Kebasen, Banyumas: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 21: | Baris 21: | ||
== Pemekaran wilayah == |
== Pemekaran wilayah == |
||
Kecamatan '''Kebasen''' menghasilkan: |
Kecamatan '''Kebasen''' menghasilkan: |
||
* Kecamatan [[Gambarsari, Banyumas|Gambarsari]] ( |
* Kecamatan [[Gambarsari, Banyumas|Gambarsari]] (Peraturan Pemerintah RI Nomor 21/1979 tanggal 30 April 1979, diresmikan pada 14 Juli 1979) |
||
== Desa/kelurahan == |
== Desa/kelurahan == |
||
{{col-css3-begin|2}} |
{{col-css3-begin|2}} |
||
# [[Adisana, Kebasen, Banyumas|Adisana]] |
# [[Adisana, Kebasen, Banyumas|Adisana]] |
||
Baris 44: | Baris 43: | ||
== Penduduk == |
== Penduduk == |
||
Muhammad Luthfi Arrofi |
|||
Sebagian besar penduduk Kecamatan Kebasen berprofesi sebagai pedagang, petani, buruh tani, wiraswasta dan PNS. Umumnya penduduk usia produktif pergi merantaau atau bersekolah ke kota besar seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi ([[Jabotabek]]), [[Kota Bandung]], [[Kota Semarang]], [[Kota Surabaya]], [[Kota Yogyakarta]], [[Kota Surakarta]] dan sejumlah kota besar di luar pulau seperti [[Sumatra]], [[Bali]], dan [[Kalimantan]]. Mayoritas penduduk Kecamatan Kebasen adalah beragama islam. Jenjang pendidikan yang dicapai penduduk di wilayah ini adalah hingga [[Universitas]] meski sebagiaan besar tamatan [[Sekolah menengah pertama]] dan [[Sekolah menengah atas]]. |
Sebagian besar penduduk Kecamatan Kebasen berprofesi sebagai pedagang, petani, buruh tani, wiraswasta dan PNS. Umumnya penduduk usia produktif pergi merantaau atau bersekolah ke kota besar seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi ([[Jabotabek]]), [[Kota Bandung]], [[Kota Semarang]], [[Kota Surabaya]], [[Kota Yogyakarta]], [[Kota Surakarta]] dan sejumlah kota besar di luar pulau seperti [[Sumatra]], [[Bali]], dan [[Kalimantan]]. Mayoritas penduduk Kecamatan Kebasen adalah beragama islam. Jenjang pendidikan yang dicapai penduduk di wilayah ini adalah hingga [[Universitas]] meski sebagiaan besar tamatan [[Sekolah menengah pertama]] dan [[Sekolah menengah atas]]. |
||
Baris 61: | Baris 59: | ||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
{{Kebasen, Banyumas}} |
|||
{{Kabupaten Banyumas}} |
{{Kabupaten Banyumas}} |
Revisi per 8 Desember 2020 04.50
Kebasen | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Banyumas | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | WAHYU ADHI FIBRIANTO, S.TP. | ||||
Populasi | |||||
• Total | - jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 33.02.05 | ||||
Kode BPS | 3302050 | ||||
Luas | - km² | ||||
Kepadatan | - jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | - | ||||
|
Kebasen (Hanacaraka: ꦏꦼꦧꦱꦼꦤ꧀, Banyumasan: Kebasen, Mataram dan Semarangan: Kebasèn) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Kebasen merupakan kecamatan dibagian selatan Kabupaten Banyumas. Kecamatan Kebasen berjarak 23 Km berkendara dari ibu kota Kabupaten Banyumas yaitu Purwokerto melalui Kecamatan Patikraja. Kecamatan Kebasen termasuk kecamatan yang ramai karena merupakan pertemuan jalan nasional lintas selatan dan tengah yang menghubungkan wilayah Jawa Barat dan Pantura melalui Purwokerto dari arah barat dengan Kabupaten Cilacap tepatnya di jalan nasional yang terletak di Desa Cindaga yang berbatasan langsung dengan desa Sampang Cilacap.Salah satu fakta sejarah peninggalan perang dunia ke II juga ada di kecamatan Kebasen, yaitu Jembatan Soekarno atau lebih populer disebut Brug Plengkung oleh masyarakat lokal. dan wilayah di timur seperti Kecamatan Sumpiuh hingga ke Kabupaten Kebumen, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.
