Lompat ke isi

Garai: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: +{{Taxonbar|from={{subst:#invoke:WikidataIB|getQid}}}}
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Baris 31: Baris 31:
Sorgum termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan karena membutuhkan biaya perawatan yang termasuk murah dan bisa ditanam secara tumpangsari dengan padi gogo, kedelai, kacang tanah atau tembakau, ataupun ditanam secara monokultur. Dalam satu kali tanam, sorgum dapat dipanen lebih satu kali sehingga sorgum tergolong tanaman yang memiliki produktivitas yang tinggi. Daerah budidaya sorgum sangat luas, sorgum dapat hidup mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan iklim tropis-kering sampai iklim basah.<ref>{{Cite journal|last=Biba|first=M. Arsyad|date=2015|title=Prospek pengembangan sorgum untuk ketahanan pangan dan energi|url=|journal=Iptek Tanaman Pangan|volume=6|issue=2|pages=|doi=}}</ref><ref>{{Cite web|last=P|first=Dwilaksono|last2=u|date=2021-03-04|title=Potensi Sorghum Sebagai Pangan Alternatif Pengganti Beras|url=https://www.budidayatani.com/potensi-sorghum-sebagai-pangan.html|website=Budidaya Tani|language=id-ID|access-date=2021-03-04}}</ref>
Sorgum termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan karena membutuhkan biaya perawatan yang termasuk murah dan bisa ditanam secara tumpangsari dengan padi gogo, kedelai, kacang tanah atau tembakau, ataupun ditanam secara monokultur. Dalam satu kali tanam, sorgum dapat dipanen lebih satu kali sehingga sorgum tergolong tanaman yang memiliki produktivitas yang tinggi. Daerah budidaya sorgum sangat luas, sorgum dapat hidup mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan iklim tropis-kering sampai iklim basah.<ref>{{Cite journal|last=Biba|first=M. Arsyad|date=2015|title=Prospek pengembangan sorgum untuk ketahanan pangan dan energi|url=|journal=Iptek Tanaman Pangan|volume=6|issue=2|pages=|doi=}}</ref><ref>{{Cite web|last=P|first=Dwilaksono|last2=u|date=2021-03-04|title=Potensi Sorghum Sebagai Pangan Alternatif Pengganti Beras|url=https://www.budidayatani.com/potensi-sorghum-sebagai-pangan.html|website=Budidaya Tani|language=id-ID|access-date=2021-03-04}}</ref>


Di Indonesia, daerah pengembangan sorgum cukup luas. Saat ini, daerah penghasil sorgum meliputi [[Jawa Tengah]] ([[Kabupaten Pati|Pati]], [[Kabupaten Demak|Demak]], [[Kabupaten Wonogiri|Wonogiri]], [[Kabupaten Grobogan|Grobogan]]), [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] ([[Kabupaten Gunungkidul|Gunung Kidul]], [[Kabupaten Kulon Progo|Kulon Progo]]), [[Jawa Timur]] ([[Kabupaten Lamongan|Lamongan]], [[Kabupaten Bojonegoro|Bojonegoro]], [[Kabupaten Tuban|Tuban]], [[Kota Probolinggo|Probolinggo]]), dan sebagian daerah di [[Nusa Tenggara Barat]] dan [[Nusa Tenggara Timur]].<ref>{{Cite journal|last=Sirappa|first=M.P.|date=2003|title=Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri|url=|journal=Jurnal Litbang Pertanian|volume=22|issue=4|pages=133-140|doi=}}</ref> Tanaman sorgum termasuk tanaman prioritas kedua untuk petani di Nusa Tenggara Timur setelah tanaman jagung, karena selain sorgum dapat ditanam pada lahan-lahan yang kurang menguntungkan, seperti memiliki curah hujan yang rendah, sistem pengairan yang terbatas, serta kondisi lahan yang tidak terlalu subur, tanaman sorgum juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak<ref>{{Cite journal|last=Subagio|first=Herman dan Muh Aqil|date=2013|title=Pengembangan Produksi Sorgum di Indonesia.|url=|journal=Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian|volume=|issue=|pages=199-214|doi=}}</ref>.
Di Indonesia, daerah pengembangan sorgum cukup luas. Saat ini, daerah penghasil sorgum meliputi [[Jawa Tengah]] ([[Kabupaten Pati|Pati]], [[Kabupaten Demak|Demak]], [[Kabupaten Wonogiri|Wonogiri]], [[Kabupaten Grobogan|Grobogan]]), [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] ([[Kabupaten Gunungkidul|Gunung Kidul]], [[Kabupaten Kulon Progo|Kulon Progo]]), [[Jawa Timur]] ([[Kabupaten Lamongan|Lamongan]], [[Kabupaten Bojonegoro|Bojonegoro]], [[Kabupaten Tuban|Tuban]], [[Kota Probolinggo|Probolinggo]]), dan sebagian daerah di [[Nusa Tenggara Barat]] dan [[Nusa Tenggara Timur]].<ref>{{Cite journal|last=Sirappa|first=M.P.|date=2003|title=Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri|url=|journal=Jurnal Litbang Pertanian|volume=22|issue=4|pages=133-140|doi=}}</ref> Tanaman sorgum termasuk tanaman prioritas kedua untuk petani di Nusa Tenggara Timur setelah tanaman jagung, karena selain sorgum dapat ditanam pada lahan-lahan yang kurang menguntungkan, seperti memiliki curah hujan yang rendah, sistem pengairan yang terbatas, serta kondisi lahan yang tidak terlalu subur, tanaman sorgum juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.<ref>{{Cite journal|last=Subagio|first=Herman dan Muh Aqil|date=2013|title=Pengembangan Produksi Sorgum di Indonesia.|url=|journal=Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian|volume=|issue=|pages=199-214|doi=}}</ref>


