Lompat ke isi

Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mataram Putra (bicara | kontrib)
Mataram Putra (bicara | kontrib)
Baris 74: Baris 74:
*[[Sejarah Nusantara]]
*[[Sejarah Nusantara]]
*[[Suku Saibatin]]
*[[Suku Saibatin]]
*[[Badik lampung]]


==Referensi==
==Referensi==

Revisi per 25 Agustus 2021 14.42

Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak [1](Baca: Bekhak/Bkhak)[2] adalah Sebuah Struktur Organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berkomitmen tentang keberadaan NKRI sebagai payung dari pada bangsa Indonesia dan Sekala Brak Adalah bagian dari pada Pilar-Pilar Penguat Kekokohan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan Paksi Pak Sekala Brak adalah empat pemegang tertinggi di Kepaksian Sekala Brak nama ini mulai digunakan sejak Kedatangan AL-Mujahid dari Pasai pesisir pantai utara Sumatra, Sampainya-n di Pagaruyung, kemudia setelah berdirinya salah satu Kerajaan di Pagaruyung, dari Pagaruyung Empat Umpu beranjak ke Muko-Muko untuk menyebarkan agama Islam. Setelah itu Kerajaan Sekala Brak kuno ditaklukan oleh Empat Umpu yang menolak ajaran agama islam kemudian Kepaksian Sekala Brak kuno berubah menjadi Kepaksian Sekala Brak[3]. .

Kepaksian Sekala Brak adalah nama asli dari pada struktur organisasi yang berdiri sejak 29 Rajab 688 Hijriyah yang berada di Empat Titik Kebesaran Istana. Secara adminstratif kepemerintahan saat ini, lokasi Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak tersebut berada di wilayah Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Komunitas Hanggum Jejama, Komunitas pelestari adat dan budaya, Lampung bagian dari pada Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Kerajaan Sekala Brak, Lampung.

Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak

Saat ini pada jaman Pra-sejarah di tahun 2021:

  1. Kepaksian dipimpin Sultan Sekala Brak Lampung Paduka Yang Mulia (PYM) Saibatin Puniakan Dalom Beliau (SPDB) Drs.H. Pangeran Edward Syah Pernong[4],S.H. gelar Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi yang bertahta di Istana Gedung Dalom (Gedung Dalom). Batu Brak.
  2. Paksi Buay Belunguh dipimpin Yang Mulia Yanuar Firmansya gelar Suttan Junjungan Sakti, bertahta di Lamban Gedung, Kenali.
  3. Kepaksian Nyerupa dipimpin Yang Mulia Salman Parsi gelar Sultan Piekulun Jayadiningrat, bertahta di Gedung Pakuon, Tampaksiring.
  4. Paksi Buay Bejalan Diway dipimpin Yang Mulia Suttan Jaya Kesuma Salayar Akbar gelar Suttan Skala Bekhak, bertahta di Lamban Dalom Kembahang,[5] Kembahang.

Sebutan Kepaksian di tanah Lampung adalah milik mutlak dari pada Kepaksian Sekala Brak. Kepaksian Pernong Sekala Brak Sultan Sekala Brak PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. gelar Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi sebagai salah satu Dewan Kerajaan Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN) wilayah Sumatra dengan Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat MAKN Nomor : 001/DPP-MAKN/8/2019 tentang unsur majelis adat kerajaan Nusantara[6].

Geografi

Secara geografis, Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak ini berada di dataran tertinggi di lemah Lampung (tanah Lampung) yang dalam bahasa Lampung nya berarti "dataran terkhanggal di tanoh Lappung". Kawasan dataran tinggi tersebut diapit dua gunung, Gunung tersebut adalah:

  1. Gunung Pesagi Lunik (kecil) dengan ketinggian 2.262 MDPL, Pada jaman dahulu sebutan gunung pesagi ini adalah Bukit Sulang (Hematang Sulang).
  2. Gunung Pesagi Balak (besar) ketinggiannya mencapai 3.262 MDPL jika diukur dari atas permukaan laut.

Sebagain masyarakat Lampung yang berasal dari dataran tinggi Bukit Sulang merupakan tempat asal-usul moyang Suku Lampung. Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak ini juga adalah sebagai simbol peradaban Adat, budaya dan eksistensi di tanah Lampung. Di dalam sejarah di dapat dari berbagai sumber bawasanya penyebutan nama tanah Lampung berasal dari lemah Lampung[7][8].

Jaman Paksi Pak Sekala Brak

Artikel utama: "Kepaksian Sekala Brak".

