Sang Pencerah: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
Baris 48: | Baris 48: | ||
== Pemeran == |
== Pemeran == |
||
* [[Lukman Sardi]] sebagai [[Ahmad Dahlan]] |
* [[Lukman Sardi]] sebagai [[Ahmad Dahlan]] |
||
** [[Ihsan Taroreh]] sebagai [[Ahmad Dahlan|Ahmad Dahlan (Darwis)]] muda |
|||
* [[Zaskia Adya Mecca]] sebagai [[Siti Walidah]] |
* [[Zaskia Adya Mecca]] sebagai [[Siti Walidah]] |
||
** [[Marsha Natika]] sebagai [[Siti Walidah]] muda |
|||
* [[Slamet Rahardjo]] sebagai Kyai Penghulu Kamaludiningrat |
* [[Slamet Rahardjo]] sebagai Kyai Penghulu Kamaludiningrat |
||
* [[Giring Ganesha]] sebagai Sudja |
* [[Giring Ganesha]] sebagai Sudja |
||
* [[ |
* [[Ikranegara]] sebagai Kyai Abu Bakar |
||
* [[Yati Surachman]] sebagai Nyai Abu Bakar |
|||
* [[Sujiwo Tedjo]] sebagai Kyai Muhammad Fadlil |
|||
* [[Dewi Irawan]] sebagai Nyai Muhammad Fadlil |
|||
* [[Agus Kuncoro]] sebagai Kyai Muhammad Noor |
|||
* [[Idrus Madani]] sebagai Kyai Muhsen |
|||
* [[Pangky Suwito]] sebagai [[Wahidin Soedirohoesodo]] |
|||
* [[Sitok Srengenge]] sebagai [[Sultan Hamengkubuwono VII]] |
|||
* [[Qausar Harta Yudana]] sebagai Ahmad Daniel |
|||
* [[Rifat Sungkar (aktor)|Rifat Sungkar]] sebagai Ahmad Jazuli |
|||
* [[Ricky Perdana]] sebagai Muhammad Sangidu |
|||
** [[Jourast Jordy]] sebagai Muhammad Sangidu muda |
|||
* [[Dennis Adhiswara]] sebagai Hisyam |
|||
** [[Joshua Suherman]] sebagai Hisyam muda |
|||
* Bondan Nusantara sebagai Kyai Faqih |
|||
* [[Elizabeth Christine]] sebagai Nyai Lurah M. Noor |
|||
== Produksi == |
== Produksi == |
Revisi per 27 September 2021 16.03
Sang Pencerah | |
---|---|
Sutradara | Hanung Bramantyo |
Produser | Raam Punjabi |
Ditulis oleh | Hanung Bramantyo |
Pemeran | Lukman Sardi Yati Surachman Slamet Rahardjo Giring Ganesha Ikranagara Muhammad Ihsan Tarore Zaskia Adya Mecca Sujiwo Tejo Dennis Adhiswara Agus Kuncoro |
Penata musik | Tya Subiyakto Satrio |
Sinematografer | Faozan Rizal |
Penyunting | Wawan I. Wibowo |
Distributor | Multivision Plus |
Tanggal rilis | 8 September 2010 |
Negara | Indonesia |
Sang Pencerah adalah film drama tahun 2010 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo berdasarkan kisah nyata tentang pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Film ini dibintangi oleh Lukman Sardi sebagai Ahmad Dahlan, Muhammad Ihsan Tarore sebagai Ahmad Dahlan Muda, dan Zaskia Adya Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan.
Film ini menjadikan sejarah sebagai pelajaran pada masa kini tentang toleransi, koeksistensi (bekerjasama dengan yang berbeda keyakinan), kekerasan berbalut agama, dan semangat perubahan yang kurang.[1] Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional itu dari sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, lelaki tegas pendirian itu juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta rasional.[2] Versi novel kisah ini ditulis Akmal Nasery Basral berdasarkan skenario film yang dibuat sutradara Hanung Bramantyo.[3]
Sinopsis
Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat, Syirik dan Bid'ah.
Dengan sebuah kompas, dia menunjukkan arah kiblat di Masjid Besar Kauman yang selama ini diyakini ke barat ternyata bukan menghadap ke Ka'bah di Mekah, melainkan ke Afrika. Usul itu kontan membuat para kiai, termasuk penghulu Masjid Agung Kauman, Kyai Penghulu Cholil Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo), meradang. Ahmad Dahlan, anak muda yang lima tahun menimba ilmu di Kota Mekah, dianggap membangkang aturan yang sudah berjalan selama berabad-abad lampau.