== Spesies ==
== Spesies ==

Revisi per 6 Agustus 2021 07.58

Sorgum
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Sorghum

Spesies

Terdiri 30 spesies, lihat teks

Sorgum (Sorghum spp.) adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sorgum merupakan makanan pokok penting di Asia Selatan dan Afrika sub-sahara.

Berkas:Ladang sorgum.JPG
Ladang sorgum di Barukku, Sidenreng Rappang
Malai sorgum varietas Numbu

Sorgum juga mengandung serat tidak larut air atau serat kasar dan serat pangan, masing-masing sebesar 6,5% - 7,9% dan 1,1% - 1,23%. Kandungan protein pun seimbang dengan jagung sebesar 10,11% sedangkan jagung 11,02%.

Begitu pula dengan kandungan patinya sebesar 80,42% sedangkan kandungan pada jagung 79,95%. Hanya saja, yang membuat tepung sorgum sedikit peminat adalah karena tidak adanya gluten seperti pada tepung terigu. Masyarakat indonesia sudah tenggelam dalam nikmatnya elasitisitas terigu, karena tingginya gluten, dan inilah yang membuat adonan mie, dan roti menjadi elastis.

Terlalu banyak makan dari bahan pangan bergluten tidaklah terlalu baik untuk kesehatan, karena dapat menyebabkan celiac desease. Ini merupakan salah satu titik tolak bahwa alternatif tepung yang sehat dapat dikonsumsi adalah tepung sorgum.

Selain itu Sorgum dikenal memiliki manfaat yang lebih baik daripada tepung terigu karena gluten free serta memiliki angka glikemik index yang rendah sehingga turut mendukung tren gerakan konsumen gluten free diet seperti di negara-negara maju.

Produksi Sorgum

Sorgum termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan karena membutuhkan biaya perawatan yang termasuk murah dan bisa ditanam secara tumpangsari dengan padi gogo, kedelai, kacang tanah atau tembakau, ataupun ditanam secara monokultur. Dalam satu kali tanam, sorgum dapat dipanen lebih satu kali sehingga sorgum tergolong tanaman yang memiliki produktivitas yang tinggi. Daerah budidaya sorgum sangat luas, sorgum dapat hidup mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan iklim tropis-kering sampai iklim basah.[1][2]

Di Indonesia, daerah pengembangan sorgum cukup luas. Saat ini, daerah penghasil sorgum meliputi Jawa Tengah (Pati, Demak, Wonogiri, Grobogan), Yogyakarta (Gunung Kidul, Kulon Progo), Jawa Timur (Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo), dan sebagian daerah di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.[3] Tanaman sorgum termasuk tanaman prioritas kedua untuk petani di Nusa Tenggara Timur setelah tanaman jagung, karena selain sorgum dapat ditanam pada lahan-lahan yang kurang menguntungkan, seperti memiliki curah hujan yang rendah, sistem pengairan yang terbatas, serta kondisi lahan yang tidak terlalu subur, tanaman sorgum juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.[4]

Spesies

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Biba, M. Arsyad (2015). "Prospek pengembangan sorgum untuk ketahanan pangan dan energi". Iptek Tanaman Pangan. 6 (2). 
  2. ^ P, Dwilaksono; u (2021-03-04). "Potensi Sorghum Sebagai Pangan Alternatif Pengganti Beras". Budidaya Tani. Diakses tanggal 2021-03-04. 
  3. ^ Sirappa, M.P. (2003). "Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri". Jurnal Litbang Pertanian. 22 (4): 133–140. 
  4. ^ Subagio, Herman dan Muh Aqil (2013). "Pengembangan Produksi Sorgum di Indonesia". Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian: 199–214.