Lompat ke isi

Bentoel Group: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
AdhiOK (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 18716002 oleh 36.83.63.188 (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5: Baris 5:
| company_type = [[Perusahaan publik|Publik]]
| company_type = [[Perusahaan publik|Publik]]
| traded_as = {{BEI|RMBA}}
| traded_as = {{BEI|RMBA}}
| trade_name = Bentoel Group (merek Nasional)<br>British American Tobacco Indonesia (merek Global)
| trading_name = Bentoel Group (merek Nasional)<br>British American Tobacco Indonesia (merek Global)
| company_slogan =
| company_slogan =
| foundation = [[10 September]] [[1930]] (Perusahaan Rokok Tjap Bentoel)<br>[[11 April]] [[1987]] (PT Bentoel Internasional Investama Tbk)
| foundation = [[10 September]] [[1930]] (Perusahaan Rokok Tjap Bentoel)<br>[[11 April]] [[1987]] (PT Bentoel Internasional Investama Tbk)

Revisi per 20 Juli 2021 21.51

Bentoel Group
PT Bentoel Internasional Investama Tbk
Bentoel Group (merek Nasional)
British American Tobacco Indonesia (merek Global)
Publik
Kode emitenIDX: RMBA
IndustriTembakau
Didirikan10 September 1930 (Perusahaan Rokok Tjap Bentoel)
11 April 1987 (PT Bentoel Internasional Investama Tbk)
PendiriOng Hok Liong
Kantor pusatJakarta, Indonesia
Tokoh kunci
Hendro Martowardojo (Komisaris Utama & Komisaris Independen)
Jason Fitzgerald Murphy (Direktur Utama)
ProdukRokok
PemilikBritish American Tobacco (92,48%)
Karyawan
7.500
Situs webwww.bentoelgroup.com

PT Bentoel Internasional Investama Tbk atau Bentoel Group (IDX: RMBA) adalah perusahaan rokok terbesar kedua di Indonesia setelah HM Sampoerna. Perusahaan ini berpusat di Jakarta dan Malang. Pada 17 Juni 2009, perusahaan ini diakuisisi oleh British American Tobacco, perusahaan rokok terbesar kedua di dunia setelah Philip Morris International dengan saham 85%.[1] Kemudian, pada 25 Agustus 2009, BAT menaikkan kepemilikan saham Bentoel Group hingga 99%.[2] Pada awal tahun 2010, BAT Indonesia resmi bergabung dengan Bentoel. Namun, pada 7 September 2011, BAT resmi menjual 13% saham Bentoel ke pihak UBS cabang London.[3]

Sejarah

Berkas:Bentoel Group.png
Logo Bentoel Group (2011-2020)

Sesungguhnya, perusahaan yang pada saat ini bernama PT Bentoel International Investama, bukan merupakan perusahaan Bentoel asli. Awalnya, perusahaan ini bernama PT Rimba Niaga Idola ketika didirikan pada tahun 1987. PT Bentoel International Investama sendiri baru bisa bermain dalam industri rokok ketika mengakuisisi perusahaan rokok Bentoel "sesungguhnya", yaitu PT Bentoel Prima (yang merupakan penerus dari Bentoel yang asli sejak 1930) pada tahun 2000. Bentoel Prima kemudian menjadi anak usaha PT Bentoel Internasional Investama. Saat ini, PT Bentoel Internasional Investama menjadi perusahaan induk dari Bentoel Prima dan Bentoel Distribusi Utama.[4]

PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel dan PT Bentoel Prima

PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel

Perusahaan ini bermula dari pabrik rokok kecil bernama “Strootjes Fabriek Ong Hok Liong”, yang didirikan oleh Ong Hok Liong di Malang pada 10 September 1930. Pada tahun 1951 perusahaan ini menjadi NV Pertjetakan Liem An, dan pada 1954 pabrik rokok tersebut berubah nama menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel.[5] Sebelum memproduksi merek Bentoel, Ong dengan pabriknya sudah merintis banyak merek, seperti Gendang, Kelabang, Lampu, Turki, dan Djeruk Manis namun semuanya gagal dan tidak sukses. Namun, ketika pada 1935 ia berziarah di Gunung Kawi, ia seperti diberi saran oleh juru kunci makam keramat yang sering ia ziarahi, makam Mbah Djoego (EYD: Jugo). Juru kunci itu menyatakan bahwa Ong yang saat itu sering bermimpi bentul (talas belitung), artinya adalah jika nama perusahaan dan mereknya diubah menjadi bentul (ejaan lama: Bentoel) maka ia akan sukses. Entah percaya atau tidak, namun nyatanya bisnis Ong kemudian sukses dan otomatis merek Bentoel tetap dipertahankan, sejak 1935.[6][7] Bisnis Ong pun meluas, pada 1950 ia memiliki 3.000 karyawan dan meluaskan pabriknya di Blitar. Pada akhir tahun 1960-an, akibat masalah ketenagakerjaan, Bentoel Group menjadi perusahaan pertama di Indonesia untuk memproduksi rokok kretek filter buatan mesin dan membungkus kotak rokoknya dengan plastik. Inovasi-inovasi ini kemudian menjadi standar pada industri tembakau nasional. Pada 1970-an Bentoel sudah menancapkan kukunya sebagai salah satu pemain besar di industri rokok nasional, dengan posisi ke-3. Perusahaan ini pun berusaha ekspansif dengan membangun sarana, anak usaha dan meminjam dana dari berbagai bank.[8] Saham PR Tjap Bentoel pada masa ini, tersebar pada sejumlah keluarga dan keturunan Ong.[9]

Pada akhir 1980-an, PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel menghadapi masalah ketika pabrik kretek ini tidak mampu membayar pinjamannya ke BRI dan Bank Bumi Daya senilai US$ 170 juta.[10] Masalah ini baru terungkap ke publik pada September 1991 dan menjadi pemberitaan berbagai media massa.[11] Memasuki tahun tersebut, hutang Bentoel, termasuk ke kreditor asing sudah menggelembung menjadi US$ 350 juta dan perusahaan ini terikat krisis likuiditas.[12][13] Ada yang menganggap masalah ini merupakan efek dari devaluasi mata uang oleh pemerintah, ada juga yang menganggap bahwa ini merupakan akibat dari pertikaian keluarga pemilik, namun ada juga yang menganggap Presiden Direktur Bentoel pada saat itu, Budhiwijaya Kusumanegara (yang merupakan generasi kedua keturunan Ong Hok Liong) yang tidak bagus dalam mengelola salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia ini. Budhiwijaya dituduh telah menyelewengkan pinjaman itu untuk kepentingannya sendiri.[14][15][16]

Keluarga pendiri kemudian memutuskan untuk menawarkan 70% sahamnya dan sepanjang Juni-Oktober 1991 sejumlah pengusaha, termasuk putra Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra berusaha untuk membelinya walaupun gagal. Pada akhirnya, yang mendapatkan PR Bentoel adalah Peter Sondakh dan Rajawali Wira Bhakti Utama-nya. Dalam kesepakatan keduanya, tidak ada bayaran yang diberikan Peter kecuali bahwa pemilik lama tidak akan dituntut akan hutangnya tersebut, dan pada 5 November 1991 70% saham Bentoel beralih kepada Rajawali.[17][18] Butuh waktu beberapa tahun agar Peter mampu menyehatkan perusahaan rokok ini (misalnya dengan menempatkan manajemen baru), karena banyak kreditor bank asing tersebut bahkan hampir menuntut agar Bentoel segera dilikuidasi. Walaupun demikian, kemudian pengadilan tidak menyetujui tuntutan para kreditor itu. Pada akhirnya, restrukturisasi Bentoel tuntas pada tahun 1997 dengan asetnya diserahkan pada perusahaan baru bernama PT Bentoel Prima, sedangkan PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel ditutup.[19]

PT Bentoel Prima

Pendirian PT Bentoel Prima merupakan wujud dari upaya Rajawali untuk memprofesionalisasikan manajemen perusahaan yang sebelumnya dikelola keluarga Ong selama 60 tahun ini. PT Bentoel Prima didirikan pada tahun 1997, dan sebagai modal awalnya adalah aset PT PR Tjap Bentoel yang diserahkan pada perusahaan ini. Untuk memuluskan rencananya, Peter secara langsung melakukan negosiasi dengan para kreditor agar perusahaan ini bisa berjalan. Hasil baiknya, pada 1999 perusahaan ini sudah bisa mendapatkan untung.[20][21] Hingga tahun 2000, Bentoel Prima merupakan perusahaan non-publik, ketika pada tahun itu lewat mekanisme backdoor listing PT Bentoel Prima bisa masuk ke bursa saham. Akibat hal tersebut, struktur kepemilikan Bentoel Prima berubah, dari yang awalnya dimiliki langsung oleh Rajawali Corporation kemudian menjadi di bawah perusahan lain bernama PT Transindo Multi Prima (kemudian sejak 2000 berganti nama menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk), sampai sekarang. Namun, peristiwa ini tidak terlalu mengubah kepemilikan saham karena hingga 2009, Rajawali tetap menjadi pemegang saham utama di induk Bentoel Prima tersebut, dan selanjutnya oleh British American Tobacco. Artinya adalah kepemilikan yang berubah adalah dari perusahaan induknya, bukan pabriknya secara langsung.

