Lompat ke isi

Tugu Pembebasan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25: Baris 25:


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist|2}}


[[Kategori:Sejarah Sumatra Barat]]
[[Kategori:Sejarah Sumatra Barat]]

Revisi per 25 Oktober 2020 09.46

Tugu Pembebasan di depan puing-puing istana Kesultanan Inderapura, Pesisir Selatan. Saat ini, berkembang kesalahkaprahan yang menyebut tugu ini sebagai Tugu Kesultanan Inderapura.

Tugu Pembebasan atau Tugu PRRI merujuk pada tugu yang dibangun selama operasi penumpasan gerakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dari 1958 hingga 1961 di Sumatra Tengah, khususnya Sumatra Barat. Tugu ini didirikan oleh oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI, atau dijuluki "tentara pusat") di setiap daerah yang berhasil direbut dari pasukan PRRI sebagai simbol kemenangan. Tidak terdapat daftar yang memuat jumlah pasti seluruh tugu, tetapi jumlahnya diperkirakan "ribuan".[1][2][3]

Latar belakang

PRRI dideklrasikan oleh Letkol Ahmad Husein pada tanggal 15 Februari 1958. Gerakan ini dianggap oleh pemerintah pusat sebagai sebuah pemberontakan. Tentara Indonesia (ketika itu bernama Angkatan Perang Republik Indonesia atau APRI) melakukan operasi gabungan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara untuk memadamkan kekuatan PRRI. Pengerahan kekuatan militer untuk menumpas kekuatan PRRI merupakan yang terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah militer Indonesia.

Selama tiga tahun berikutnya, terjadi perang saudara antara tentara pusat dan pasukan PRRI yang memakan banyak korban tewas di pihak PRRI. Jumlah korban PRRI yang singkat jauh lebih besar daripada korban perang dengan Belanda pada zaman revolusi kemerdekaan.[4] Banyak yang tak terlibat PRRI tetapi akhirnya menjadi korban kekerasan seperti penyiksaan, perampokan, dan pemerkosaan.[5][6][7]

Pembangunan tugu

Orang membaca masa lalu
Dari tonggak disebut tugu
Bentuknya mirip seperti peluru
Karena dibuat penguasa serdadu

Abraham Ilyas, 45 Kisah PRRI di Ranah Bunda

Operasi penaklukkan daerah yang dikuasai PRRI disebut pula sebagai operasi pembebasan oleh APRI. Di daerah yang telah dibebaskan, APRI membangun tugu penanda yang terbuat dari semen. Tugu-tugu tersebut, menurut perkiraan A.A. Navis, terdapat di setiap nagari dan berjumlah ribuan.[3] Bentuk tugu umumnya seperti peluru, disertai keterangan tanggal dan nama kesatuan yang melakukan penaklukkan.[1][2]

A.A. Navis menulis, kehadiran Tugu Pembebasan di setiap nagari memberi kesan traumatis kepada masyarakat Minangkabau dan menjadi "lambang penindasan". Tugu-tugu tersebut "mengingatkan mereka masa suram dan mengerikannya perang saudara PRRI" dan menjadi "impitan jiwa yang tidak berkesudahan".[3]

Penghancuran

Keberadaan Tugu Pembebasan yang jumlahnya "ribuan" hampir seluruhnya dihancurkan pada periode Gubernur Sumatra Barat dijabat oleh Harun Al-Rasjid Zain (1967–1977).[8] A.A. Navis merupakan salah seorang yang mendesak gubernur dan eksekutif untuk melakukan penghancuran tersebut.[3]

Meskipun dalam jumlah besar sudah dilenyapkan, beberapa Tugu Pembebasan masih berdiri saat ini, seperti di Indarung di Padang, Air Bangis di Pasaman Barat, dan Muaro Sakai di Pesisir Selatan. Namun, berkembang kesalahkaprahan terhadap sejarah Tugu Pembebasan yang tersisa sehingga ada yang menyebutnya sebagai Tugu Persatuan, Tugu Pancasila, dan Tugu PDRI.

Referensi

  1. ^ a b Bahar, Dr Brigjen (Purn) Saafroedin. ETNIK, ELITE DAN INTEGRASI NASIONAL: MINANGKABAU 1945-1984 REPUBLIK INDONESIA 1985-2015. Gre Publishing. 
  2. ^ a b Ilyas, Drg Abraham (2016-05-19). 45 Kisah PRRI di Ranah Bunda : Tuah Sekata, Celaka Bersilang. Lembaga Kekerabatan Datuk Soda. ISBN 978-602-71254-0-7. 
  3. ^ a b c d Navis, A. A.; Yusra, Abrar (1994). Otobiografi A.A. Navis: satiris dan suara kritis dari daerah. Panitia Peringatan 70 Tahun Sastrawan A.A. Navis & Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 391. 
  4. ^ Yusra, Abrar (2011). Azwar Anas: teladan dari ranah Minang. Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-585-7. 
  5. ^ Nuryanti, Reni; Akob, Bachtiar (2019-10-01). Perempuan Dalam Historiografi Indonesia (Eksistensi Dan Dominasi). Deepublish. ISBN 978-623-02-0688-7. 
  6. ^ Zed, Mestika (2001). Ahmad Husein: perlawanan seorang pejuang. Pustaka Sinar Harapan. ISBN 978-979-416-721-2. 
  7. ^ Syamdani (2009). PRRI, pemberontakan atau bukan?. Media Pressindo. ISBN 978-979-788-032-3. 
  8. ^ Pandoe, Marthias Dusky (2010). Jernih melihat cermat mencatat: antologi karya jurnalistik wartawan senior Kompas. Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-487-4.