu (1053 M), Paduka Sri Mahaguru (1324 M).
Mpu Prapacanca pada dalam bukunya Negarakertagama, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk raja di era Majapahit menulis bahwa Goa Gajah terletak di Desa Bedulu sebagai tempat pertapaan Sang Bodadyaksa. Ada juga disebutkan istilah Kunjarakunjapada yang berarti “Kunjara asrama”, yang dimana kata Kunjara dalam bahasa Sanskerta berarti Gajah. Asrama ini adalah asrama Rsi Agastya yang terletak di Mysore di India Selatan. Ada banyak gajah liar hidup di sekitar asrama . Ada kemungkinan bahwa Goa Gajah dibangun untuk mengingatkan kembali tentang Kunjarakunjapada asrama di India.
Referensi
- ^ a b c d "Kecamatan Blahbatuh dalam Angka 2016". Badan Pusat Statistik Indonesia. 2016. Diakses tanggal 16 Désémber 2018.
- ^ "Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010" (PDF). Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 132. Diakses tanggal 14 Juni 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Hubungan Historis Desa Bedulu dan Desa Tenganan Pagringsingan". SuaraDewata.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-11-20.
Pranala luar
- (Indonesia) BPS Kabupaten Gianyar
- (Indonesia) Prodeskel Binapemdes Kemendagri
- (Indonesia) Situs Resmi Desa Bedulu