Sampai saat ini, Bentoel Prima masih beroperasi sebagai anak usaha utama dalam PT Bentoel International Investama yang memproduksi rokok.[22] Awalnya, Bentoel Prima memiliki beberapa perusahaan anak, namun pada 2017-2019, PT Bentoel Prima melakukan penyederhanaan usaha dengan menggabungkan berbagai anak usahanya ke induknya ini dengan PT Bentoel Prima sebagai perusahaan penerima pengabungan (surviving company). Perusahaan-perusahaan yang merger, yaitu:

  • Pada 20 Desember 2017 dimerger dengan PT Lestariputra Wirasejati (berdiri 1995), PT Java Tobacco (berdiri 2007, dahulu milik BAT Indonesia sebelum merger), PT Pantura Tobacco dan PT Cipta Pesona Bintang (belum beroperasi). Anak-anak usaha dari perusahaan-perusahaan ini, yaitu PT Bintang Boladunia dan PT Bintang Jagat Sejati (masing-masing beroperasi pada 2011 dan 2010, milik PT Lestariputra Wirasejati) dan PT Amiseta (berdiri 1957, milik PT Perusahaan Dagang Suburaman, anak usaha Bentoel Prima yang lain) juga digabungkan dalam merger dengan Bentoel Prima sebagai perusahaan penerima penggabungan.[23]
  • Pada 17 Desember 2018 dimerger dengan PT Perusahaan Dagang Suburaman (didirikan 1993).[24]
  • Pada 17 Desember 2019 dimerger dengan PT Perusahaan Dagang dan Industri Tresno (didirikan 1955).[25]

PT Bentoel Internasional Investama

PT Bentoel Internasional Investama sesungguhnya merupakan perusahaan induk dari Bentoel Prima, sehingga perusahaan ini tidak memproduksi rokok secara langsung. Bentoel Internasional didirikan pada 11 April 1987 dengan nama PT Rimba Niaga Idola dan mulai beroperasi pada tahun 1989. Sebelum menjadi PT, perusahaan ini adalah sebuah CV yang awalnya hanya mengelola dan memproses rotan mentah.[26] Berpusat di Samarinda, Kalimantan Timur, CV Rimba setelah menjadi PT kemudian memperluas usahanya dengan memproduksi furnitur dari rotan yang sebagian untuk ekspor.[27] Perusahaan ini memiliki pabrik di Tangerang dan Purwakarta, dan pada 1994 sempat merencanakan memproduksi tekstil.[28][29] Setelah tiga tahun berdiri, pada 5 Maret 1990 PT Rimba resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan harga Rp 3.800/saham. Kode sahamnya adalah RMBA, yang masih digunakan sampai sekarang oleh PT Bentoel Internasional Investama.[30]

Pada tahun 1996, PT Rimba Niaga Idola mengubah namanya menjadi PT Transindo Multi Prima Tbk. Sebelum melakukan perubahan nama ini, PT Rimba sudah meninggalkan bisnis rotan dan menjadi industri tekstil. Manajemen baru Transindo kemudian memperluas bisnisnya ke bidang perdagangan umum, termasuk distribusi rokok Bentoel.[31][32] Walaupun demikian, Transindo pada saat itu tidak memiliki prospek atau bisnis yang besar. Asetnya pada 1999 hanya mencapai Rp 6,8 miliar.[33]