Eksistensi Kepaksian Sekala Brak

Eksistensi Kepaksian Sekala Brak, tetap lestari hingga saat ini. Sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak semata-mata melanjutkan kebesaran-kebesaran warisan budaya, tradisi adat, istiadat serta tata cara berkehidupan sosial oleh masyarakat yang merupakan warisan leluhur secara turun-temurun dari generasi ke generasi.[9][10]

Monumen Saibatin

Berkas:Monumen Saibatin SKB.jpg
Monumen Saibatin

Monumen Saibatin adalah monumen pengantin adat Saibatin yang dibangun sebagai sumbangsih BANK LAMPUNG Banknya Masyarakat Lampung, bagi pelestarian Adat dan Budaya dan keindahan Kota Bandar Lampung. Pada jaman Walikota Bandar Lampung Eddy Sutrisno, Beliau mempunyai gagasan membangun monumen SAIBATIN di taman Kota Bandar Lampung, Monumen Saibatin didirikan di pertigaan Jalan Ahmad Yani, Jalan W.Monginsidi dan Jalan Kartini, tepatnya di Kelurahan Durian Payung Tanjungkarang Pusat. Monumen ini diresmikan pada tanggal 15 Juli 2006.

Berkas:Prasasti Monumen Sai Batin Sultan.jpg
Prasasti Monumen Saibatin yang di tandatangani Sultan Sekala Brak
Berkas:Prasasti Monumen Saibatin.jpg
Prasasti Monumen Saibatin yang di tandatangani Walikota Bandar

Sambutan Sultan Sekala Brak

Pada kesempatan tersebut, Sultan Sekala Brak PYM SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong,S.H. gelar Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi, berkenan menyampaikan sambutan dan dalam penggalan sambutannya Sultan Sekala Brak menganalogikan bahwa:

Sebenarnya berdiri dengan satu kaki kita sudah cukup kuat, namun akan jauh lebih kuat bila berdiri dengan dua kaki, itulah Lampung yang terdiri dari Saibatin dan Pepadun dan diantara keduanya bukan koordinasi melainkan Sinergi, sehingga menjadi suatu kekuatan yang dahsyat sebagai modal awal dalam membangun Lampung. SPDB juga menandatangani prasasti Monumen Saibatin, Terjemahan bebas dari Prasasti tersebut adalah Dibawah langit, di alam dunia, terdapat bumi Lampung yang merupakan tanah Pusaka, Masyarakatnya berasal dari Sekala Brak, menyebar keseluruh Lampung dan daerah sekitarnya guna melanjutkan perjuangan bagi kehidupan yang hakiki. Gelar dan panggilan adat merupakan suatu kebanggaan, dan adat SAIBATIN telah teruji mampu memenuhi kebutuhan kemunitasnya[11]

Payung Agung

Payung Agung Bersejarah peninggalan dari pada Sultan Pendahulu di Sekala Brak Istana Gedung Dalom

Payung Agung Songsong Kuning adalah tanda keagungan dan kebesaran SaiBatin sebagai pengayom masyarakat yang dipimpinnya dipergunakan dari jaman Sultan Sekala Brak pendahulu hingga pra-sejarah saat ini masih terjaga tersimpan dengan baik di Istana Gedung Dalom[12]. Payung ini hanya khusus untuk Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak, Payung Agung selalu dikembangkan menyertai langkah Sultan apabila sultan berkunjung maka payung agung di kembangkan memayungi sultan termasuk pada saat arak-arakan lapahan Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian). Payung Agung terbuat dari bahan kain berwarna kuning untuk payung dan bergagang kayu bulat yang berhias titah, payung agung berwarna hijau untuk para khaja jukuan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak payung tersebut menjadi kebanggaan bagi rakyat di sana. Di daerah Komunitas budaya adat pepadun (penyimbang) ada tiga warna yang di pergunakan, yaitu putih untuk punyimbang (kepala adat) Marga atau Punyimbang Bumi, kuning untuk punyimbang Tiyuh, dan merah untuk punyimbang suku. Payung ini hanya dipakai dan dikembangkan pada saat pelaksanaan begawi[13][14]. Payung agung dengan sebutan payung ini adalah simbol perkembangan manusia yang terdapat pada Lambang Lampung lambang dari pada salah satu Provinsi di Sumatra yang berada di tanah Lampung, Lambang Provinsi Lampung tersebut memiliki Makna dan Arti yang Sakral. Pada jaman Pra-sejarah saat ini, yaitu sebuah payung agung songsong kuning dengan dengan warna kuning serta memiliki Tiang dan bulatan puncak payung agung berwarna kuning melambangkan satu cita pembangunan bangsa dan Negara Republik Indonesia dengan satu puncak kepemimpinan tertinggi serta ridho dari Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan pada umumnya, payung memiliki fungsi untuk melindungi dari panas matahari maupun guyuran hujan. Payung memiliki bentuk yang sempurna untuk melindungi seluruh tubuh. Moncongnya yang lebar serta pegangan yang kuat. Namun, bahwa suku Negeri Sekala Brak jaman dahulu mengartikan payung sebagai sebuah simbol. Sebagai penanda kelas sosial di kalangan rakyatnya.

Payung Agung Songsong Kuning

Songsong[15] Kuning bukan berarti Song Song Couple yellow alias Song Joong Ki dan Song Hye Kyo yang akan menikah pada akhir bulan ini. Songsong merupakan sebutan untuk sebuah payung dalam budaya Sekala Brak. Songsong merupakan bentuk halus atau biasa disebut sebagai Payung Agung dari kata payung. Songsong biasa digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Istana Gedung Dalom Kepaksian Pernong, jika sedang berbicara dengan Sultan (Saibatin) atau orang yang lebih tertinggi derajatnya.

