Lompat ke isi

Abdul Karim Amrullah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Karya: Tahun dalam rujukan google books.
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
+foto
Baris 1: Baris 1:
{{Untuk|Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus putranya|Abdul Malik Karim Amrullah}}
{{Untuk|Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus putranya|Abdul Malik Karim Amrullah}}


[[Berkas:Makam Yusuf Amrullah dan Abdul Karim Amrullah.jpg|jmpl|Makam Syaikh Yusuf Amrullah (adik Abdul Karim Amrullah) dan Abdul Karim Amrullah]]
[[Berkas:Abdul Karim Amrullah.jpg|jmpl|Abdul Karim Amrullah]]
'''[[Honoris Causa|Dr]]. Haji Abdul Karim Amrullah''' ({{lahirmati|[[Nagari Sungai Batang]], [[Maninjau]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Sumatra Barat]]|10|2|1879|[[Jakarta]]|2|6|1945|nama=dengan nama '''Muhammad Rasul'''}}), dijuluki sebagai '''Haji Rasul''', adalah ulama terkemuka sekaligus reformis Islam di Indonesia. Ia juga merupakan pendiri [[Sumatra Thawalib]], sekolah Islam modern pertama di Indonesia. Ia bersama [[Abdullah Ahmad]] menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar doktor [[Honoris Causa|kehormatan]] dari [[Universitas Al-Azhar]], di [[Kairo]], [[Mesir]].
'''[[Honoris Causa|Dr]]. Haji Abdul Karim Amrullah''' ({{lahirmati|[[Nagari Sungai Batang]], [[Maninjau]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Sumatra Barat]]|10|2|1879|[[Jakarta]]|2|6|1945|nama=dengan nama '''Muhammad Rasul'''}}), dijuluki sebagai '''Haji Rasul''', adalah ulama terkemuka sekaligus reformis Islam di Indonesia. Ia juga merupakan pendiri [[Sumatra Thawalib]], sekolah Islam modern pertama di Indonesia. Ia bersama [[Abdullah Ahmad]] menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar doktor [[Honoris Causa|kehormatan]] dari [[Universitas Al-Azhar]], di [[Kairo]], [[Mesir]].


Baris 9: Baris 9:
Pada tahun [[1894]], ia dikirim ayahnya ke [[Mekkah]] untuk menimba ilmu, dan berguru pada [[Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]] yang pada waktu itu menjadi guru dan imam [[Masjidil Haram]]. Pada tahun [[1925]], sepulangnya dari perjalanan ke [[Jawa]], ia mendirikan cabang [[Muhammadiyah]] di Minangkabau, tepatnya di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam|Sungai Batang]], kampung halamannya.
Pada tahun [[1894]], ia dikirim ayahnya ke [[Mekkah]] untuk menimba ilmu, dan berguru pada [[Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]] yang pada waktu itu menjadi guru dan imam [[Masjidil Haram]]. Pada tahun [[1925]], sepulangnya dari perjalanan ke [[Jawa]], ia mendirikan cabang [[Muhammadiyah]] di Minangkabau, tepatnya di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam|Sungai Batang]], kampung halamannya.


[[Berkas:Makam Yusuf Amrullah dan Abdul Karim Amrullah.jpg|jmpl|Makam Syaikh Yusuf Amrullah (adik Abdul Karim Amrullah) dan Abdul Karim Amrullah]]
Ia meninggal dunia pada 2 Juni 1945 di [[Jakarta]]. Salah satu putranya, yaitu [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Hamka]] (nama pena dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dikenal banyak orang sebagai ulama besar dan sastrawan Indonesia angkatan [[Balai Pustaka]].
Ia meninggal dunia pada 2 Juni 1945 di [[Jakarta]]. Salah satu putranya, yaitu [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Hamka]] (nama pena dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dikenal banyak orang sebagai ulama besar dan sastrawan Indonesia angkatan [[Balai Pustaka]].



Revisi per 26 Juli 2020 10.33

Abdul Karim Amrullah

Dr. Haji Abdul Karim Amrullah (10 Februari 1879 – 2 Juni 1945), dijuluki sebagai Haji Rasul, adalah ulama terkemuka sekaligus reformis Islam di Indonesia. Ia juga merupakan pendiri Sumatra Thawalib, sekolah Islam modern pertama di Indonesia. Ia bersama Abdullah Ahmad menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar, di Kairo, Mesir.

Kehidupan

Abdul Karim Amrullah dilahirkan dari pasangan Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh dan Andung Tarawas. Ayahnya, yang juga dikenal sebagai Tuanku Kisai, merupakan syekh dari Tarekat Naqsyabandiyah.

Pada tahun 1894, ia dikirim ayahnya ke Mekkah untuk menimba ilmu, dan berguru pada Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang pada waktu itu menjadi guru dan imam Masjidil Haram. Pada tahun 1925, sepulangnya dari perjalanan ke Jawa, ia mendirikan cabang Muhammadiyah di Minangkabau, tepatnya di Sungai Batang, kampung halamannya.

Makam Syaikh Yusuf Amrullah (adik Abdul Karim Amrullah) dan Abdul Karim Amrullah

Ia meninggal dunia pada 2 Juni 1945 di Jakarta. Salah satu putranya, yaitu Hamka (nama pena dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dikenal banyak orang sebagai ulama besar dan sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka.

Karya

Buku pertama kali yang diterbitkannya pada tahun 1908 berjudul Amdatul Anam fi Ilmil Kalam yang membahas dua puluh sifat Allah, lalu disusul buku-buku lain, yakni Qatthi'u Riqabil Mulhidin (1910), Syamsyul Hidayah (1912), Sullamul Ushul (1914), Aiqazum Niam (1916), Cermin Terus (1928), dst.[1]

Rujukan

  • Graves, Elizabeth E. (2007). Asal usul Elite Minangkabau Modern: Respons Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-661-1. 
  • Santosa, Kholid O. (2007). Manusia di Panggung Sejarah, Pemikiran dan Gerakan Tokoh-tokoh Islam. Bandung: Sega Arsy. 
  • Jamal, Murni (2002). Dr. H. Abdul Karim Amrullah, Pengaruh dalam Gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau Pada Awal Abad ke-20. 

Pranala luar

  1. ^ https://books.google.co.id/books?id=LFzhDwAAQBAJ&pg=PA304&dq=%22Amdatul+Anam%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjkrbmw5fDpAhWVb30KHcnHDs8Q6AEIKjAA#v=onepage&q=%22Amdatul%20Anam%22&f=false