Di tahun 2000, PT Bentoel Prima mengalami masalah karena terjerat hutang ke BPPN senilai Rp 281 miliar. Hadirlah pada saat itu orang lain, yaitu Bhakti Investama (milik Hary Tanoesoedibjo). Dengan bantuan dana dari George Soros (ada rumor yang menyatakan bahwa sebenarnya Soros-lah yang ingin mengakuisisi perusahaan rokok ini), Bhakti berniat untuk mengakuisisi PT Bentoel Prima. Caranya adalah, Bhakti mengakuisisi saham PT Transindo dahulu lewat skema rights issue, dimana pada Februari 2000 Hary Tanoe sudah menjadi Presiden Komisaris PT Transindo. Sebelum akuisisi ini, 65% saham Transindo sebenarnya sudah dimiliki Rajawali (lewat PT Amanat Surya Kudus dan PT Rajawali Corporation) sehingga kemungkinan Peter Sondakh juga menyetujui transaksi ini (karena rupanya PT Amanat juga terjerat hutang senilai Rp 8 miliar).[34][35][36] Lalu, pada Maret 2000, PT Transindo yang sudah dibawah kendali Bhakti kemudian mengakuisisi 75% saham Bentoel Prima dari tangan Rajawali (dan 75% PT Lestariputra Wirasejati, yang memproduksi rokok Star Mild) dengan total transaksi Rp 349 miliar. Sejak saat itu, praktis saham mayoritas PT Bentoel Prima dimiliki oleh PT Transindo Multi Prima dengan sisanya dimiliki langsung oleh Rajawali dan pihak lain.[37][38][39][40] Artinya, bisa dikatakan bahwa PT Bentoel Prima kini bisa masuk ke bursa saham dengan metode backdoor listing.[41][42] Seiring proses ini, pada 29 Agustus 2000, PT Transindo Multi Prima resmi berganti nama menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk, yang menjadi perusahaan induk dari dua pabrik rokok yang sudah diakuisisinya tersebut.[43]

Namun, kepemilikan Bhakti hanya berusia pendek, jelas tampaknya bahwa Hary Tanoe hanya sekedar investasi dan "numpang lewat" di perusahaan ini. Pada Maret 2001, Bhakti melepas 75% saham mereka (bisa dibilang menjual kembali) di PT Bentoel Internasional Investama ke pemilik aslinya, yaitu Rajawali Corporation.[44] Konon, pelepasan saham ini dilakukan karena adanya pergesekan antara Bhakti dan Rajawali Corpora dalam pengelolaan perusahaan.[45][46] Sejak saat itu, PT Bentoel Internasional Investama Tbk, kembali dikuasai oleh Rajawali Corpora kembali. Kemudian pada tanggal 17 Juni 2009, Rajawali akhirnya melepaskan sahamnya (56%) di perusahaan induk ini kepada British American Tobacco dengan harga total US$ 494 juta.[47] PT Bentoel Internasional Investama Tbk kemudian bergabung dengan PT BAT Indonesia Tbk sejak pada tanggal 1 Januari 2010 dengan tetap mempertahankan nama Bentoel di mana PT Bentoel Internasional Investama Tbk menjadi entitas yang menerima penggabungan.

PT Bentoel Internasional Investama saat ini memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT Bentoel Prima yang memproduksi rokok dan PT Bentoel Distribusi Utama yang berperan dalam distribusi produk Bentoel.

Sejarah perusahaan lainnya yang berkaitan

PT BAT Indonesia Tbk

Bisnis British American Tobacco di Indonesia dimulai ketika pada 7 Agustus 1917, ketika Indonesia masih dalam penjajahan dan bernama Hindia Belanda ketika didirikan NV Indo-Egyptian Cigarette Company. Perusahaan ini mulai memproduksi rokok dengan mengakuisisi perusahaan Belanda bernama Mishell NV di Cirebon.[48] Lalu, pada 1923 namanya diubah menjadi British American Tobacco (Java) Co. Ltd, dan pada 1949 menjadi British American Tobacco Manufacturers (Indonesia) Ltd. Pada tahun 1955-1958, BAT Manufacturers melakukan penggabungan usaha dengan sejumlah anak usahanya.[49][50] Pada 23 September 1979, perusahaan ini didirikan kembali dengan nama baru: PT BAT Indonesia (PT British American Tobacco Indonesia), dan pada 20 Desember 1979 BAT Indonesia melepas 30% sahamnya ke publik di Bursa Efek Jakarta.[51] PT BAT Indonesia bergerak langsung dalam industri rokok dan berbagai produk tembakau, dan merupakan produsen rokok putih terbesar dalam negeri.[52][53] BAT Indonesia sendiri dikenal dengan berbagai produk rokoknya, seperti Ardath, Mascot, Commondore, Lucky Strike, Dunhill, Kent, State Express 555, Player's Gold Leaf dan lain-lainnya.[54][55] Perusahaan ini sempat mendapatkan masalah seiring penurunan pasar rokok putih, sehingga sempat menutup pabriknya di Semarang pada 1 Juni 1989.[56]