Menjadi Penanda Tingkat Sosial

Songsong Kuning memiliki fungsi sebagai penanda tingkat sosial. Hanya Saibatin (Sultan), Raja Adat Dikepaksian yang memiliki songsong jenis Payung Agung. Pemilik songsong tersebut berhak dihormati tidak berbatas ruang dan waktu. Selain Sultan (Saibatin), Permaisuri dan Putra Mahkota, tidak ada yang diperbolehkan untuk memakainya terkecuali Sultan (Saibatin) yang mengizinkannya.

Streep Warna Menjadi Pembeda

Bagaimana cara membedakan Payung Agung Sultan (Saibatin) dengan Khaja Jukkuan Paksi, pepatih Gedung Dalom, bangsawan. yang memiliki Payung Agung Songsong Kuning berwarna Kuning adalah Sultan (Saibatin), Permaisuri dan Putra Mahkota. Sedangkan berwarna hijau untuk para Khaja Jukkuan Paksi, pepatih Gedung Dalom, bangsawan. Ada pula payung yang berwarna kuning dan putih sebagai penanda singgasana dari Sultan (Saibatin dan Permaisuri.

Warna dasar seperti kuning atau kuning emas. Sedangkan kemerah-merahan, putih dan hitam sebagai menghiasi Payung Agung Songsong Kuning. Simbol strata tertinggi ditunjukkan oleh warna Kuning atau Kuning Emas. Payung Agung Songsong Kuning Tertinggi derajatnya dibanding Payung Agung Songsong Warna Hijau serta warna yang lainnya.

Ternyata penggunaan Payung Agung Songsong Kuning ada aturannya dan tidak boleh digunakan sembarangan. Para Perangkat Adat Sultan (Saibatin) tidak bisa asal menggunakan Payung Agung Songsong Kuning. Istana Gedung Dalom Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak Para Sultan yang menerapkan larangan bagi siapapun untuk menggunakan Payung Agung Songsong Kuning di kawasan Masyarakat Adat, kecuali kecuali yang tersut di atas. Memang belum pernah ada catatan tertulis tentang mereka yang dihukum karena menggunakan payung sembarangan di area Sekala Brak. Namun, bisa diperkirakan bahwa ada sanksi yang harus dijalani ketika hal tersebut terjadi, mengingat bagaimana kuatnya budaya-budaya tradisional di tanah air kita ini. Eksistensi dari Payung Agung Songsong Kuning kini masih se-“agung” jaman dahulu. Dibuktikan pada jama Pra-sejarah saat ini khususnya di Tanah Lampung terdapat Payung Agung Songsong Kuning pada Lambang Provinsi Lampung (Lampung)[16][17].

Lihat pula

Pranala luar

Referensi

  1. ^ https://www.pariwisatalampungbarat.com/2020/04/kerajaan-adat-paksi-pak-sekala-brak-i.html?m=1
  2. ^ http://repository.lppm.unila.ac.id/27184/1/18-Research%20Results-98-1-10-20200605.pdf
  3. ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/tatanan-adat-paksi-pak-sekala-bekhak/
  4. ^ https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200115070402-20-465438/dewan-kerajaan-nusantara-tanggapi-viral-keraton-agung-sejagat
  5. ^ https://www.lampungbaratkab.go.id/detailpost/akmal-hadiri-tayuhan-agung-lamban-dalom-kembahang-paksi-buay-bejalan-di-way-bumi-skala-beghak
  6. ^ https://safari2009.wordpress.com/2019/10/02/majelis-adat-kerajaan-nusantara/
  7. ^ https://anakbuton.wordpress.com/2017/10/15/kitab-negarakertagama-teks-dan-terjemahan/
  8. ^ https://www.pedomanwisata.com/indonesia/lampung/gunung-pesagi-di-lampung-barat-gunung-tertinggi-di-provinsi-lampung-
  9. ^ https://pddi.lipi.go.id/sejarah-kesultanan-paksi-pak-sekala-brak/
  10. ^ https://harianmomentum.com/read/27725/paksi-pak-sekala-brak-simbol-eksistensi-budaya-lampung
  11. ^ http://rohyanudin.blogspot.com/2015/01/monumen-suku-lampung-sai-batin.html
  12. ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/polemik-lamban-kuning-picu-perpecahan-kepaksian-pernong-gelar-hippun-adat/
  13. ^ http://repository.radenintan.ac.id/11922/2/COVER_BAB1-2_DAPUS.pdf
  14. ^ https://m.lampost.co/berita-sekala-brak-menjawab-sejarah.html
  15. ^ https://www.inikebumen.net/2019/08/songsong-kuning-di-rumah-pusaka.html
  16. ^ https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/04/19/payung-sebagai-simbol-status-sosial-kok-bisa
  17. ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung. hlm. 539–541. ISBN 9786029933703.