Batas-batas Wilayah
- Utara: Kecamatan Patikraja dan Kecamatan Banyumas
- Barat: Kecamatan Rawalo
- Selatan: Kabupaten Cilacap
- Timur: Kecamatan Kemranjen
Pemekaran wilayah
Kecamatan Kebasen menghasilkan:
- Kecamatan Gambarsari (Peraturan Pemerintah RI Nomor 21/1979 tanggal 30 April 1979, diresmikan pada 14 Juli 1979)
Desa/kelurahan
Geografi
Kecamatan Kebasen berada di bagian paling barat Pegunungan Serayu Selatan dengan ketinggian wilayah antara 20-450 meter di atas permukaan air laut (Mdpl). Topografi wilayah Kecamatan Kebasen dibagian utara berupa perbukitan Antiklin Siduda-Wagirjampang dengan puncak tertingginya adalah Bukit Sangkur (449 Mdpl) di perbatasan Desa Kalisalak dengan Desa Kebasen . Sedangkan dibagian barat terdapat sungai terbesar di Jawa Tengah yaitu Kali Serayu. Bagian selatan berupa dataran rendah aluvial. Selain Kali Serayu, sejumlah sungai yang melintasi Kecamatan Kebasen antara lain Sungai Kalisalak, Sungai Kaliontong, Sungai Randegan, Sungai Sirante, Sungai Situmang, Sungai Tipar dan Sungai Srandil. Kecamatan Kebasen yang beriklim tropis dengan dua musim dalam satu tahunnya yaitu musim kemarau dan penghujan, dengan suhu udara pada siang hari berkisar antara 26 - 33 derajat Celcius.
Penduduk
Sebagian besar penduduk Kecamatan Kebasen berprofesi sebagai pedagang, petani, buruh tani, wiraswasta dan PNS. Umumnya penduduk usia produktif pergi merantaau atau bersekolah ke kota besar seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabotabek), Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surabaya, Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan sejumlah kota besar di luar pulau seperti Sumatra, Bali, dan Kalimantan. Mayoritas penduduk Kecamatan Kebasen adalah beragama islam. Jenjang pendidikan yang dicapai penduduk di wilayah ini adalah hingga Universitas meski sebagiaan besar tamatan Sekolah menengah pertama dan Sekolah menengah atas.
Pariwisata
Kecamatan Kebasen memiliki potensi wisata yang layak dikunjungi dan dikembangkan terutama wisata alam diantaranya Bukit Watu Meja, Curug Song, Curug Bunglon, Curug Kidang, Curug Krucuk, dan lainnya.
1. Bukit Watu Meja
- Bukit Watu Meja berada di Dusun Tumiyang Kidul, Tumiyang. Untuk menuju bukit setinggi 180 Mdpl ini anda harus berjalan butuh waktu sekitar 20-30 menit, melewati perkebunan, dan hutan pinus. Ada banyak petunjuk jalan. Ingat jalan cukup menanjak bagi pengunjung yang tidak memiliki fisik prima hendaknya jangan dipaksakan. Dan apabila anda berkunjung disana saat musim hujan anda pun harus berhati-hati karena jalan cukup licin. Bagi anda yang tidak membawa bekal jangan kawatir disana sudah ada warga yang menjajakan makanan dan minuman. Setelah sampai dipuncak bukit, anda akan dapat langsung melihat indahnya pemandangan yang luar biasa, seperti panorama Gunung Slamet, Kali Serayu, jembatan rel kereta api dan hamparan bukit, lembah dan persawahan dan lain sebagainya[1].
2. Curug Song
- Curug Song atau juga dikenal dengan nama Curug Goasong adalah sebuah air terjun yang berada di Dusun Goasong, Desa Kalisalak. Curug Song ini berada di bawah Bukit SUngkur dan dihulu Sungai Kaliontong, salah satu anak Sungai Bengawan. Lokasi dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan bermotor. Jika ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 2 jam dari pusat Desa Kalisalak, dan jika ditepuh dengan kendaraan bermotor kurang lebih 1 jam. Tersedia tempat parkir kendaraan sebelum mencapai pusat curug, namun dari tempat parkir menuju pusat curug hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki karena akses jalan menuju pusat lokasi belum tersedia jalan yang dapat dilewati kendaraan bermotor. Terdapat beberapa lokasi yang berpotensi sebagai objek wisata disana, antara lain Curug Song dan air terjun utamanya, Kedung Jembangan, Kedung Kipas dan masih ada beberapa lainnya. Ketinggian Curug Song kurang lebih 30 meter, debit air pada saat hujan sangat tinggi, sehingga tidak disarankan menuju kesana ketika hujan, disamping air terjun utama ada lubang batu yang membentuk goa.[2].
3. Curug Bunglon
- Curug Bunglon merupakan sebuah air terjun yang secara adminitratif berada di Dusun Curugbunglon, Desa Sawangan tepatnya dialiran Sungai Kaliwedi. Curug ini belum banyak diketahui masyarakat umum karena lokasi air terjun setinggi 20 meter ini yang jauh dan terpelosok dari kawasan permukiman penduduk setempat. Oleh karena itu curug ini masih sangat alami dan bersih. Medan yang dillaui sangat menantang karena kontur lahannya yang terjal. Terebih jika musim hujan maka medan perjalanan akan licin.