Pada tahun 1999, seiring dengan akuisisi induknya, British American Tobacco pada perusahaan rokok Rothmans International, pada 12 Januari 2000 PT BAT Indonesia Tbk resmi mengakuisisi anak usaha Rothmans, PT Rothmans of Pall Mall Indonesia.[57] PT Rothmans of Pall Mall awalnya bernama NV tot Exploitatie Van Sigarettenfabrieken Faroka (NV Faroka) yang merupakan salah satu pabrik rokok legendaris di Malang, Jawa Timur[58] dan awalnya didirikan pada 13 Juni 1931 dengan dimiliki oleh NV Tobacofina Belgia. Selanjutnya, perusahaan ini sempat dimiliki oleh pemerintah pendudukan Jepang (1942-1945) dan pemerintah Indonesia (1945-1949, 1965-1967) sebelum dikembalikan ke pemilik asalnya yang menyederhanakan namanya menjadi PT Faroka saja. Pada 16 September 1987 perusahaan ini berganti nama menjadi PT Rothmans of Pall Mall Indonesia setelah Rothmans International mengakuisisi seluruh saham perusahaan ini dari NV Tobacofina. Produk-produk PT Rothmans (dan Faroka sebelumnya) meliputi rokok merek Kansas, Monaco, Aida, Pall Mall, Virginia Gold, White Horse dan rokok ekspor.[59][60][61][62] Selanjutnya, pada 2005, PT Rothmans kemudian dimerger dengan induknya, PT BAT Indonesia[63][64] sehingga merek-merek PT Rothmans kini juga beralih ke PT BAT Indonesia Tbk.

Pada tahun 2009, induk PT BAT Indonesia, British American Tobacco resmi mengakuisisi Bentoel Internasional Investama. Lalu, pada 20 Oktober 2009 kedua perusahaan yang satu induk ini menandatangani kesepakatan untuk merger. Saham BAT akan ditukar menjadi 7,29 saham Bentoel dan Bentoel Internasional Investama akan menjadi surviving company yang menerima penggabungan.[65] Aset Bentoel akan menjadi Rp 4,9 T pasca merger, dan merger dilakukan demi memperkuat bisnis rokok British American Tobacco di Indonesia.[66] Pada 4 Oktober 2010, merger kedua perusahaan telah resmi dituntaskan dan saham BAT Indonesia, yaitu BATI dihapuskan dari Bursa Efek Indonesia. Aset PT BAT Indonesia kemudian beralih ke PT Bentoel Internasional Investama.[67]

PT Tresno

PT Perusahaan Dagang dan Industri Tresno (disingkat PT Tresno atau PDIT) didirikan pada 26 Mei 1955 dengan nama NV Perusahaan Dagang dan Industri Tresno dan berpusat di Kabupaten Malang. Perusahaan ini memproduksi rokok, seperti induknya terutama untuk rokok putih. PT Bentoel Internasional Investama, lewat anak usahanya PT Bentoel Prima memiliki 99% saham di PT Tresno.[68] Awalnya, perusahaan ini diberi lisensi oleh Philip Morris untuk memproduksi rokok putih internasional, Marlboro. Tresno bertanggung jawab atas distribusi dan produksi rokok ini.[69] Kerjasama ini masih bertahan hingga 1990-an dengan kapasitas 6 milyar batang.[70] Namun, perlahan-lahan Philip Morris juga membangun industrinya sendiri, sehingga pihak PT Tresno kemudian produksinya mulai menurun, walaupun masih dipertahankan oleh Philip Morris sebagai distributor eksklusif produk-produknya. Untuk menyiasatinya, PT Tresno kemudian meluncurkan rokok putih bermerek Country sejak 1994 dengan target awal pasar ekspor. Lalu, pada 1999 rokok ini mulai dijual di dalam negeri.[71] Hubungan Bentoel dengan Philip Morris akhirnya dihentikan pada 2005, setelah Philip Morris menggandeng PT Perusahaan dagang dan Industri Panamas yang dimiliki HM Sampoerna untuk mendistribusikan secara eksklusif produk-produknya.[72] PT Tresno kemudian tetap bertahan sebagai pabrik rokok putih di bawah Bentoel, dan setelah diakusisi oleh British American Tobacco juga memproduksi merek rokok asing (kembali) seperti Dunhill. Pada 17 Desember 2019, PT Tresno resmi digabungkan dengan induk usahanya, PT Bentoel Prima.[73]