Walaupun usul perubahan arah kiblat ini ditolak, melalui suraunya Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah. Ahmad Dahlan dianggap mengajarkan aliran sesat, menghasut dan merusak kewibawaan Keraton dan Masjid Besar.
Bukan sekali ini Ahmad Dahlan membuat para kyai naik darah.
Langgar kidul di samping rumahnya, tempat dia salat berjemaah dan mengajar mengaji, bahkan sempat hancur diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan aliran sesat . Ahmad Dahlan juga di tuduh sebagai kyai Kafir karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda, serta mengajar agama Islam di Kweekschool atau sekolah para bangsawan di Jetis, Yogyakarta.
Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Ganesha), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adhiswara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.
Pemeran
- Lukman Sardi sebagai Ahmad Dahlan
- Ihsan Taroreh sebagai Ahmad Dahlan (Darwis) muda
- Zaskia Adya Mecca sebagai Siti Walidah
- Marsha Natika sebagai Siti Walidah muda
- Slamet Rahardjo sebagai Kyai Penghulu Kamaludiningrat
- Giring Ganesha sebagai Sudja
- Ikranegara sebagai Kyai Abu Bakar
- Yati Surachman sebagai Nyai Abu Bakar
- Sujiwo Tedjo sebagai Kyai Muhammad Fadlil
- Dewi Irawan sebagai Nyai Muhammad Fadlil
- Agus Kuncoro sebagai Kyai Muhammad Noor
- Idrus Madani sebagai Kyai Muhsen
- Pangky Suwito sebagai Wahidin Soedirohoesodo
- Sitok Srengenge sebagai Sultan Hamengkubuwono VII
- Qausar Harta Yudana sebagai Ahmad Daniel
- Rifat Sungkar sebagai Ahmad Jazuli
- Ricky Perdana sebagai Muhammad Sangidu
- Jourast Jordy sebagai Muhammad Sangidu muda
- Dennis Adhiswara sebagai Hisyam
- Joshua Suherman sebagai Hisyam muda
- Bondan Nusantara sebagai Kyai Faqih
- Elizabeth Christine sebagai Nyai Lurah M. Noor
Produksi
Sebagai sutradara, Hanung juga dituntut untuk menghidupkan atmosfer dan lanskap Yogyakarta pada akhir 1800-an. Selain dilakukan di Yogyakarta, syuting digelar di Musium Kereta Api Ambarawa dan kompleks Kebun Raya Bogor yang disulap menjadi Jalan Malioboro lengkap dengan Tugu Yogyakarta pada zaman itu. Hanung juga mengembalikan dan mereka ulang bangunan Masjid Besar Kauman, Kota Gede, Bintaran, dan wilayah keraton seratus tahun silam dengan bangunan set lokasi serealistis mungkin. Di beberapa adegan, misalnya saat Dahlan beribadah haji, Hanung juga menggunakan potongan film dokumenter lama koleksi Perpustakaan Nasional.
Dana yang dikeluarkan untuk pembuatan film ini lumayan besar, sekitar Rp 12 miliar. Selain itu, biaya besar dibutuhkan untuk kostum pemain. Misalnya, pakaian batik yang dikenakan pemain mesti sesuai dengan batik pada 1900. Jarik atau kain panjang sengaja didesain khusus untuk film Sang Pencerah sesuai dengan motif yang memang dikenal pada 1900-an; termasuk perlengkapan serban yang sengaja dibuat sendiri untuk keperluan syuting.
Referensi
- ^ 'Sang Pencerah': Kisah Sang Panutan Bangsa, DetikHot Movie
- ^ Ahmad Dahlan, dari Kauman untuk Indonesia Diarsipkan 2012-02-22 di Wayback Machine., Kompas 15 September 2010
- ^ NON (11-11-2010). Burhani, Ruslan, ed. "Novel "Sang Pencerah" Menginspirasi Kaum Muda". Antara News. Diakses tanggal 19-05-2021.
Pranala luar
- Laman Resmi Film "Sang Pencerah Diarsipkan 2020-10-26 di Wayback Machine.
- Review Sang Pencerah Diarsipkan 2010-09-18 di Wayback Machine.