PT Lestariputra Wirasejati

PT Lestariputra didirikan pada tahun 1995 dan berpusat di Malang. Perusahaan ini memproduksi rokok bermerek Star Mild dan Pesona.[74][75] Pada awalnya perusahaan ini tidak tercatat sebagai milik Bentoel Prima, hingga pada 2000 lewat aksi korporasi yang dilakukan oleh Bhakti Investama maka perusahaan ini diakuisisi seharga Rp 35 miliar. Perusahaan ini kemudian menjadi anak usaha induk Bentoel, PT Transindo Multi Prima (kemudian menjadi Bentoel Internasional Investama), lalu dijadikan anak usaha dari anak perusahaan Bentoel Internasional Investama yaitu Bentoel Prima. Pada 2017, perusahaan ini akhirnya merger dengan induknya Bentoel Prima.

PT Perusahaan Dagang Suburaman

PT PD Suburaman didirikan pada 1993 dan memproduksi rokok bermerek Neo Mild. Pada tahun 2018, perusahaan ini dimerger dengan induknya, Bentoel Prima dan mereknya kemudian dijual ke British American Tobacco.[76][77]

Perkembangan mutakhir

Untuk diketahui, dalam periode 24-28 Agustus 2020, saham Bentoel naik 136 persen.[78] Sejak awal tahun, saham RMBA juga naik 78,79 persen atau berkebalikan dengan kondisi umum yang mana indeks harga saham gabungan (IHSG) masih mencetak return negatif dalam periode tahun berjalan.[79]

Sejauh ini, perseroan menyampaikan kondisi operasional telah terdampak pandemi COVID-19. Perseroan sudah melakukan pengaturan jam kerja dan skema bekerja dari rumah untuk beberapa karyawan. Bentoel menyatakan tidak ada pemotongan gaji dan PHK terhadap karyawan. Namun, secara umum pendapatan perseroan diperkirakan turun 25 persen hingga 50 persen.

Guna menjaga keberlangsungan usaha, Bentoel memastikan stok rokok tersedia cukup di pasar. Anak usaha British American Tobacco itu juga melakukan upaya efisiensi sambil mempertahankan kualitas. Sebelumnya, Direktur Legal & External Affairs Bentoel Mercy Francisca Sinaga mengatakan perseroan mencetak keuntungan pada 2019 setelah tujuh tahun menderita kerugian.

Bentoel juga sukses memasarkan produknya ke 20 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah. Negara tujuan ekspor perusahaan telah mengalami peningkatan yang pesat dari sebelumnya yang hanya berjumlah 8 negara pada 2016.

Produk

Sigaret Kretek Tangan

  • Solo Kretek
  • Sobat Kretek
  • Mars Brand Super
  • Tali Jagat Raya
  • Bentoel SJT
  • Joged Super
  • Rawit

Sigaret Kretek Mesin Full Flavor

  • Dunhill Fine Cut Filter
  • Tali Jagat Filter
  • Bentoel Biru
  • Club Filter
  • Solo Filter
  • Sobat Filter

Sigaret Kretek Mesin Light Mild

  • Dunhill Mild
  • Dunhill Mild Ultra
  • Lucky Strike Mild
  • Star Mild Single Filtration
  • X Mild
  • Skymild
  • Neo Mild
  • Clu13 (Club)

Sigaret Kretek Mesin Medium Tar

  • Lucky Strike Bold

Sigaret Putih Tangan

  • Ardath Specials Unfiltered

Sigaret Putih Mesin

Bekas produk

  • Bentoel Kretek
  • Bentoel Filter
  • Bentoel Tawar
  • Bentoel Klasik
  • Bentoel Royal Filter
  • Bentoel Prima
  • Bentoel Merah
  • Bentoel Enak
  • Bentoel Manalagi
  • Bentoel Manis
  • Bentoel International
  • Bentoel International Superior
  • Bentoel International Export Quality
  • Bentoel International Unfiltered
  • Bentoel Redgold
  • Bentoel Export
  • Bentoel Remaja
  • Bentoel Remaja Jaya
  • Bentoel Super
  • Bentoel Special
  • Bentoel Premier
  • Bentoel Premium
  • Bentoel Deluxe
  • Bentoel Sensasi
  • Bentoel Prima
  • Bentoel Sensasi Klasik
  • Bentoel Executive
  • Bentoel Kasih
  • Bentoel Biru
  • Bentoel Mild
  • Bentoel Ultra Mild
  • Bentoel Sejati
  • Bentoel Sejati Gold
  • Bentoel SJT
  • Interbiru
  • Interbiru Deluxe
  • Star Mild
  • Star Mild Menthol
  • Star Mild Extra
  • Star Mild Extra Plus
  • Star Mild Cool Menthol
  • Star Mild Cool Menthol Green Spot (G-Spot)
  • Star Mild Tritek
  • Star Mild Mintek
  • X Mild
  • Club Mild
  • Neo Mild
  • unO Mild
  • One Mild
  • Prinsip Asli
  • Prinsip Reguler
  • Rawit Special
  • Rawit International
  • Rawit Sedap
  • Joged Super
  • Joged Premium
  • Ardath Specials
  • Ardath Lights
  • Ardath Mild
  • Ardath Menthol
  • Ardath Java American
  • Kansas Filter
  • Kansas Lights
  • Kansas Mild
  • Kansas Menthol
  • Kansas Specials
  • Commodore Filter
  • Commodore Lights
  • Commfil Specials
  • Commfil Lights
  • Lucky Strike Menthol Lights
  • Lucky Strike Fusion Lights
  • Lucky Strike Original Lights
  • Lucky Strike Switch
  • Dunhill Menthol
  • Dunhill Switch
  • Dunhill Switch Realase
  • Pall Mall Filter
  • Pall Mall Lights
  • Pall Mall Menthol
  • Pall Mall Menthol Lights
  • Country International
  • Country Lights
  • Bintang Buana Raya
  • Bintang Buana Filter
  • Peter Stuyvesant Filter
  • Peter Stuyvesant Lights
  • Peter Stuyvesant Menthol Lights
  • State Express 555
  • Benson & Hedges
  • KOOL
  • KENT
  • Dunhill Fine Cut Mild Tropical Mix (Dunhill Mix/D-Mix)
  • Dunhill Fine Cut Mild Evoque

Kontroversi

PT Bintang Pesona Jagat ternyata mengambil merek rokok "neO Mild" yang dimiliki oleh PT Karya Tajinan Prima yang lebih dulu menggunakan merek tersebut. Kasasi merek "neO Mild" antara Karya Tajinan Prima dengan Bintang Pesona Jagat bermula dari gugatan yang diajukan Karya Tajinan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya atas keputusan Bea dan Cukai pada 16 Juni 2010 yang mengizinkan kedua merek rokok itu muncul bersamaan. Tetapi kemudian pihak Bentoel Group mengakali vonis tersebut dengan bukti-bukti bahwa merek "neO Mild" versi Bintang Pesona Jagat yang pertama kali didaftarkan nomor 503266 tanggal 17 Mei 2001, untuk kelas 34, jenis barang rokok dan Karya Tajinan Prima melanggar hak eksklusif atas merek dagang terdaftar "neO Mild" dengan menggunakan merek tidak terdaftar "neO Mild" yang memiliki persamaan pada pokoknya.[80]

Referensi

  1. ^ Akuisisi Bentoel, BAT Incar Pasar Kretek Indonesia
  2. ^ "BAT Kuasai 99,74% Saham Bentoel
  3. ^ British American Tobacco Jual Saham Bentoel Rp 737 Miliar
  4. ^ Laporan keuangan juni 2019 bentoel investama
  5. ^ BENTOEL
  6. ^ Gunung Kawi: Dari Burung Sampai Turki, Akhirnya Bentoel
  7. ^ Mark Hanusz (2000). Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes. Equinox Pub. hlm. 126–127. ISBN 978-979-95898-0-4. 
  8. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 18,Masalah 13-20
  9. ^ The Rise of Ersatz Capitalism in South-East Asia
  10. ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 4,Masalah 19-20
  11. ^ Perkara kredit macet
  12. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 11,Masalah 11-19
  13. ^ Agenda ekonomi Indonesia
  14. ^ Demokrasi masih terbenam: catatan keadaan hak-hak asasi manusia di Indonesia, 1991
  15. ^ A Nation in Waiting: Indonesia's Search for Stability
  16. ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 9,Masalah 11-12
  17. ^ Historia Bisnis : Kiat Budhiwijaya Kusumanegara Memimpin Bentoel
  18. ^ A Nation in Waiting: Indonesia's Search for Stability
  19. ^ Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put-47325/PP/M.I/16/2013
  20. ^ Full Circle
  21. ^ BENTOEL
  22. ^ Bentoel Prima dan Bentoel Distribusi Utama Sepakat Tanda Tangani PJSB
  23. ^ Laporan Keuangan Bentoel Juni 2018
  24. ^ Bentoel Internasional (RMBA) menggabungkan dua anak usaha
  25. ^ PT Bentoel Gabungan Dua Anak Usaha
  26. ^ Capital Market Directory
  27. ^ PT BENTOEL INTERNASIONAL INVESTAMA Tbk - IDX
  28. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 5,Masalah 41-52
  29. ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 7,Masalah 5-6
  30. ^ Sejarah dan Profil Singkat RMBA (Bentoel Internasional Investama Tbk)
  31. ^ INFORMATION DISCLOSURE OF PT BENTOEL
  32. ^ REKAYASA SKENARIO KODOK MELAHAP GAJAH
  33. ^ Indonesian Business: The Year in Review
  34. ^ JP/Soros to acquire Bentoel through third party
  35. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 19,Masalah 14-19
  36. ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 13,Masalah 3-4
  37. ^ JP/Soros to acquire Bentoel through third party
  38. ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
  39. ^ Tempo, Volume 28,Masalah 38-46
  40. ^ Bentoel Prima became a 'Public' Company
  41. ^ REKAYASA SKENARIO KODOK MELAHAP GAJAH
  42. ^ Indonesian Business: The Year in Review
  43. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 19,Masalah 7-13
  44. ^ Gamma, Volume 3,Masalah 6-14
  45. ^ Panji masyarakat
  46. ^ Full Circle
  47. ^ BAT Ambil Alih Bentoel
  48. ^ 400 Years and More of the British in Indonesia
  49. ^ Profile of 100 Top Industries & Managers in Indonesia
  50. ^ Moody's International Manual
  51. ^ Laporan Keuangan BAT Indonesia 2004
  52. ^ Informasi, Volume 16,Masalah 187-190
  53. ^ Bab 3-4[pranala nonaktif permanen]
  54. ^ Parlementaria, Volume 68-79
  55. ^ Indonesian Capital Market Directory
  56. ^ HISTORIA BISNIS: Berakhirnya Kejayaan Pabrik Lucky Strike di Semarang
  57. ^ Mergent International Manual, Volume 2
  58. ^ PABRIK ROKOK N.V. TOT EXPLOITATIE VAN SIGARETTENFABRIEKEN FAROKA DI MALANG TAHUN 1931-1947
  59. ^ Kansas Berganti Tuan
  60. ^ Tentang Kehebatan Dan Megahnya Pabrik Rokok Faroka
  61. ^ Perusahaan Rokok Putih di Malang, ROTHMANS OF PALL MALL INDONESIA, PT
  62. ^ Focus on Indonesia
  63. ^ Indonesian Commercial Newsletter, Volume 30,Masalah 403-410
  64. ^ Informasi, Volume 16,Masalah 187-190
  65. ^ Bentoel-BAT Indonesia Tanda Tangani Proses Merger
  66. ^ BAT Indonesia dan Bentoel Bakal Merger
  67. ^ Saham BATI Efektif Gabung Bentoel 4 Januari 2010
  68. ^ Tresno Keterangan tentang Tresno dan BAT Korea
  69. ^ Far Eastern Economic Review, Volume 153
  70. ^ Informasi, Masalah 209-214
  71. ^ Pemasaran Gerilya ala Country
  72. ^ Putus Dengan Bentoel, Philip Moris Gandeng Sampoerna
  73. ^ PT Bentoel Gabungan Dua Anak Usaha
  74. ^ Putusan PN SLEMAN Nomor 592/Pid.Sus/2017/PN Smn
  75. ^ PT. LESTARIPUTRA WIRASEJATI (INDONESIA)[pranala nonaktif permanen]
  76. ^ PT. PERUSAHAAN DAGANG SUBURAMAN (INDONESIA)[pranala nonaktif permanen]
  77. ^ Bentoel Alihkan Hak Merek Neo Mild ke Perusahaan Ini
  78. ^ Melejit 136 Persen dalam Sepekan, Saham Bentoel (RMBA) Dipantau BEI
  79. ^ Naik 136%, BEI Sebut Saham Bentoel di Luar Kebiasaan
  80. ^ Kalah Sengketa Merek, Anak Usaha Bentoel Ajukan Kasasi

Pranala luar